Internasional

Ahli Peringatkan Potensi Perang Saudara di Amerika Serikat Setelah Percobaan Pembunuhan Trump

B-Network — Kaltim Today 15 Juli 2024 04:36
Ahli Peringatkan Potensi Perang Saudara di Amerika Serikat Setelah Percobaan Pembunuhan Trump
Calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump terluka usai ditembak remaja berusia 20 tahun. (Berita Satu)

BUTLER, Kaltimtoday.co - Sejumlah pakar menyatakan Amerika Serikat mungkin menghadapi risiko kekerasan serius, bahkan perang saudara, jika pria bersenjata yang menembak Donald Trump saat berkampanye di Butler, Pennsylvania, berhasil melukai mantan presiden itu dengan parah. 15 Juli 2024.

Serangkaian tembakan terdengar saat Donald Trump berpidato pada rapat umum kampanyenya di Butler, Pennsylvania pada Sabtu, 13 Juli 2024, sore waktu setempat. Trump hanya mengalami luka ringan di telinga kanannya dan segera dievakuasi oleh agen Dinas Rahasia.

Namun, beberapa pakar percaya bahwa situasinya bisa sangat berbeda jika Trump terluka lebih parah. "Amerika hanya berjarak satu inci dari ambang perang saudara. Jika Trump benar-benar terluka parah hari ini, tingkat kekerasan yang kita lihat sejauh ini tidak akan berarti apa-apa dibandingkan dengan apa yang terjadi dalam beberapa bulan ke depan," kata seorang penulis studi politik di Universitas Massachusetts kepada The Conversation.

FBI mengidentifikasi tersangka penembakan sebagai Thomas Matthew Crooks, 20, dari Bethel Park, Pennsylvania. Crooks ditembak mati oleh agen rahasia di tempat kejadian.

Analis percaya bahwa percobaan pembunuhan itu akan memperkuat narasi di kalangan pendukung Trump dan sayap kanan bahwa ada plot untuk mencegah mantan presiden itu kembali ke Gedung Putih. "Bagi kelompok sayap kanan, apa yang baru saja kita lihat sangat konsisten dengan narasi yang mereka bangun dan sebarkan selama beberapa bulan terakhir," kata Perliger, seorang pakar politik.

Analis CNN Stephen Collinson mencatat bahwa penembakan itu terjadi hanya beberapa hari sebelum Trump menerima pencalonannya di konvensi Partai Republik di Milwaukee awal pekan depan. "Menargetkan mantan presiden dalam kampanye tersebut dipandang sebagai serangan terhadap demokrasi dan hak setiap orang Amerika untuk memilih pemimpin mereka," katanya.

Joseph Meyn, seorang pendukung Trump di rapat umum di Pennsylvania, mengatakan serangan itu adalah tanda bahwa Amerika sedang dilanda kemarahan politik. "Masyarakat sepertinya sangat marah. Banyak orang di luar sana yang merasakan hal seperti itu," ujarnya.

Fakta bahwa Trump menjadi sasaran penembakan selama kampanye pemilu memunculkan perbandingan dengan pembunuhan kandidat Partai Demokrat Robert F. Kennedy pada 1968. "Pembunuhan Trump yang gagal mengakhiri periode 40 tahun di mana banyak orang percaya bahwa kemampuan Dinas Rahasia telah secara signifikan mengurangi kemungkinan tindakan tidak manusiawi," komentar Collinson.

Dalam konteks politik Amerika yang terpecah saat ini, percobaan pembunuhan ini dapat menimbulkan konsekuensi politik serius. "Trump telah dilihat oleh para pendukungnya sebagai pahlawan yang tak terkalahkan dan dihormati dalam kampanye pemilu. Citranya sebagai seorang pejuang yang terus-menerus diserang musuh kini menjadi semakin kuat," kata Collinson.

Foto Trump dengan darah di telinga dan pipinya, mengangkat tinjunya ke udara dengan latar belakang bendera Amerika saat ia diantar keluar panggung oleh agen Dinas Rahasia langsung menjadi ikon. "Para ahli mengatakan momen seperti itu akan tercatat dalam sejarah dan menambah legenda Trump di hati para pendukungnya," tambahnya.

Tim kampanye Trump menyatakan mereka masih berencana mengadakan Konvensi Nasional Partai Republik pada 15 Juli. "Trump sering kali paling sukses ketika memainkan peran sebagai martir dan penembakan 13 Juli membawanya kembali ke peran tersebut," kata Ashley Parker, seorang analis di Washington Post.

Setelah dirawat karena cedera telinga di fasilitas medis, Trump mengirimkan email singkat kepada para pendukungnya untuk menunjukkan ketangguhannya. "Ini adalah pesan dari Donald Trump," tulis email tersebut. "Saya tidak akan pernah menyerah."

Douglas Brinkley, sejarawan kepresidenan di Rice University, percaya bahwa gambaran Trump pada percobaan pembunuhan ini kemungkinan besar akan menjadi simbol. "Warga Amerika senang melihat ketangguhan dan keberanian di bawah tekanan. Trump yang mengacungkan tinjunya akan menjadi simbol baru," kata Brinkley. "Ketika dia selamat dari upaya pembunuhan yang gagal, dia akan mendapat banyak simpati dari masyarakat," tambahnya.

[TOS]


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Berita Lainnya