Internasional

Antisipasi Serangan Rusia, Warga Sipil Ukraina Ikut Pelatihan Militer

Kaltim Today
08 Februari 2022 14:47
Antisipasi Serangan Rusia, Warga Sipil Ukraina Ikut Pelatihan Militer
Ilustrasi tentara Ukraina. (Volodymyr Zakharov/iStock)

Kaltimtoday.co - Di tengah meningkatnya ketegangan dengan Rusia, Pasukan Ukraina di bawah Pertahanan Teritorial mengadakan pelatihan militer untuk warga sipil. Pelatihan tersebut diadakan di ibu kota Kyiv dan diikuti lebih dari 100 warga sipil, personel militer, dan pasukan cadangan.

Dilansir dari Suara.com, sebagai langkah perekrutan massal tentara sukarelawan, pelatihan dilakukan oleh Legiun Ukraina yang merupakan sebuah badan pelatihan militer bagi penduduk sipil.

Pertahanan teritorial Ukraina adalah sistem nasional, militer, dan tindakan khusus yang dilakukan di seluruh negeri pada masa damai untuk mempersiapkan negara menghadapi segala kemungkinan ancaman militer.

Berdasarkan kebijakan otoritas Ukraina yang mulai berlaku pada 1 Januari, jumlah permanen Pasukan Pertahanan Teritorial di masa damai akan menjadi 10.000 personel karir, dengan tambahan 120.000 pasukan cadangan sipil untuk direkrut dan dilatih.

Total tentara sukarelawan akan terdiri lebih dari 130.000 orang, termasuk pasukan cadangan.

Komponen utama formasi sukarelawan termasuk mereka yang bertugas di jajaran Angkatan Bersenjata Ukraina atau di formasi militer dan lembaga penegak hukum lainnya. Adapun bagi mereka yang tidak memenuhi syarat, akan ditolak menjadi sukarelawan.

Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina dilaporkan akan memiliki lebih dari 20 brigade, satu per wilayah, yang akan menyatukan lebih dari 150 batalyon. Untuk dapat masuk ke dalam jajaran Tentara Nasional Teritorial, para relawan tersebut harus melalui serangkaian pelatihan, antara lain dasar militer, pelatihan medis, dan pertolongan pertama.

Selain itu, mereka juga harus lulus seleksi profesional dan psikologis serta wajib menandatangani kontrak secara sukarela.

Sebagaimana diketahui, Ukraina dan Rusia telah terlibat konflik sejak permusuhan di wilayah Donbas timur pecah pada 2014. Konflik pecah setelah Rusia secara ilegal mencaplok Semenanjung Krimea.

Belum lama ini, Rusia mengumpulkan puluhan ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina.

Hal ini memicu kekhawatiran bahwa Kremlin dapat merencanakan serangan militer terhadap Ukraina. Moskow membantah sedang bersiap untuk menyerang. Mereka mengerahkan pasukan di perbatasan untuk latihan.

Menyatukan Semua Orang

Andriy Rikun, perwakilan resmi dari Markas Besar Pertahanan Kyiv mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa, pelatihan diadakan untuk menyatukan semua orang jika terjadi situasi terburuk.

"Mereka bersiap-siap untuk memukul mundur musuh pada waktu yang tepat (bila diperlukan)," katanya.

Rikun mengatakan dengan pelatihan tersebut, masyarakat juga belajar bagaimana mengungsi dalam situasi darurat, memberikan pertolongan pertama, dan melindungi keluarga (mereka) sendiri.

"Pelatihan kami meliputi taktik (militer), penggunaan senjata, pertolongan pertama, (mempersiapkan) tas darurat, pertempuran dengan pisau, evakuasi, dan kelangsungan hidup, berbagai macam hal yang dapat berguna bagi seseorang jika terjadi perang dan bencana teknologi," tegasnya.

Rikun mencatat bahwa pelatihan terakhir diadakan pada musim semi lalu.

Dia juga menambahkan bahwa pelatihan telah berlangsung selama delapan tahun terakhir atau sejak dimulainya konflik Rusia-Ukraina pada tahun 2014.

"Kami tidak berhenti dan tidak akan berhenti. Pelatihan ini hanya untuk mereka yang ingin bergabung," tambahnya.

Harus Selalu Siap 

Anastasia Sakva, seorang sukarelawan berusia 21 tahun, mengatakan dia menghadiri pelatihan untuk pertama kalinya.

Namun dia menyampaikan sebelum mengikuti pelatihan, dia adalah anggota Legiun Ukraina dan organisasi serupa lainnya.

“Saya suka ada beberapa lokasi (untuk pelatihan) dan orang-orang tidak dimasukkan dalam kelompok besar, dan ini nyaman untuk menerima dan memproses informasi dengan baik,” katanya.

“Bahkan jika kita bukan bagian dari Angkatan Bersenjata atau formasi lainnya, kita tidak dapat berharap bahwa dia dapat mempelajari (pelatihan militer) ini dalam seminggu atau sebulan di pusat pelatihan yang berbeda jika terjadi eskalasi, seperti yang terjadi pada tahun 2014 ketika tidak ada yang siap. Oleh karena itu, saya percaya bahwa kita harus selalu siap dan berlatih dalam kehidupan sipil," kata dia.

Sergiy Fomenih, seorang sukarelawan dan tentara cadangan berusia 54 tahun, mengatakan dia bergabung sejak 2016.

“Tujuan utamanya adalah melatih bangsa agar tidak panik jika terjadi deklarasi perang, sehingga semua orang tahu apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, dan ke mana harus pergi. Juga, untuk mengetahui setidaknya cara memegang senjata,” ungkap Fomenih.

Pembentukan akhir tentara sukarelawan akan dilakukan pada musim gugur dan akan diikuti hampir setengah juta orang.

“Terima kasih banyak kepada Turki yang ramah atas bantuannya. Ini adalah negara saudara kami. Kami siap untuk menjaga kerja sama yang erat,” ujar Fomenih.

Fomenih menyoroti bahwa kunjungan resmi baru-baru ini oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Kyiv adalah langkah yang sangat baik oleh Turki terhadap Ukraina.

"Saya menilai positif (peran Turki dalam mediasi antara Kyiv dan Moskow), dan berpikir bahwa, tentu saja, jika memungkinkan, perlu menyelesaikan konflik secara damai, tetapi jika ada konfrontasi, maka kita dapat membela diri kita sendiri," ucap dia.

Erdogan dalam banyak kesempatan menyuarakan bahwa Turki siap menjadi tuan rumah pertemuan puncak para pemimpin Rusia dan Ukraina guna meredakan ketegangan yang sedang berlangsung.

[RWT | SR]

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Related Posts


Berita Lainnya