Samarinda

Terpilih Jadi DPS Samarinda 2019, Ini Kesan Pesan Manaf dan Talita

Kaltim Today
02 Desember 2019 15:01
Terpilih Jadi DPS Samarinda 2019, Ini Kesan Pesan Manaf dan Talita

Kaltimtoday.co, Samarinda - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) berkomitmen menyadarkan masyarakat Samarinda tentang bahaya sampah. Oleh karena itu, DLH menggerakkan aksi peduli sampah dengan menggelar pemilihan Duta Peduli Sampah (DPS) 2019.

Diikuti 60 pendaftar se-Samarinda, DPS diyakini mampu memberi contoh kepada masyarakat tentang budaya membuang sampah yang baik.

Kepala DLH Nurrahmani mengatakan, pihaknya berupaya menyadarkan masyarakat untuk lebih peduli pada sampah.

"DPS ini salah satu solusi pemberdayaan manusia dan akan mengefektifkan gerakan pemerintah yaitu 2025 Samarinda bebas sampah," katanya.

Menurut dia, Samarinda terus berinovasi menyehatkan dan membersihkan lingkungan. Tidak hanya bicara soal debu dan banjir, tapi Samarinda akan terus berbenah.

"Kami untuk Samarinda menuju 2025 yang bebas sampah," sebutnya.

Adapun peserta lomba, terbagi dua jenis yakni putra dan putri. Juara pertama putra dimenangkan oleh Abdoel Manaf Rahadi. Juara dua diraih oleh M Akbar Jawa dan juara tiga diraih oleh M Penza Rizky.

Sedangkan peserta putri berturut-turut dimenangkan oleh Thalitha Aufa Nabila, Alesandra Dufer dan Dea Seandly.

Untuk juara 1 mendapatkan hadiah berupa uang sebesar Rp 2.000.000, juara 2 Rp 1.700.000 dan juara 3 sebesar Rp 1.000.000.

Sebagai pemenang putra pertama, Abdoel Manaf mengaku, bangga atas prestasinya tersebut. Menurutnya, juara adalah amanah yang harus diemban.

"Mendapatkan juara 1 sebagai Duta Peduli Sampah adalah kebanggaan yang luar biasa. Bagi saya, ini bukan soal menang atau kalah, tapi bagaimana tugas kami (29 finalis) ini menjadi role model kaum milenial untuk merubah mindset mereka tentang sampah," ungkapnya.

Sementara itu, Thalita merasa haru dan ingin memberi sumbangsih besar untuk DLH Samarinda.

"Lolos sebagai putri DPS 2019 ini sangat membanggakan, karena DPS ini yang dilihat bukan soal ajang bergengsinya, tapi murni tentang ketulusan kaula mudanya untuk bergelut di limbah, kotor, dan mayoritas orang bilang menjijikan. Tapi bagi kami tidak," pungkasnya.

[NYN | RWT | ADV]



Berita Lainnya