Opini

Marhaban Ya Ramadan

Kaltim Today
24 April 2020 09:27
Marhaban Ya Ramadan

Oleh: Machnun Uzni (Founder Sahabat Misykat)

Ramadan telah datang, dalam hitungan sebulan kita melakukan peribadahan. Bulan ketaatan, bulan meraih ketaqwaan. Syukuri usia dipertemukan Ramadan tahun ini. Meski masjid mushola tidak boleh terisi, tadarus Al Quran akan sepi dan jelang berbuka hiruk pikuk penjual pembeli makanan di pasar tiban tak akan kita jumpai.

Sedang membersihkan diri sang bumi, manusia disuruh sejenak 'iktikaf' berdiam diri. Karena di rumah menjadi manusia rebah, jangan sampai melenakan diri. Sebagaimana Hamka dalam tulisannya yang masih tetap relevan menjadi permenungan diri. Waktu berlalu begitu pantas menipu kita yang terlena. Belum sempat berdzikir di waktu pagi, hari sudah menjelang siang, belum sempat bersedekah pagi, matahari sudah meninggi. Niat pukul 09.00 pagi hendak Sholat Dhuha, tiba-tiba adzan Dhuhur sudah terdengar dari mushola. Teringin setiap pagi membaca 1 juz Al-Quran, tapi lembar-lembar kitab suci tetap saja utuh tersimpan di rak almari.

Rancangan untuk tidak akan melewatkan malam kecuali dengan Tahajjud dan Witir, walau pun hanya 3 rakaat, semua tinggal angan-angan. Beginikah berterusannya nasib hidup menghabiskan umur? Lalu tiba-tiba menjelmalah usia di angka 30, sebentar kemudian 40, tidak lama terasa menjadi 50 dan kemudian orang mulai memanggil kita dengan panggilan “nek kakek” menandakan kita sudah tua.

Lalu sambil menunggu sakaratul maut tiba, diperlihatkan catatan amal yang kita pernah buat di dunia. Astaghfirullah, ternyata tidak seberapa sedekah dan infaq cuma sekadarnya, mengajarkan ilmu yang tidak seberapa, silaturahim masih jarang yang membuat saat kita bertamu membuat mereka gembira.

Justru, apakah roh ini tidak akan melolong, meraung, menjerit menahan kesakitan di saat berpisah daripada tubuh ketika sakaratul maut, ketika kematian tiba?

Tambahkan usiaku ya Allah, aku memerlukan waktu untuk beramal sebelum Kau akhiri dengan ajal.

Belum cukupkah kita menyia-nyiakan waktu selama 30, 40, 50 atau 60 tahun?

Perlu berapa tahun lagikah untuk mengulang pagi, siang, petang dan malam, perlu berapa minggu, bulan, dan tahun lagi agar kita bersedia untuk meninggal? Kita bernegosiasi, Rabbi laula akh-khortani ila ajalin qorib fa a-shoddaqo wa akun-minas sholihin. Ya Rabb, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS. Al Munafiqun;10)

Kita tidak pernah merasa kehilangan waktu dan kesempatan untuk menghasilkan pahala, maka 1.000 tahun pun tidak akan pernah cukup bagi orang-orang yang terlena, malam kemuliaan pun hanya akan menjadi temaram yang hilang ditelan fajar.

Apakah demikian juga dengan Ramadan kita, hanya menjadi lintasan kehadiran yang tiap tahun kita berjumpa.

Selamat menunaikan Ibadah Puasa Ramadan, kita teguhkan menjadi Ramadan kepedulian untuk menggembirakan nilai kemanusian.(*)

*) Opini penulis ini adalah tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co



Berita Lainnya