Kaltimtoday.co, Penajam - Antusiasme masyarakat Penajam Paser Utara (PPU) dalam membangun usaha budidaya perikanan terus meningkat, terutama melalui skema kelompok pembudidaya atau Pokdakan. 

Namun, dibalik semangat itu, perdebatan mengenai metode dan media budidaya yang paling efektif pun mengemuka. Salah satunya berkaitan dengan penggunaan kolam terpal yang makin diminati oleh pembudidaya lokal, tetapi ternyata belum cukup kuat dijadikan acuan utama dalam pengembangan kebijakan.

Kepala Bidang Perikanan Budidaya dan Lingkungan Dinas Kelautan dan Perikanan (Diskan) PPU, Musakkar, mengungkapkan bahwa dorongan dari masyarakat untuk mengakses program bantuan dan mengembangkan usaha sangat tinggi. 

Namun, dari hasil diskusi internal dengan Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan (Bapelitbang), pendekatan berbasis kolam terpal perlu dievaluasi ulang dari sisi kebijakan dan skala pengembangan.

“Karena memang kemauan masyarakat itu banyak. Kemarin hasil diskusi dengan Bapelitbang, kolam terpal ini enggak bisa dijadikan acuan utama untuk pengembangan usaha,” ujar Musakkar.

Pernyataan ini membuka ruang refleksi terhadap arah kebijakan pengembangan budidaya di PPU. Kolam terpal yang dikenal lebih murah dan cepat dibangun memang menjadi favorit karena efisiensinya. Namun, dari perspektif kelembagaan dan keberlanjutan, penggunaan kolam ini dinilai masih memiliki banyak keterbatasan, terutama dalam hal durabilitas dan kapasitas produksi skala besar.

Meski demikian, Diskan PPU tak menutup mata terhadap tren konsumsi yang kini mulai berubah. Kebutuhan pasar turut membentuk preferensi teknologi budidaya, termasuk cara pembesaran ikan yang dianggap lebih higienis dan terkontrol.

“Tetapi di dalam pengembangannya sekarang itu, konsumen itu ada yang suka dengan kolam yang terkontrol. Kalau di kolam tanah itu kan agak ribet. Kalau kolam terpal itu kualitasnya terkontrol,” tutupnya.

[RWT | ADV DISKOMINFO PPU]