Gaya Hidup

Benarkah Makan Kurma Harus Ganjil? Berikut Penjelasan Beserta Dalilnya

Dahlia Norjanah Norma Susanti — Kaltim Today 15 Maret 2024 14:17
Benarkah Makan Kurma Harus Ganjil? Berikut Penjelasan Beserta Dalilnya
Kurma (freepik.com)

Kaltimtoday.co - Lazimnya di masyarakat saat buka puasa makan kurma dalam jumlah ganjil seperti tiga, lima, tujuh, atau sembilan. Namun, apakah harus ganjil? Begini penjelasan dan dalilnya.

Dalam ajaran Islam, kurma memiliki kepentingan khusus sebagai makanan yang dianjurkan dan sering dikonsumsi oleh Nabi Muhammad SAW.

Pohon kurma dan buahnya memiliki kedalaman makna simbolis yang berarti dalam beberapa ayat Al-Quran. Dalam teks suci tersebut, pohon kurma tidak hanya dianggap sebagai tumbuhan yang memberikan buah yang bergizi, tetapi juga sebagai simbol keberkahan dan kemurahan Allah.

Sebagai contoh, dalam kisah kelahiran Nabi Isa AS, pohon kurma dipandang sebagai tempat yang diberkati, di bawahnya  tempat kelahirannya. Hal ini menegaskan pentingnya buah kurma dalam konteks spiritual dan religius.

Kurma Menjadi Simbolik Islam

Pentingnya kurma dalam Islam tidak hanya terletak pada makna simbolisnya, tetapi juga dalam praktik dan ajaran agama. Dalam tradisi Islam, kurma memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah dalam memberikan sadaqah (amal kebajikan) dan zakat kepada yang membutuhkan.

Memberikan kurma kepada orang-orang yang kurang mampu adalah tindakan yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Hal ini tidak hanya mencerminkan kepedulian sosial, tetapi juga merupakan bentuk konkret dari pengamalan nilai-nilai kebaikan dan keberkahan yang diajarkan dalam agama.

Selain itu, dalam konteks kehidupan sehari-hari, kurma juga dianggap sebagai makanan yang diberkati dan dianjurkan untuk dikonsumsi, terutama saat berbuka puasa. Sunnah Nabi Muhammad SAW mencakup kebiasaannya dalam mengonsumsi kurma, baik sebagai bagian dari sajian makanan maupun sebagai makanan pokok saat berbuka puasa. Dalam hadis-hadis sahih terdapat banyak catatan tentang kebiasaan Nabi Muhammad yang mengonsumsi kurma, yang kemudian menjadi inspirasi bagi umat Islam untuk mengikuti sunnah beliau.

Apakah Pentingnya Kurma dalam Jumlah Ganjil atau Genap?

Dalam adat menyambut tamu, memberikan kurma juga menjadi kebiasaan yang populer, sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW yang menegaskan pentingnya memberi tindakan baik kepada para tamu. Dengan demikian, kurma tidak hanya dianggap sebagai makanan yang bernutrisi, tetapi juga memiliki signifikansi keagamaan dan sosial dalam ajaran Islam.

Mengutip dari muslimah.or.id, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin memberikan pandangannya tentang keharusan mengonsumsi kurma dalam jumlah ganjil atau genap.

ليس بواجب بل ولا سنة أن يفطر الإنسان على وتر، ثلاث أو خمس أو سبع أو تسع إلا يوم العيد عيد الفطر، فقد ثبت أن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم كان لا يغدو للصلاة يوم عيد الفطر حتى يأكل تمرات ويأكلهن وتراً، وما سوى ذلك فإن النبي صلى الله عليه وسلم لم يكن يتقصد أن يكون أكله التمر وتراً

“Itu tidak wajib dan tidak pula sunnah. Yaitu seseorang berbuka puasa dengan kurma yang ganjil, semisal tiga, atau lima atau tujuh atau sembilan. Kecuali di hari Idul Fitri. Karena terdapat dalil shahih bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam tidaklah berangkat shalat id kecuali memakan beberapa buah kurma dengan jumlah ganjil. Adapun selain itu, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam tidak memaksudkan untuk memakan buah kurma dengan jumlah ganjil”. (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, rekaman nomor 354)

Anjuran Makan Kurma Ganjil atau Genap Saat Buka Puasa

كان النبي صلى الله عليه وسلم لا يغدو يوم الفطر حتى يأكل تمرات ويأكلهن وتراً

“Nabi Shallallahu’alahi wa sallam biasanya tidak keluar pada hari Idul Fitri hingga makan kurma terlebih dahulu, dan beliau makan kurma dengan jumlah ganjil” (HR. Bukhari).

Juga hadits Buraidah radhiallahu’anhu:

كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلم لا يخرجُ يومَ الفطرِ حتَّى يَطعَم ، ويومَ النحرِ لا يأكل حتَّى يرجعَ فيأكلَ من نَسِيكتِهِ

“Nabi Shallallahu’alahi wa sallam biasanya tidak keluar pada hari Idul Fitri hingga makan terlebih dahulu, dan tidak makan pada hari Idul Adha hingga beliau kembali dari shalat, lalu makan dengan daging sembelihannya” (HR. Muslim no. 1308).

Fatwa ini tidak mengharamkan berbuka puasa dengan kurma dalam jumlah ganjil. Tentu saja, hal tersebut diperbolehkan. Namun, tidak perlu meyakini bahwa tindakan tersebut memiliki keutamaan khusus atau mempercayainya sebagai sunnah Nabi. Allah yang lebih mengetahui.


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Berita Lainnya