Opini

Mahakam dan Segala Kebutuhannya

Kaltim Today
26 Juni 2020 13:13
Mahakam dan Segala Kebutuhannya

Oleh: Grace Sisilia Panjaitan, (Mahasiswa Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta)

Air merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan, segala jenis makhluk hidup memerlukan air untuk bertahan hidup. Penggunaan air yang tiada batas ini memicu permasalahan-permasalahan lingkungan yang dapat berdampak ke berbagai jenis organisme. Manusia, untuk memenuhi kebutuhan air, biasanya memanfaatkan aliran sungai yang berdekatan dengan daerah tempat tinggal. Ketergantungan manusia dan jumlah populasi sangat mempengaruhi kualitas air suatu daerah.

Sungai Mahakam adalah salah satu sungai besar yang berada di Kalimantan Timur. Sungai sepanjang kurang lebih 920 kilometer dengan luas 149.227 km2 dan lebar 300-500 meter ini sampai sekarang masih aktif sebagai jalur transportasi perairan. Panjangnya sungai membuat banyak sekali anak-anak sungai yang aliran airnya berasal dari sungai Mahakam. Sungai Mahakam dulunya ditempati oleh satwa air tawar berwarna kelabu, Pesut Mahakam. Pencemaran air sungai yang semakin meningkat akhirnya membuat hewan yang suka melompat-lompat di udara akhirnya 'mudik' ke daerah perairan Kutai Kartanegara.

Pencemaran air dapat digambarkan dengan masuknya komponen lain yang bukan berasal dari air yang biasanya akibat aktivitas manusia. Pencemaran dapat berbentuk makhluk hidup, zat, dan lainnya yang dapat mengubah sifat fungsional oleh karena penurunan kualitas air. Bagaimana caranya untuk mengetahui apakah air di suatu daerah tercemar adalah dengan pengecekan langsung dan dapat digunakan indikator; kimia maupun biologis.

Pencemaran aliran Sungai Mahakam sayangnya belum bisa dihindari. Sumber pencemar yang bervariasi menjadi sebab utama pencemaran. Adapun pencemaran oleh logam dari aktivitas pertambangan, limbah kelapa sawit, adanya illegal fishing, dan aktivitas kapal yang membuang limbah minyak di daerah aliran sungai (DAS). Hal ini sebaiknya dikurangi ataupun ditiadakan karena Sungai Mahakam memiliki peranan fungsional dalam memenuhi kesejahteraan masyarakat Samarinda. Potensi perikanan sampai sumber air bersih apabila sungai dirawat dengan baik akan sangat menguntungkan semua pihak. 

Dampak pencemaran aliran Sungai Mahakam tentunya akan merugikan manusia maupun lingkungan. Masyarakat kota akan kesulitan dalam melestarikan dan menyediakan air untuk kehidupan sehari-hari. Padahal air paling banyak digunakan dalam rumah tangga, antara lain untuk memasak dan mencuci. Pencemaran sungai juga memicu berkurangnya jumlah tangkapan ikan dan akan berpengaruh terhadap beberapa masyarakat yang memiliki mata pencaharian nelayan. Pencemaran yang berlebihan dapat menyebabkan rusaknya ekosistem sungai dan daya dukung lingkungan di sekitar. Oleh karena pencemaran lingkungan, menyebabkan terjadinya bencana alam. Banjir adalah salah satu bukti dari pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh manusia. Pastinya, kita tidak ingin banjir terus terjadi, karena hal ini akan sangat membahayakan untuk ketahanan struktur tanah.

Perkembangan ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah alam seperti ini, salah satunya dengan menerapkan biomonitoring. Biomonitoring sebenarnya sudah banyak diterapkan di kota-kota lain di Indonesia, tetapi untuk di Samarinda sendiri yang merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Timur masih sangat minim informasi pengelolaan menggunakan metode satu ini. Biomonitoring dilakukan dengan penentuan beberapa titik dan pengambilan sampel air dan makroinvertebrata dari beberapa stasiun. Contoh makroinvertebrata adalah keong, siput, udang, dan lain-lain. Makroinvertebrata dibuat menjadi indikator kualitas air sungai dianggap tercemar. Semakin banyak jumlah organisme-organisme ini, maka pencemaran air sungai tergolong besar.

Secara umum, biomonitoring dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahap pertama, yaitu pengambilan data pendukung di daerah aliran sungai. Proses ini dilakukan dengan memperhatikan dua jenis parameter, fisik dan kimia. Parameter fisik yang dipantau adalah kecepatan aliran sungai, suhu, pH, dan kekeruhan sungai. Adapun penggunaan beberapa larutan kimia termasuk ke dalam pemantauan dengan parameter kimia. Setelah itu, dilakukan pengambilan sampel seperti pemisahan dan identifikasi sampel yang terdapat dalam tiap stasiun. Tahap terpenting selanjutnya adalah analisis data. Hal ini perlu dilaksanakan untuk mendapatkan indeks atau nilai kuantitatif. Dalam melakukan analisis data, biasanya menggunakan perhitungan terkait. Apabila hasil analisis sudah didapatkan, dapat dibuat kesimpulan mengenai kualitas air Sungai Mahakam.

Pencemaran lingkungan khususnya DAS Mahakam perlu segera ditindaklanjuti dengan saksama, bukan hanya selalu memperhatikan struktur pembangunan kota. Tanpa adanya lingkungan yang lestari, suatu daerah tersebut tidak akan mendapatkan potensi maksimal dari daerah itu sendiri. Pemerintah perlu lebih membuka pemahaman kembali dalam menjaga lingkungan hidup, bukan hanya isu-isu lain yang sekiranya kurang penting bagi kemajuan daerah-daerah hingga negara sekalipun. Adanya bentuk kepedulian terhadap pencemaran sungai Mahakam adalah dengan membiasakan diri untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Sampah yang dimaksudkan tidak hanya sampah padat saja, tetapi sampah cair yang sering dikenal dengan limbah. Limbah apabila semakin menumpuk akan menimbulkan gangguan bagi suatu daerah. Endapan limbah akan meningkatkan derajat pH dari air sungai, yang bisa berbahaya untuk dikonsumsi. Walaupun air sungai dapat diolah sebelum disalurkan untuk keperluan sehari-hari, hal ini tidak menutup kemungkinan tetap adanya pencemaran yang akan berefek pada tubuh dalam jangka panjang. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah memperhatikan pengolahan limbah di daerah Kalimantan Timur untuk meminimalisir adanya pencemaran oleh limbah. 

Berkurangnya jumlah hutan di Kaltim juga mempengaruhi pencemaran aliran sungai. Bisa dikatakan kerja alam tidak dapat berjalan dengan benar, apabila beberapa bagian dari alam tersebut mengalami kerusakan. Munculkanlah pola pikir dimana alam adalah sahabat kita, karena sama-sama saling membutuhkan dalam kehidupan. Manusialah yang lebih membutuhkan alam, karena terlebih dulu diciptakan alam untuk manusia tempati. Di beberapa ajaran agama pasti diceritakan, alam diminta untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dimanfaatkan dan dipelihara agar bermanfaat untuk ke depannya. (*)

*) Opini penulis ini adalah tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co



Berita Lainnya