Headline

Infrastruktur Jalan dan RTH di Samarinda Belum Maksimal, Ini Komitmen Para Calon Wakil Wali Kota

Kaltim Today
11 November 2020 11:19
Infrastruktur Jalan dan RTH di Samarinda Belum Maksimal, Ini Komitmen Para Calon Wakil Wali Kota
Debat publik calon wakil wali kota Samarinda berlangsung tadi malam di Hotel Mercure Samarinda.

Kaltimtoday.co, Samarinda - KPU Samarinda kembali menggelar debat publik antar calon wakil wali kota pada Selasa (10/11/2020) malam di Hotel Mercure Samarinda. Debat dimulai pada pukul 20.00 Wita dan dipandu oleh moderator Rina Juwita, akademisi dari Universitas Mulawarman.

Ketentuan debat kali ini tak jauh berbeda dengan debat calon wali kota tempo hari. Terutama dari segi durasi dan segmen debat. Ada 3 tema yang diperdebatkan. Mulai infrastruktur, narkoba, hingga layanan publik. Pada tema infrastruktur, terdapat sejumlah pertanyaan menarik yang telah dibuat oleh tim penyusun.

Amplop C yang dipilih cawalkot nomor urut 3, Sarwono berisi pertanyaan tentang langkah konkret apa yang akan dia lakukan agar warga Samarinda lebih memilih bandara APT Pranoto di Sungai Siring. Sebab, akses jalan ke sana sering kali dilanda banjir. Terutama dari daerah Alaya dan D.I Panjaitan. Warga mengeluhkan hal tersebut dan memilih untuk menggunakan bandara di Balikpapan.

"Jalan dari D.I Panjaitan yang lurus menuju bandara seyogyanya bukan satu-satunya jalan. Kalau dipertahankan, langkah riilnya lakukan pelebaran jalan di kiri kanan 1 meter. Ini perlu bersinergi antara kota, provinsi, dan APBN karena statusnya jalan negara," ungkap Sarwono.

Dia juga menambahkan bahwa, dari Jalan Batu Besaung pun sudah ada badan jalannya. Namun belum dikerjakan. Itu menembus ke simpangan menuju Pampang. Kemudian di simpang 3 dari Barambai, Bayur, dan Batu Besaung menuju Pampang jaraknya tak begitu jauh. Lalu dari Betapus, ada akses yang sudah dibuka menuju Lempake dan tembus ke Tanah Merah. Menurutnya, kawasan itu sudah bebas banjir namun perlu ada peningkatan lebih.

Menanggapi jawaban tersebut, Darlis berpendapat bahwa ketika masyarakat Samarinda pergi ke APT Pranoto, keluhannya tak hanya soal jalan. Namun juga soal fasilitas yang menunjang. Contohnya seperti jam dan jumlah penerbangan yang tersedia. Ketepatan penerbangan dan kenyamanan juga harus jadi perhatian. Sedangkan Rusmadi menyebut, untuk jangka pendek harus memberi perhatian serius kepada jalur D.I Panjaitan dengan membuat parit di sisi Alaya. Agar banjir bisa tertangani.

"Apa yang disampaikan Pak Sarwono tadi itu betul. Kita sebenarnya punya outing route mulai simpang Batu Besaung ke bandara. Hanya memang membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sekitar Rp 800 miliar," beber Rusmadi.

Kemudian, selanjutnya adalah Muhammad Darlis cawalkot nomor urut 1 yang memilih amplop A. Berisi soal permasalahan yang sering dikeluhkan warga Samarinda yakni buruknya infrastruktur jalan. Mudah rusak dan minim penerangan. "Langkah apa yang akan Anda lakukan untuk memastikan infrastruktur jalan memenuhi standar kualitas dan terpelihara dengan baik?" tanya Rina.

Darlis menjawab bahwa Samarinda yang berstatus sebagai ibukota Kaltim mempunyai jalan dengan status jalan nasional, provinsi, dan kota. Untuk jalan nasional, dia bersama Muhammad Barkati akan berkoordinasi secara maksimal dengan pemerintah pusat agar bisa tertangani dengan baik. Soal jalan provinsi, mereka akan memastikan ke Pemprov dan bertanggung jawab atas jalan-jalan berstatus provinsi. Sedangkan untuk jalan kota, mereka akan bertanggung jawab sepenuhnya. Sehingga masyarakat bisa menikmati jalan dengan aman dan nyaman.

Rusmadi turut menanggapi. Menurutnya, memikirkan rasa aman para pengguna jalan sangatlah perlu. Terutama di beberapa titik jalan seperti jalur Sungai Dama ke Sambutan dan Anggana. Di kawasan Gunung Manggah sudah banyak memakan korban. Artinya, perlu ada perhatian serius dan infrastrukturnya diperbaiki. Sedangkan Sarwono berpendapat, infrastruktur jalan harus tersedia dengan baik. Jalan kota di Samarinda ada 547 km. Jalan provinsi ada 74 km. Sedangkan jalan negara ada 54 km. Sehingga ada porsi penganggaran tersendiri.

"Kondisi pembangunan jalan yang anggarannya terbatas, tentu harus kita mengalokasikan anggaran tanggap darurat. Jika ada jalan berlubang tidak perlu menunggu 1 tahun. Bisa diperbaiki saat itu juga," bebernya.

Terakhir, giliran Rusmadi Wongso cawalkot nomor urut 2 yang memilih amplop B. Rina menyampaikan pertanyaan terkait komitmen dan strategi apa yang akan dia lakukan untuk memenuhi kewajiban kebutuhan 30 persen Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Tepian. Sebab ketersediaan RTH sangat minim, jauh dari ketentuan minimal 30 persen yang diamanatkan di UU Nomor 26/2007.

Rusmadi kembali mengingatkan bahwa Samarinda sebentar lagi menuju kota metropolitan dan Ibu Kota Negara (IKN) akan berlabuh di Kaltim. Maka suasana nyaman, aman, dan produktif perlu diraih. Memenuhi kebutuhan 30 persen RTH akan jadi kewajiban dan perhatiannya bersama Andi Harun.

Namun berdasarkan data yang dihimpun Rusmadi dari Perda Nomor 2/2014 justru Samarinda telah memiliki 42 persen dari luas total wilayahnya. Menurutnya, evaluasi kembali memang perlu. Jika terpilih, dia berkomitmen untuk memberi perhatian di daerah-daerah bantaran sepadan sungai, sudut-sudut jalan akan dibangun untuk RTH. Hingga menargetkan di tiap kelurahan paling tidak ada 1 taman bermain yang dilengkapi Wi-Fi.

Sarwono menanggapi jawaban tersebut. Dijelaskannya, Samarinda kini baru mencapai 9,5 persen. Banyak cara untuk memenuhi itu dan penghijauan. Contohnya seperti bekas lubang tambang tetap dipertahankan untuk menampung air. Dinormalkan unsur kimianya menjadi air baku untuk air bersih.

"Di sekitarnya menggunakan jaminan reklamasi, penghijauan dengan tanaman yang produktif. Tiap rumah diwajibkan menanam pohon. Kalau perlu setiap yang menikah diwajibkan menanam 3 pohon. Sebab tiap pohon bisa menampung ratusan kubik air," beber Sarwono.

Sedangkan Darlis, memohon maaf pada Rusmadi karena dia meragukan data yang disampaikan Rusmadi perihal 42 persen RTH sudah terpenuhi di Samarinda.

"Barang kali yang dimaksud adalah sekadar ruang terbuka tapi tidak hijau. Bisa saja lebih dari 40 persen. Tapi kalau ada kata hijaunya, saya meragukan. Samarinda ini tingkat pertumbuhan penduduk akibat migrasinya tinggi. Orientasi pembangunan kita ke depan harus berubah. Dari horizontal ke vertikal," pungkas Darlis.

[YMD | TOS]


Related Posts


Berita Lainnya