Opini

Ketergantungan Kaltim Terhadap Batu Bara dan Pendorong Ekonomi Indonesia di Pasar Internasional

Kaltim Today
06 Juli 2020 20:48
Ketergantungan Kaltim Terhadap Batu Bara dan Pendorong Ekonomi Indonesia di Pasar Internasional

Oleh: Muhammad Maulidan (Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia)

Kalimantan Timur, memang salah satu provinsi yang dikenal akan kekayaan alamnya. Provinsi ini dikenal sebagai paru-paru dunia, hal ini dibuktikan dengan hutan belantara yang tumbuh subur di tanah Kalimantan. Namun, tahukah kalian bahwasanya Kaltim memiliki segudang sumber daya alam yang sangat melimpah hingga mampu menopang perekonomian Indonesia di tingkat internasional?

Benar, Kaltim kaya akan sumber daya alam energi fosil, salah satunya adalah batubara. SDA yang dikenal sebagai emas hitam ini dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dan kegunaan perusahaan industri. Emas hitam ini merupakan SDA primadona di Kaltim. Karena predikat primadona ini, batubara selalu dikeruk setiap waktu karena terbukti mampu menghasilkan energi yang sangat besar dan berguna bagi kehidupan masyarakat.

Di Indonesia, batubara dapat ditemukan di daerah cekungan tersier seperti di Sumatera dan Kalimantan. Namun, dalam artikel kali ini kita akan membahas emas hitam yang ada di Kaltim dan seberapa besarnya bagi Indonesia dalam pasar internasional ?

Perlu diketahui bahwasanya Kaltim memiliki tambang batubara terbesar di Indonesia, bahkan dua di antaranya terbesar di dunia! Berikut adalah tambang batubara raksasa yang ada di Kaltim:

  1. Indo Tambangraya Megah Tbk.
  2. Berau Coal
  3. Kideco Jaya Agung
  4. Adaro Indonesia Tbk.
  5. Kaltim Prima Coal

Dari kelima tambang batubara raksasa tersebut, terdapat dua perusahaan yang memiliki produksi terbesar dan terbanayak di dunia. Dua perusahaan tersebut adalah Adaro Indonesia dan Kaltim Prima Coal (KPC). Adaro Indonesia memproduksi batubara 55,3 juta ton per tahun (2014) sedangkan KPC memproduksi 45,5 juta ton per tahun (2013). Masing–masing tambang batubara ini juga memiliki pasar internasionalnya sendiri, seperti:

  1. Pembeli batubara KPC berasal dari India sebesar 20,5%, China 15%, Jepang 9,5%, Filipina 5,6% dan sisanya dari negara lain seperti Malaysia, Taiwan, Thailand, Korea, Italia, Brunei Darussalam dan juga Pakistan.
  2. Adaro Indonesia menjual batubara nya ke Jepang, China, Eropa, dan beberapa negara Asia Tenggara.
  3. Kideco Jaya Agung juga memasok batubaranya ke China, Jepang, dan Hongkong.

Melihat dari data tersebut, kita bisa mengetahui bahwasanya batubara yang ada di Kaltim ini memiliki jangkauan serta pelanggan dari pasar internasional nya, ini dibuktikan dengan pembeli yang justru berasal dari negara negara yang dikenal maju seperti China, Jepang, Hongkong, Korea dan beberapa negara di Benua Eropa. Namun, sadarkah kalian bahwasanya dengan besarnya tambang raksasa batubara ini dan banyaknya pelanggan dari berbagai negara justru menimbulkan suatu ketergantungan ekonomi? Mari kita bahas bersama-sama.

Batubara memiliki kedudukan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, dimana sebagai pemasok batubara di pasar internasional, Indonesia menjadi negara terbesar kedua dengan posisi pertama yang ditempati oleh Australia yang menjadi negara pemasok batubara terbesar di dunia. Australia dan Indonesia kini sama-sama menduduki sebagai eksportir bersih (net exporter) utama dari energi fosil batubara dunia, dengan memiliki porsi ekspor masing masing sebesar 249,4 juta ton dari Australia, dan 220,3 juta ton untuk Indonesia.

Di samping itu, batubara juga menjadi sumber utama dari energi primer dari Indonesia setelah minyak bumi, dimana batubara menyumbang 46% dan minyak bumi sebesar 21%. Dengan angka sebesar itu, maka dapat dikatakan batubara menjadi sumber devisa utama negara, dimana berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa mesin penghasil devisa RI terbanyak yaitu batubara sekitar U$ 21,07 miliar dan ini menyimpulkan bahwa batubara telah menjadi dan masih menjadi “nadi” dari pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Namun, besarnya angka tersebut selalu menimbulkan suatu pertanyaan, apakah Indonesia sangat candu terhadap ekspor batubara? Bisa dibayangkan betapa ketergantungannya Indonesia terhadap emas hitam ini. Timbul suatu tanda tanya bagi penulis dan pembaca sekalian, bagaimana jika cadangan batubara di Kalimantan mulai menipis dan habis? Memang tidak bisa dipungkiri bahwa, cadangan batubara di Kalimantan Timur masih sangat melimpah, terhitung dari data Kementerian ESDM yang dilansir oleh databooks, cadangan batubara di Kaltim masih sekitar 48.180 juta ton.

Mungkin penulis memberikan spekulasi bahwasanya Indonesia masih dalam posisi ternyama, dimana cadangan masih banyak, mulai produksi, ekspor ke negara langganan seperti China,India dan Jepang dan terakhir mendapatkan devisa yang besar dan ekonomi negara akan tumbuh dengan baik. Hal ini juga dapat diperkuat dimana daerah Kalimantan Timur sendiri perekonomiannya pada kuartal pertama tahun 2020 tumbuh 1,27%. Dari sini, penulis mengasumsikan benar bahwa emas hitam ini akan selalu menjadi senjata utama Kaltim dan Indonesia. Akan tetap selalu bergantung dan tidak akan berpaling ke hal apapun karena raksasa perusahaan batubara di Kalimantan Timur akan selalu ekspor besar-besaran ke negara pembeli karena dengan hal ini, mampu menjadi senjata utama stablitias ekonomi dan mempertahankan pasar global.(*)

*) Opini penulis ini adalah tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co


Related Posts


Berita Lainnya