Samarinda

UMKT Gelar Bedah Buku Dunia Barat dan Islam, Hindari Konflik Keagamaan Saat Ini

Kaltim Today
29 November 2019 15:57
UMKT Gelar Bedah Buku Dunia Barat dan Islam, Hindari Konflik Keagamaan Saat Ini
UMKT Samarinda menggelar bedah buku Dunia Barat dan Islam karya Dr Sedibyo Markus, Jumat (29/11/2019).

Kaltimtoday.co, Samarinda - Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) Samarinda menyelenggarakan bedah buku yang berjudul Dunia Barat dan Islam karya dr Sudibyo Markus.

Acara ini merupakan rangkaian dari milad Muhammadiyah ke-107 yang dilaksanakan di Gedung E lantai 4 UMKT, Jumat (20/11/2019). Diskusi ini dihadiri ketua prodi se-UMKT, seluruh dosen UMKT, ratusan mahasiswa UMKT, serta beberapa warga Muhammadiyah di Samarinda.

Diskusi ini dibuka oleh Wakil Rektor 1 UMKT Ghozali MH, Ph.D dengan narasumber yaitu Sudibyo Markus yang merupakan seorang penulis dan juga Ketua PP Muhammadiyah.

Sebagai pembanding, dihadirkan pula KH. Muhammad Haiban selaku Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kaltim dan Pastor Dr. Moses Komela Avan, Pr.

Muhammad Haiban menyebutkan, terbitnya buku ini memberikan wawasan untuk masa sekarang agar tidak mudah terpolarisasi dengan isu agama.

"Ini bagus, memberikan wawasan kepada semua orang. Membuka wawasan bahwa tidak lagi terkotak-kotak. Punya satu pandangan untuk kemanusiaan. Ini untuk menghindari konflik," ungkapnya.

Senada dengan Haiban, Pastor Moses menuturkan, dari segi konten buku tersebut memaparkan bahan yang sangat lengkap. Dia menilai, isi buku sangat komprehensif, dari awal sampai dengan saat ini yang membahas tentang interaksi dunia barat yang punya values kekristenan dengan Islam.

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kaltim KH Muhammad Haiban.
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kaltim KH Muhammad Haiban.

Diskursus Islam dan Kristen yang harus dicari adalah common words sehingga wajah Islam yang toleran dengan diskursus peradaban yang mulia dapat terwujud.

"Ada periode semula yang memiliki cakrawala tersendiri, lalu berkembang keduanya, akhirnya memiliki cakrawala bersama. Itu pandangan tentang nilai-nilai universal yang menjadi konsen keduanya di masa sekarang," bebernya.

Dia juga turut mengapresiasi kegiatan literasi yang mewadahi diskusi-diskusi keagamaan di lingkungan akademik.

"Ini hal yang baik di dunia akademik. Karena di dunia akademik harus mampu tampil secara objektif melihat suatu peristiwa dan belajar tentang nilai-nilai peradaban," katanya.

Sementara itu dr Sudibyo Markus dalam paparannya menyatakan, terjadi benturan peradaban antara kelompok Islam dan Barat. Sentimen keagamaan menjadikan diskursus Islam dan barat cukup terjal.

Kondisi itu, sambung dia, harus dijembatani agar Islam dan Kristen mampu merajut dan membangun peradaban.

"Tentu tidak instan, banyak hal yang perlu diterjemahkan ke masyarakat. Tapi, dalam konteks perdamaian, rambu-rambu untuk membangun jiwa kebersamaan dan cinta damai," ujarnya.

Ditambah lagi, dirinya yang menekuni bidang pengantar agama dan kemanusiaan itu menyatakan, buku ini justru untuk melawan isu radikalisme.

"Ada panduan-panduan untuk mengatasi kekerasan dan intoleransi," imbuhnya.

Dia menegaskan, buku tentang kajian sejarah ini mengungkapkan pertentangan agama itu sangat merugikan.

"Zaman sudah berubah, harus fokus mengakhiri permusuhan masa lalu. Sekarang harus ada dialog yang lebih konkret, bukan hanya dialog filsafat atau teologi, itu tidak akan optimal. Yang optimal adalah dialog membangun permasalahan umat, seperti ingkungan, stunting, kematian ibu saat melahirkan dan lainnya," pungkas dr Sudibyo.

[RWT | ADV]


Related Posts


Berita Lainnya