Nasional
Rumput Gelagah, Cara Murah dan Cepat untuk Bersihkan Air Limbah
Kaltimtoday.co - Rumput gelagah yang juga disebut phragmites,adalah tanaman lahan basah yang dianggap agresif, karena bisa mengalahkan tanaman lain, dan menggeser hewan atau binatang-binatang lain yang biasa hidup di sana. Phragmites bisa tumbuh cepat dan tinggi, antara satu sampai tiga meter, dan sepintas tampak sebagai tanaman bagus yang menghiasi tepi-tepi sungai dan dataran rendah. Tapi kini ada manfaat lain tanaman ini.
Sejenis tanaman air yang umumnya disebut rumput gelagah, ternyata lebih efisien untuk membersihkan air limbah daripada menggunakan alat-alat mekanis.
Kata para pakar, rumput gelagah itu bisa membersihkan air kotor dengan cepat dan murah.
Brandee Nelson adalah insinyur lingkungan yang bekerja untuk sistem lingkungan kota Tivoli di negara again New York. Ia mengenakan sepatu bot dari karet setinggi lutut sambil berjalan diantara rumput gelagah yang tumbuh di atas sebidang tanah berlumpur cair yang mirip sawah.
“Saya berdiri disini di dalam lumpur cair sampai setinggi mata kaki. Ini bukan lumpur biasa, tapi sisa-sisa bahan organik dari air limbah kotoran manusia yang telah mengendap. Konsistensinya seperti es krim cair,” ujar Nelson.
“Es krim cair” itu tadinya adalah kotoran manusia yang disentor ke dalam WC dan disalurkan ke tempat penampungan untuk dikeringkan. Hasilnya bisa dipakai untuk pupuk atau tanah penimbun.
Nelson sedang memantau pertumbuhan rumput gelagah yang baru saja ditanam di sawah organik itu.
Menurut Nelson, phragmites itu biasanya dianggap sebagai tanaman air yang menimbulkan masalah, karena tumbuh dengan cepat dan mendesak tanaman air lainnya yang dianggap lebih berguna.
Tapi dalam hal ini, tanaman itu justru melakukan sesuatu yang jauh lebih bermanfaat.
“Tanaman rumput gelagah ini fungsinya adalah menyerap air yang bercampur dengan kotoran manusia, karena tanaman ini bisa menyerap air dalam jumlah besar. Dalam waktu satu hari saja, lumpur kotoran manusia ini akan kering sama sekali,” imbuhnya.
Kata wakil walikota Tivoli Tom Cordier, itu berarti penghematan ongkos angkut sebanyak 45 ribu dollar untuk membuang kotoran itu ke tempat penimbunan.
Katanya, dengan menggunakan empang-empang pengering, dibutuhkan waktu sampai satu minggu untuk menguapkan airnya, kalau cuaca baik. Tapi seringkali, ketika kami sedang bersiap-siap menggunakan buldozer untuk mengambil sedimen yang sudah kering itu, turun hujan lebat sehingga lumpur kering itu kembali menjadi es krim cair, kata Cordier sambil tersenyum.
Pada musim dingin, empang-empang pengering itu beku, dan harus digali dengan menggunakan mesin-mesin sekop yang besar.
Kota Tivoli tadinya harus membuang sedimen kering itu tiap bulan, tapi kalau tanaman gelagah itu sudah tumbuh dengan lebat, kemungkinan untuk sepuluh tahun mendatang, tidak perlu lagi dikeruk, karena tanaman phregmatis itu secara alamiah akan memproses air kotor tadi dan menciptakan pupuk yang berguna.
[TOS | VOA]