Gaya Hidup

7 Mitos tentang Corona, Jangan Percaya!

Kaltim Today
16 April 2020 19:49
7 Mitos tentang Corona, Jangan Percaya!
Foto: Media Indonesia

Seiring lonjakan kasus virus Corona di Indonesia dari hari ke hari, berkembang pula informasi tentang mitos dari penyebaran virus ini yang belum terbukti secara ilmiah.

Mitos, rumor, hoax, dan informasi yang salah justru dapat membahayakan. Berikut 7 mitos dari virus Corona yang kian berkembang di kalangan masyarakat:

1. Pasien COVID-19 sudah pasti meninggal dunia

Informasi yang menyebut bahwa infeksi virus Corona pasti menyebabkan kematian adalah salah kaprah. Hingga saat ini (16/4/2020), data mencatat pasien positif sembuh virus Corona di Indonesia ada 446 jiwa yang tersebar di 10 provinsi Indonesia. Ini artinya, kesempatan sembuh bagi orang yang terinfeksi memiliki peluang yang cukup besar.

2.Pemerintah menyatakan keadaan darurat berarti kita semua sekarat

Keadaan darurat tidak berarti bahwa kita semua sekarat. Keadaan darurat berfungsi untuk membuat pemerintah lebih leluasa mengakses banyak sumber daya, seperti dana federal, dan personel, dan penjagaan nasional.

3. Menjaga jarak terlalu berlebih-lebihan

Banyak orang mengira bahwa, menjaga jarak atau melakukan social distancing adalah sesuatu yang berlebihan.

Nyatanya, menjaga jarak sosial adalah salah satu cara yang ampuh untuk meminimalisir virus Corona.

4. Kehilangan fungsi indera penciuman menandakan terinfeksi Corona

Sebenarnya kehilangan indera penciuman sementara karena infeksi alergi atau virus adalah hal yang wajar. Ini bukanlah gejala spesifik dari infeksi Covid-19 atau virus Corona. Jadi belum tentu seseorang yang kehilangan indera penciuman berarti terinfeksi Covid-19 atau virus Corona.

5. Mitos tidak aman menerima paket dari China

WHO menyatakan bahwa, paket, surat, atau bahan makanan dari China masih aman untuk diterima. CDC menyebut, risiko penyebaran virus Corona melalui produk atau paket sangat rendah.

Virus Corona SARS dan MERS memang diklaim bisa hidup selama sembilan hari pada benda mati. Sementara virus Corona jenis baru atau SASR CoV-2 disebut punya kemampuan serupa. Kendati begitu, peneliti bidang mikroboologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sugiyono Saputra mengungkapkan, belum ada penelitian spesifik yang mengukur kemampuan bertahan virus Covid-19.

Sementara dikutip dari Live Science, studi menunjukkan, virus Corona tidak dapat bertahan lama pada surat atau paket. Virus hanya dapat hidup pada kombinasi kondisi lingkungan tertentu seperti suhu, kurangnya paparan sinar matahari, dan kelembapan tertentu.

6. Hand sanitizer lebih baik daripada sabun dan air

WHO menegaskan bahwa, hand sanitizer tidak sebaik sabun dan air. Artinya, kemampuan sabun dan air dalam membersihkan kuman atau virus Corona terbilang lebih baik daripada hand sanitizer.

7. Jenazah di dalam kubur dapat tularkan virus Corona

Faktanya dalam keterangan yang disampaikan bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Dr. Umi menjelaskan, pemulasaran jenazah COVID-19 selalu dilakukan sesuai standar protokol kesehatan oleh pihak-pihak yang berwenang.

Selain itu, pedoman pengurusan jenazah juga selalu dilakukan dengan menerapkan pedoman-pedoman yang telah diatur dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia atau MUI Nomor 18/2020, dalam rangka menghindarkan tenaga penyelenggaraan jenazah dari paparan COVID-19, yang pertimbangan asas-asas hukum syariah.

Untuk metode pembungkusan jenazah, Dr. Umi juga menjelaskan bahwa, ada susunan yang diterapkan menggunakan plastik, kafan, plastik, kantong jenazah kemudian peti. Kemudian petugas pengelola juga harus dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) dan didisinfeksi usai penanganan.

Oleh karena itu, masyarakat harusnya tak perlu khawatir tentang jenazah yang terinfeksi virus Corona. Karena tenaga medis telah mengani jenazah tersebut sesuai dengan prosedur kesehatan yang terjamin.

[NON | RWT]



Berita Lainnya