Kukar

Jalan Tenggarong Sebrang-Sebulu Rusak Parah, Warga Keluhkan Alat Berat yang Terus Melintas

Kaltim Today
13 Februari 2021 18:47
Jalan Tenggarong Sebrang-Sebulu Rusak Parah, Warga Keluhkan Alat Berat yang Terus Melintas
Kondisi jalan di Desa Giri Agung Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara saat dilintasi kendaraan berat. (Istimewa)

Kaltimtoday.co, Tenggarong - Sebut pembangunan jalan provinsi di Kecamatan Tenggarong Seberang tepatnya dari patung lembuswana sampai di Kecamatan Sebulu,  akan dicanangkan tahun ini dengan anggaran sekitar 54 Miliar. Warga setempat menagih janji dan berharap segera dilakukan perbaikan.

Dalam pantauan Kaltimtoday.co pada hari Rabu (10/02/2021), saat menyusuri rute akses jalan tersebut hingga di Desa Giri Agung, Sebulu. Terdapat beberapa titik jalan aspal dalam kondisi rusak ringan hingga berat, namun terdapat jalan yang sudah di semenisasi tapi tidak merata sebab jalur selanjutnya aspal.

Lantaran status jalan provinsi yang menghubungkan 3 Kecamatan di Kutai Kartanegara, kendaraan muatan berat sering dijumpai oleh masyarakat sekitar, tak jarang melintas bersamaan.

Berdasarkan pantauan Kaltimtoday.co, jalan dengan kerusakan parah ada di Desa Sukamaju, Tenggarong Seberang dan rusak paling parah di Desa Giri Agung, Sebulu. Selain itu, kendaraan CPO dan kendaraan alat berat selalu lalu lalang melintas tanpa henti sejak pagi hingga malam hari. Jadi wajar saja jika akses tersebut rusak parah dan pantaslah banyak masyarakat mengeluh akan kondisi ini.

Menurut Yono berusia 70 tahun sudah tinggal di Desa Giri Agung sejak tahun 1983 menuturkan, jalannya ini sangat sering dilintasi kendaraan CPO dan alat berat seperti membawa exsa, buldoser dan sebagainya. Di dekat rumah, kebutulan ada gunung tinggi jadi hampir setiap hari mobil tidak kuat naik. Sering kali.

Dia menambahkan, memang jalan ini sudah lama sekali rusak, sebetulnya kan di semenisasi tahun 2000 keatas tapi baru dapat beberapa meter saja, sekitar 100 meter yang lainnya belum kena semenisasi.

"Karena ini aspal terkadang bercampur tanah sehingga debunya sangat menggangu khususnya untuk pernapasan," kata Yono.

Dia berharap agar pemerintah segera dibangun atau diperbaiki sesuai dengan standar pembangunan infrastruktur yang bagus apalagi ini jalan provinsi. Kalau semenisasi ya harus segera di semenisasi, apalagi dirinya dengar anggaran tahun ini.

"Harapanya harus segera dibangun dan terwujud. Orang yang gak tau disalahkan, orang yang gak salah disalahkan, yang salah malah gak kena apa-apa, " terang Yono.

Yono menuturkan, pernah pihak Desa mengadakan perbaikan bersifat sementara dengan tanah merah atau laterik. Ada Warga menerima dengan bagus tapi adapula yang justru salah paham dan marah-marah ke pihak desa terkait perbaikan tersebut. Sedangkan wewenang pembangunan ada di Pemprov.

Hal senada juga turut disampaikan perempuan berusia 50 tahun yang sudah menetap selama 10 tahun Desa Giri Agung. Ibu rumah tangga yang biasa disapa Mundari sangat mengeluhkan debu dari kendaraan ketika cuaca panas.

"Sudah 2 tahun gak pernah buka pintu rumah soalnya debunya sungguh luar biasa banyak. jangankan buka sedangkan ditutup aja debu masih bisa masuk, jadi capek nyapunya," keluh Mundari.

Jadi buka pintu kalau jalan dan mengeluarkan kendaraan setelah itu ditutup lagi, kemudian dia menunjukan dedaunan di rumahnya yang terlihat debu menempel sehingga warna hijaunya tertutupi. Bahkan, lanjut Mundari, kambing miliknya tidak mau makan daun-daun dan rumput jadi makannya hanya kulit kedelai.

"Makanya dari dulu sebelum ada corona sudah pakai masker setiap hari," ujarnya.

Sebagai anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dirinya kerap keluar rumah, ada 2 hal yang sangat di khawatirkan Mundari yakni debu dan kendaraan berat sebab setiap jalan dilalui rusaknya parah apalagi banyak tanjakan dengan kondisinya sangat memprihatikan.

Pernah, lanjut Mundari, kendaraan bawa exsa jatuh untungnya tidak ada orang disampingnya, bayangkan kalau ada rasanya menakutkan. Sedangkan lampu rumah saja pernah rusak karena disenggol bak kendaraan waktu mobil itu gak kuat nanjak dan mundur.

Diketahui ada 7 tanjakan dan beberapa tempat kondisi menikung, saat hujan, lanjut Mundari, mereka tidak berani jalan karena jalanya licin akhirnya menunggu jalan kering dulu. Mundari menuturkan pernah jatuh sebanyak 10 lebih.

"Pernah mereka nungguin jalan kering dan tidur didalam mobil selama 2 hari di depan rumahnya," ungkap wanita tersebut.

Ketika hujan kerap kali memposting kondisi jalan melalui kanal Facebook namun hingga kini tak ada tanggapan dari pemerintah. Dengan adanya pembangunan tahun ini sepanjang 6 kilo meter. Mundari menuturkan, harus di prioritaskan yang rusak parah dulu jangan searah langsung 6 KM.

"Pokonya yang rusak parah didulukan seperti tanjakan yang rawan kecelakaan," harapnya.

Ditempat berbeda, Sitowadi pria berusia 53 tahun berprofesi sehari-hari di kebun mengatakan, jalan di Desa Giri Agung sudah gak parah lagi.

"Iya, jalannya gak parah lagi tapi kalau hujan langsung jadi kolam," kesalnya.

Selain itu, dirinya turut ikut andil dalam kampanye Sarkowi di SP 1, mereka mengatakan kalau lolos akan diperbaiki akses jalan disini. Hingga sekarang masyarakat Giri Agung masih menunggu janji-janji tersebut.

"Tim pemenangan Sarkowi sendiri bilang, kalau saya lolos tagihlah pak dirumah saya, bawakan petil," ujar Sitowadi menirukan kata tim Sarkowi yang selalu diingatnya.

Kalau tahun ini ada perbaikan berarti janjinya ditepati sebab masyarakat sangat menanti-nantikan hal ini segera terwujud. Jika pembangunannya hanya 6 kilo saja, Sitowadi mengharapkan agar jalan yang lain paling tidak dilakukan pengerasan. Sebab jika hujan aktivitas masyarakat sulit untuk kemana-mana karena kondisi jalan yang tak memungkinkan dan susah dilewati.

"Paling tidak sisanya itu ada pengerasan jalan lah, itu sudah membuat masyarakat senang," harapnya.

[SUP | NON]

 


Related Posts


Berita Lainnya