Samarinda

Minimalisir Kerusakan Lingkungan, UPTD PTPH Kaltim Maksimalkan Klinik PHT dan PPAH Daerah

Kaltim Today
08 September 2020 21:39
Minimalisir Kerusakan Lingkungan, UPTD PTPH Kaltim Maksimalkan Klinik PHT dan PPAH Daerah
Kepala UPTD PTPH Kaltim, Diah Adiaty Yahya ungkap memaksimalkan KLINIK PTH DAN PPAH guna mewujudkan pertanian yang ramah lingkungan. (Syalma Namira/ Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Fenomena kerusakan lingkungan yang kian gencar pada tumbuhan dan hewan, menjadi perhatian Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Holtikultura (DPTPH) Kaltim. Guna mewujudkan lingkungan yang lestari, DPTPH Kaltim hendak mewujudkan konsep pertanian yang ramah lingkungan.

Salah satu langkah yang ditempuh dengan mengurangi limbah rumah tangga dengan mendaur ulangnya menjadi pupuk organik bagi pangan. Peran tersebut digagas oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura (UPTD PTPH) yang masih berada di bawah naungan DPTPH Kaltim. Memulai gerakan tersebut, UPTD PTPH memaksimalkan Klinik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan Pos Pelayanan Agen Hayati (PPAH) , di Kalimantan Timur telah memiliki layanan tersebut sejak 2006.

Hadirnya lembaga tingkat petani tersebut membantu masyarakat dalam merencanakan, mengelola, serta mengawasi produk pangan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan dengan melibatkan mikroba, baik bakteri maupun jamur, dan komponen alam lainnya secara penuh guna meminimalisir penggunaan bahan kimia. Salah satu produk terkenal yang berhasil dikembangkan oleh klinik PHT adalah agen hayati.

Diah Adiaty Yahya, selaku Kepala UPTD PTPH Kaltim menuturkan, keberadaan klinik PHT di Kaltim hingga saat ini baru berjumlah 15 unit. Kendati telah berdiri sejak 14 tahun silam, optimalisasi lembaga tingkat petani tersebut, baru gencar kembali pada 2017 guna percepatan pembangunan serta pemenuhan visi SDGS 2030 mewujudkan pertanian yang berkelanjutan.

“Penggunaan bahan kimia pada proses produksi pangan, dapat mencemarkan lingkungan, merusak tanah, habitatnya, serta produk yang dihasilkan menjadi tidak terlalu aman untuk dikonsumsi. Sehingga PPAH dan Klinik PHT hadir sebagai lembaga yang melakukan sosialisasi pangan sehat kepada masyarakat khususnya petani,” terang Diah.

Meski penggunaan bahan kimia, memakan waktu yang lebih cepat dalam prosesnya, hal tersebut apabila tidak menciptakan alternatif lain, akan menimbulkan dampak kelangkaan dan ketergantungan pada produk kimia yang dapat menghasilkan limbah tak terurai. Melihat efisiensi waktu pada produk bahan kimia, Diah mengaku tak heran jika petani dan pelaku bisnis memilih bahan baku tersebut sebagai vitamin penunjang produk pangannya.

“Sifatnya yang praktis, membuatnya kian dilirik. Namun, jangan sampai membiarkan petani dan para pelaku usaha menjadi malas untuk memerhatikan dampak pada lingkungan setelahnya, terutama pada penggunaan pupuk kimia, padahal ada alternatif dengan pupuk organik,” imbuh wanita berhijab tersebut.

Penggunaan pestisida tidak haram pada dasarnya, Namun dengan takaran yang tepat. Seperti pada konsep yang digagas pada prinsip PHT yakni gerakan 6T, Tepat sasaran, tepat mutu, tepat jenis pestisida, tepat waktu, tepat dosis atau konsentrasi, dan tepat cara penggunaan. Guna mewujudkan pertanian yang ramah lingkungan, tindakan pengenalan dan sosialisasi kepada masyarakat menjadi prioritas utama.

“Dari PPAH dan Klinik PHT, kami memiliki perpanjangan tangan sebagai petugas POPT yang berusaha mendampingi petani terutama pada daerah sentra pangan guna membantu meningkatkan produksi pangan namun tetap mengarahkan dengan memaksimalkan bahan baku alam dalam prosesnya,” ucap Diah.

Lebih lanjut, beberapa PPAH dan Klinik PHT sempat vakum, akibat petani yang memilih jalur cepat peningkatan produksi dengan menggunakan bahan buatan seperti pupuk kimia. Sehingga, UPTD PTPH dengan siap menarik sarana yang diberikan dari anggaran APBN maupun APBD, guna dialokasikan kembali pada daerah yang membutuhkan lembaga tersebut.

Klinik PHT mampu memproduksi Agen Pengendali Hayati (APH) berupa Tricokompos, PF kompos,PF cair, Paenibacillus cair, starter Tricoderma, PJPR, Mol, Pesnab hingga POC. APH yang tercipta diharapkan sesuai namanya mampu membawa peningkatan kualitas produk dan lebih utama mengurangi dampak kerusakan lingkungan.

“Kami akan terus memaksimalkan Klinik PHT dan PPAH pada setiap daerah, kedua lembaga tersebut merupakan unit yang penting dan merupakan ujung tombak pelestarian lingkungan,” pungkas Diah.

[SNM | RWT | ADV]


Related Posts


Berita Lainnya