Kaltimtoday.co, Berau - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) telah dua kali terjadi di Berau dalam waktu kurang dari seminggu. Insiden pertama terjadi pada 5 Agustus, disusul insiden kedua pada 11 Agustus 2024. Kedua kejadian tersebut berlokasi di Jalan Poros Tanjung Batu, Kecamatan Pulau Derawan.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau Masyhadi Muhdi mengungkapkan, semua insiden tersebut dilaporkan oleh Posko Pembantu di Pulau Derawan. Setelah menerima laporan, petugas gabungan segera menangani kebakaran agar tidak meluas ke permukiman.

Secara nasional, beberapa daerah memang telah memasuki musim kemarau. Namun demikian, Berau belum masuk dalam kategori daerah rawan karhutla karena masih sering terjadi hujan, meski dengan curah yang rendah. Meski begitu, BPBD Berau tetap siaga penuh untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya karhutla.

"Beberapa waktu lalu kami sudah mengikuti apel siaga di tingkat provinsi dan memang telah diperintahkan untuk tetap bersiaga terhadap kemungkinan musim kemarau yang dalam dekat akan memasuki fasenya," katanya.

Dari perhitungan timnya untuk dampak yang ditimbulkan masih di bawah satu hektare. Walaupun tergolong rendah, kata Masyhadi pihaknya tetap bersiaga terhadap daerah-daerah rawan yang kerap terjadi karhutla di Berau.

Berdasarkan pengalaman, daerah rawan karhutla di Berau termasuk sekitar poros Labanan-Kelay, Kecamatan Segah, Tabalar, dan kawasan pesisir Tanjung Batu, Pulau Derawan. Daerah-daerah ini berada dalam radar BPBD, sehingga jika terjadi karhutla, posko pembantu di tiap kecamatan dan armada yang telah disiapkan akan segera dikerahkan. 

"Mau kemarau ataupun tidak, kami tetap siaga, mau di Mako ataupun di setiap posko yang telah kami miliki," katanya.

BPBD juga mengimbau agar masyarakat ikut mencegah terjadinya karhutla. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah tidak membuka lahan dengan cara dibakar.

[MGN | RWT]

Simak berita dan artikel Kaltim Today lainnya di Google News, dan ikuti terus berita terhangat kami via Whatsapp