Samarinda

Meninggal karena Gangguan Ginjal atau Dikeroyok di Dalam Lapas? Keluarga Mantan Napi Samarinda Lapor ke Polisi

Kaltim Today
11 Februari 2020 21:54
Meninggal karena Gangguan Ginjal atau Dikeroyok di Dalam Lapas? Keluarga Mantan Napi Samarinda Lapor ke Polisi
Kalapas Klas II A Samarinda M Ilham Agung.

Kaltimtoday.co, Samarinda - Kepergian seorang mantan napi Lapas Kelas II A Samarinda bernama Ahmad Syukur (35) tentu menyisakan duka bagi keluarga. Akan tetapi, kepergian terpidana kasus narkotika ini meninggalkan kejanggalan, yang mana saat sang kakak bernama Sugianto (44) hendak memandikan jenazah adiknya, di rumah duka Jalan Gunung Pasir RT 38, Kelurahan Melayu, Kecamatan Tenggarong, Selasa (11/2/2020) menjelang siang.

Sugianto menemukan sejumlah lebam di tubuh belakang mendiang adiknya. Tak cuma satu, bahkan sampai enam luka ditemukan. Dengan kejanggalan tersebu, Sugianto kemudian berinisiatif mengambil telpon genggamnya untuk mendokumentasikan lebam tersebut.

Setelah itu, proses pemakaman jenazah dihentikan. Sugianto kemudian berembuk bersama rekan dan keluarganya untuk mencari kebenaran dari kematian sang adik. Atas kesepakatan bersama, keluarga kemudian kembali mengantarkan jenazah Ahmad Syukur menggunakan mobil ambulan, menuju RSUD AW Sjahranie, Samarinda dan tiba sekitar pukul 14.00 Wita.

Sesampainya di rumah sakit, pihak keluarga langsung melanjutkannya ke Polresta Samarinda, guna memberikan laporan resmi untuk mengungkapkan kematian sang adik. Ketika dijumpai di lorong ruang Satreskrim Polresta Samarinda, Sugianto mengatakan, mulanya mendapatkan kabar dari saudaranya yang lain di Kutai Timur (Kutim) kalau Ahmad Syukur mengalami sakit parah dan sedang dilarikan ke RSUD AW Sjahranie pada Senin (10/2/2020) pukul 17.00 Wita.

"Kemudian saya tiba di rumah sakit sekitar jam 8 malam," tutur Sugianto.

Setelah melengkapi semua administrasi rumah sakit, Sugianto akhirnya bisa berjumpa dengan Ahmad Syukur. Namun tak banyak kata yang bisa diucapakan Ahmad Syukur. Dia hanya sempat meminta untuk infus yang berada di kiri dipindah ke bagian kanan lengannya.

"Dia (Ahmad Syukur) minta badannya dimiringkan, katanya sakit bawahnya (badan). Sama dia ngeluh kaki sama perutnya bengkak," ulasnya.

Setelah menjenguk dan memastikan kondisi sang adik, Sugianto kemudian kembali pulang ke kediamannya di Kukar. Merasa semua bisa baik-baik saja, Sugianto justru terkejut mendapatkan kabar lanjutan bawah sang adik meninggal dunia pada Selasa (11/2/2020) pukul 04.30 dini hari.

Tanpa kecurigaan, Sugianto menerima jenazah sang adik yang segera dibawanya ke rumah duka. Dari sinilah awal mula kejanggalan ditemukan. Bahkan kepada awak media, Sugianto mengaku, pada enam bulan silam, sang adik sempat menelpon istrinya dan melaporkan kalau di dalam Lapas Kelas II A, Jalan Jendral Sudirman, Samarinda Kota, Ahmad Syukur kerap mendapatkan penganiayaan dari beberapa teman satu sel tahanannya, dan seorang oknum petugas penjagaan.

Lapas Kelas II A Samarinda tempat Ahmad Syukur menjalani proses hukuman selama setahun terakhir.
Lapas Kelas II A Samarinda tempat Ahmad Syukur menjalani proses hukuman selama setahun terakhir.

Lebih jauh dijelaskannya, Ahmad Syukur dipindahkan ke Lapas Samarinda sejak setahun terakhir. Sebelumnya, tiga tahun silam, Ahmad Syukur menjalani masa tahanannya di Lapas Tenggarong dengan putusan hukum selama lima tahun penjara.

"Kami minta keadilan biar kematian adik kami ini bisa diusut tuntas," harapnya.

Sementara itu, dari data yang dihimpun, lebam di bagian belakang tubuh Ahmad Syukur ditemukan memar merah kehitaman di bagian pinggang atas, dari sisi kiri melebar ke sisi kanan hingga ke bagian dada bawah sebelah kanan dengan diameter 18 cm x 8,9 cm x 13 cm x 28 cm.

Kedua, memar merah kehitaman ditemukan di bagian dada sebelah kanan dengan diameter 9cm x 7cm. Ketiga, terdapat memar pada punggung kiri berbentuk garis membelah dengan warna kemerahan, berdiameter 17 cm x 1,5 cm. Keempat, memar kemerahan berbentuk 'V' atau garis membelah di pinggang atas dengan diameter 6 cm x 7 cm.

Kelima, ditemukan luka lecet di bagian perut dan di paha sebelah kanan dengan diameter 17 cm x 8 cm x 5 cm x 25 cm. Terakhir, ditemukan bagian dada bawah sebelah kiri, tepatnya rusuk bagian bawah terlihat menonjol ke arah luar.

Kanit Jatanras, Satreskrim Polresta Samarinda Iptu Abdul Rauf.
Kanit Jatanras, Satreskrim Polresta Samarinda Iptu Abdul Rauf.

Sementara itu, menindak lanjuti laporan pihak keluarga, Kasat Reskrim Polresta Samarinda Kompol Damus Asa, melalui Kanit Jatanras Iptu Abdul Rauf mengatakan, jajarannya telah menerima berkas tersebut dan segera melakukan tindak lanjut.

"Laporan baru kami terima sore ini. Proses lanjutannya nanti akan ditentukan setelah kami meminta keterangan keluarga lebih jauh," kata Rauf.

"Tentu selanjutnya kami juga akan melakukan koordinasi dengan pihak lapas terkait untuk kelanjutannya," sambungnya singkat.

Terpisah, Kepala Lapas (Kalapas) Kelas II A Samarinda, M Ilham Agung saat dijumpai di ruang kerjanya mengaku, terkejut dengan menyeruaknya informasi ini. Menurut pengakuan Ilham, jika kematian Ahmad Syukur tidak disertai tanda kekerasan seperti yang dilaporkan pihak keluarga.

Kalapas Klas II A Samarinda M Ilham Agung.
Kalapas Klas II A Samarinda M Ilham Agung.

Menurut Ilham, saat dalam pendampingan di rumah sakit, Ahmad Syukur pun tidak ada mengeluhkan sedikitpun tentang dugaan penganiayaan yang dialaminya.

"Kondisinya saat itu masih sempat ngobrol dengan petugas kami," tutur Ilham.

Informasi dihimpun, dua bulan terakhir, tepatnya pada Desember 2019 silam. Ahmad Syukur kerap keluar masuk klinik kesehatan Lapas Kelas II A Samarinda lantaran kondisinya yang tidak begitu stabil. Akan tetapi, selama enam kali keluar masuk klinik kesehatan itu, petugas tidak sekalipun mendapati keluhan tindak kekerasan terhadap Ahmad Syukur.

Saat disinggung mengenai informasi yang didapat dari istri korban, kalau ada tindak pengeroyokan, Ilham mengaku, belum bisa memastikan kebenaran tersebut, dan berniat akan melakukan penyelidkan di dalam internalnya.

"Kalau memang benar pasti akan ketemu, saya yakin. Kami akan pelajari dan selidiki informasi tersebut," imbuhnya.

Sedangkan kondisi terakhir, sebelum Ahmad Syukur meninggal dunia, lanjut Ilham, dirinya menduga jika kematian warga binaannya karena gangguan ginjal.

"Kaki dan perut memang membengkak. Biasa kematian gangguan ginjal pasti ada lebam," jelasnya.

Atas analisa tersebut, Ilham tidak merasa adanya kejanggalan. Namun hal tersebut kini telah berbeda.

"Kami akan tetap terbuka. Bahkan kalau mau telusuri (polisi) kami pasti akan membantu untuk mencari jalan keluar terbaik untuk ini," tegasnya.

Hingga berita ini diturunkan, jenazah Ahmad Yusuf masih berada di ruang jenazah RSUD AW Sjahranie untuk menunggu kelanjutannya. Apakah nanti akan dilakukan proses autopsi atau tidak, untuk menerangkan kasus kematian Ahmad Syukur yang banyak menyisakan kejanggalan bagi pihak keluarga.

[JRO | RWT]


Related Posts


Berita Lainnya