Bontang

Rp 18,5 Miliar untuk Program "Kotaku" di Selambai, 6 Poin Ini Jadi Perhatian Serius

Kaltim Today
06 Februari 2020 22:14
Rp 18,5 Miliar untuk Program "Kotaku" di Selambai, 6 Poin Ini Jadi Perhatian Serius
Ir. Maksi Dwiyanto menyampaikan hasil evaluasi program Kotaku pada 2015-2019.

Kaltimtoday.co, Bontang - Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) periode 2020-2021 akan difokuskan di Selambai, Loktuan.

Berdasarkan data yang dihimpun Kaltimtoday.co, total anggaran mencapai Rp 18,5 miliar. Sebagian dari anggaran tersebut berasal dari pengalihan dana yang sebelumnya digelontorkan untuk pembuatan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).

Belakangan diketahui, IPAL yang sebelumnya akan dibangun di Selambai dihentikan, karena infrastruktur jalan sepanjang 400 meter jauh lebih perioritas.

"Nanti juga akan ada jalan melingkar di sana, dan jalur evakuasi untuk keperluan emergency," Ujar Rina, Kasi Perumahan dan Kawasan Pemukiman dari Dinas Perkim, saat ditemui di sela-sela acara diskusi Lokakarya Kotaku yang melibatkan OPD, di Hotel Tiara Surya, Selasa (05/02/2020).

Besarnya anggaran tersebut berasal dari berbagai pihak, seperti dari pusat, lembaga swadaya, CSR, dan pemerintah kota itu sendiri.

Pada pembangunan pelbagai infrastruktur di Selambai, hasil fisik akan mulai terlihat pada Agustus 2020. Hal ini dikatakan langsung salah satu pihak dari Program Kotaku, Gery.

"Hasil fisik sendiri akan ditarget pada bulan delapan," kata Gery, yang juga sebagai ketua panitia acara.

Sementara itu, di tempat yang sama, Ir. Maksi Dwiyanto menyampaikan, enam poin penting yang menjadi evaluasi, saat program Kotaku dimulai sejak 2015 silam.

Enam poin tersebut antara lain; Penanganan kumuh masih persial, penanganan kumuh belum mengubah wajah pemukiman, penanganan kumuh belum menangani rumah, penanganan kumuh tidak fokus dilakukan di satu lokasi/hamparan (masih spot-spot), penanganan kumuh belum menjadi urusan bersama (masih sektoral), dan penanganan kumuh hanya fokus pada infrastruktur (padahal sosial, ekonomi, kesehatan, pendidikan, budaya ada di lingkungan pemukiman kumuh).

Kendati begitu, pengurangan kota kumuh cukup efektif pada rentang 2015 hingga 2019. Terdata, dari 123,21 hektar telah diselesaikan sebanyak 16,33 hektar.

Apakah pembangunan yang difokuskan di Selambai selesai tepat waktu, dengan anggaran yang begitu besar? Menarik untuk disimak!

[BID | RWT | ADV]



Berita Lainnya