Opini

Pemerintah Kurang Kritis, Kebijakan Impor Beras di Negeri Agraris, Membuat Petani Semakin Miris

Kaltim Today
23 Maret 2021 15:39
Pemerintah Kurang Kritis, Kebijakan Impor Beras di Negeri Agraris, Membuat Petani Semakin Miris

Oleh: Renaldi Saputra (Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman)

Keputusan pemerintah tahun ini yang mengatakan akan melakukan impor beras sebanyak 1- 1,5 ton  seakan kontradiktif dengan apa yang telah digaungkan oleh Presiden Jokowi belum lama ini, yaitu tentang gaungan benci produk asing dengan dalih sebagai pengamanan pangan di masa pandemi.

Pemerintah masih kurang kritis dalam pengambilan kebijakan serta keputusan. Pasalnya hal ini menuai banyak kritikan dari masyarakat, mahasiswa dan khususnya para petani. Hal tersebut dianggap tidak masuk akal karena sejumlah indikasi menunjukan bahwasanya produksi padi pada tahun 2021 akan meningkat, dengan kata lain begitu juga dengan kondisi beras di negeri agraris ini. Namun, pemerintah seakan buta melihat fakta yang sebenarnya ada. 

Selain kontradiktif dengan apa yang disampaikan oleh presiden mengenai gaungan benci produk asing, pemerintah juga dalam hal ini mengkhianati para petani yang seperti diketahui wacana impor beras ini juga bertepatan dengan panen raya di beberapa daerah sehingga membuat petani merasa cemas akan keputusan impor tersebut.

Pemerintah akan melakukan kebijakan untuk menjaga ketersediaan beras dalam negeri. Pertama pemerintah akan mengimpor 500.000 ton untuk cadangan beras pemerintah (CBP), dan 500.000 ton sesuai kebutuhan perum Bulog (Badan Urusan Logistik). Kedua, perum Bulog ditargetkan menyerap gabah setara 900.000 ton saat panen raya pada Maret - Mei 2021 dan 50.000 ton pada Juni - September 2021.  

Diketahui pula kondisi produksi padi berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi Peningkatan produksi padi dari 2019 ke 2020 hingga mencapai 45 ribu ton. Pada tahun 2019 produksi padi mencapai 54.604.033,34 ton lalu meningkat menjadi 54.649.202,24 ton. Pada kuartal I tahun ini, BPS juga memperkirakan produksi beras akan meningkat 26%. Ini juga sama persis, pada 2021 produksi akan lebih tinggi.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Kaltim Today (@kaltimtoday.co)

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto yang menyampaikan bahwa potensi produk beras periode Januari - April 2021 diperkirakan mencapai 14,54 juta ton atau meningkat 3,08 juta ton (26,84%) dibandingkan dengan periode Januari - April 2020 sebesar 11,46 juta ton. adapun potensi luas panen padi pada periode Januari – April 2021 mencapai 4,86 juta ha atau meningkat sekitar 1,02 juta ha (26,53%) dibandingkan tahub 2020 yang hanya sebesar 3,82 ha.

Jadi untuk sipakah impor beras ini?

Impor beras akan memberikan efek kepada pasar. Pasokan yang berlebihan akan menyebabkan harga di tingkat usaha tani semakin jatuh. Pada Februari saja harga gabah kering panen (GKP) di sentra produksi sudah mencapai Rp 3.995 per kg, turun dari Januari yang sebesar Rp 4.600 per kg. Harga ini diperkirakan akan turun lebih rendah pada Maret – April mengingat adanya panen raya.

Bulog juga tidak bisa menyimpan beras terlalu lama. Kejadian ini pernah terjadi pada 2018, terdapat 20.000 ton beras Bulog yang terancam busuk dikarenakan terlalu lama disimpan di gudang penyimpanan.

Selain itu perkiraan produksi panen raya periode Januari – April 2021, stok beras di perum Bulog pada Desember 2020 tercatat masih ada sekitar 7 juta ton beras. Maka melihat hal itu bahwa sebenarnya kita sedang menghadapi surplus untuk pasokan beras di tahun 2021. Apabila impor ini memang menjadi alasan untuk menjalin hubungan bilateral, apakah harus dengan bertepatan dengan musim panen raya.

Bukankah adanya impor di tengan surplus ketersediaan beras justru akan lebih banyak menurunkan harga beras dalam negeri? Pemerintah seharusnya lebih kritis melihat hal–hal tersebut bukan malah membuat petani semakin miris dengan kebijakan–kebijakan yang diambil yang katanya ingin mensejahterakan petani.(*)

*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co



Berita Lainnya