Pendidikan

SMPN 4 Kelay dan Realitas Pendidikan di Berau, Urgensi Ruang Kelas yang Layak

Rizal — Kaltim Today 10 Oktober 2023 15:42
SMPN 4 Kelay dan Realitas Pendidikan di Berau, Urgensi Ruang Kelas yang Layak
Suasana proses belajar mengajar di SMPN 4 Kelay, Kampung Merapun dengan beratapkan terpal, bertiang kayu, dan berdinding spanduk. (Istimewa)

Kaltimtoday.co, Berau - Saat ini, infrastruktur pendidikan di Berau dinilai tidak maksimal. Lantaran belum lama ini, terlihat suasana miris di SMPN 4 Kelay yang melakukan proses belajar mengajar beratapkan terpal, bertiangkan kayu kecil, dan berdinding spanduk.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Berau, Madri Pani menyayangkan adanya peristiwa tersebut. Menurutnya, kurangnya fokus pembangunan sekolah di daerah perkampungan menjadi salah satu penyebab utama. 

“Padahal pembangunan infrastruktur harus disamaratakan. Jangan memandang letaknya ada di mana. Tetapi diupayakan bagaimana seluruh sekolah yang ada di Berau ini layak jadi tempat belajar mengajar,” tuturnya.

Dengan anggaran APBD Berau yang mencapai Rp 5,1 triliun, Madri menekankan pentingnya mengalokasikan dana yang cukup untuk peningkatan infrastruktur pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah di daerah terpencil.

“Dengan besarnya APBD kita ini, yang mencapai Rp 5,1 Triliun,  justru tidak layak jika masih ada sekolah yang kondisinya memprihatinkan,” imbuhnya.

Kepala Dinas Pendidikan Berau, Yudi Artangali mengakui bahwa dari 48 SMP di Berau, sekitar 20% dari sekolah tersebut masih kekurangan ruang kelas. 

“Dari 20 persen itu artinya ada 13 sekolah yang masih kurang ruang kelasnya. Kalau SD, ada 158 SD di Berau. Masih banyak juga yang kekurangan ruangan,” jelasnya.

Yudi mengaku, untuk menambah RKB tersebut, terdapat anggaran yang disiapkan pemerintah daerah sejumlah Rp 5 miliar. Sedangkan sisanya Rp 2 miliar untuk bangunan lain.

“Jadi ada Rp 7 miliar untuk SMP. Tapi jumlah itu bukan hanya khusus untuk bangun RKB. Anggaran itu juga untuk bangun gedung sekolah baru. Misalnya, di Lamin itu harapannya untuk bangun SD yang baru,” bebernya.

Menurutnya, jumlah tersebut tentu jauh dari kebutuhan. Padahal, total anggaran yang diperlukan untuk pembangunan RKB SMP senilai Rp 20 miliar. Seperti SMP, RKB SD bahkan jauh lebih memprihatinkan.

“Yang SD malah jauh sekali. Anggaran yang ada hanya Rp 2,2 miliar. Padahal kami perlukan Rp 20 miliar juga,” imbuhnya.

Ia mengatakan, untuk mengatasi kekurangan RKB itu, para kepala sekolah selama ini terpaksa memaksimalkan kreativitasnya. Atau dengan kata lain, para kepala sekolah menyiasati dengan memanfaatkan ruang atau gedung lainnya untuk dijadikan sebagai RKB.

“Ada yang memadatkan, ada yang shift, ada yang tambah dinding. Kemudian bangun tenda seperti yang baru terjadi sekarang ini di SMPN 4 Kelay itu,” ujarnya.

Terkait kurangnya RKB di Kelay, Yudi mengungkapkan, sudah ada rapat terkait masalah itu. Dalam waktu dekat, pihaknya juga akan segera turun ke lokasi untuk memantau kejelasan pembangunan tenda sebagai ruang kelas tersebut.

“Nanti kami cek di lapangan agar tidak confuse data. Karena data yang ada sebetulnya untuk SMPN 4 Kelay, kelas 3 itu hanya 22 orang. Itu cukup 1 kelas. Kemudian kelas 2 itu, 32 orang cukup 1 kelas. Sedangkan kelas 1 ada 38 orang,” ungkapnya.

Dengan banyaknya jumlah murid kelas 1 maka otomatis mesti ada dua ruangan. SMP Kelay sendiri memiliki 4 ruangan. 3 ruangan belajar dan 1 ruang laboratorium. Karena itu, apabila ruang lab dipakai maka tidak melahirkan masalah.

“Nah yang jadi pertanyaan saya kenapa dipakai tenda lagi. Mungkin kelas dua dibagi juga dua kelas. Padahal semestinya lebih bagus tambah kursi di dalam ruangan itu,” katanya.

Selanjutnya, Yudi berupaya agar ada penambahan RKB untuk SMP 4 Kelay tersebut. Hal itu bertujuan agar penggunaan tenda sebagai ruangan kelas tidak terjadi lagi.

“Kami dari dinas sudah mengusahakan 2024 tambah 3 ruang kelas belajar. Sehingga ada 6 ruang kelas. Tiap angkatan punya dua ruang kelas,” jelasnya.

Sementara, berdasarkan keterangan dari kepala sekolah SMPN 4 Kelay, Renita mengatakan kondisi tersebut dilakukan karena ruang kegiatan belajar (RKB) tidak mencukupi untuk menampung para siswanya. 

"Setidaknya ada kurang lebih 20 siswa yang belajar di sebuah tenda. Aktivitas itu dilakukan sejak tahun ajaran baru 2023 ini. Kami kekurangan RKB. Jadi sementara, kami membuat tenda untuk proses belajar mengajar agar lebih efektif," katanya.

Ia menjelaskan sekolah yang dipimpinnya hanya memiliki 3 RKB. Selama ini pihak sekolah telah memanfaatkan ruang laboratorium (Lab) IPA untuk mencukupi kekurangan ruangan belajar.

Namun, lantaran jumlah peserta didik baru cukup banyak. Sehingga harus dibagi menjadi dua kelas. 

"Tetapi saat dibagi, ruangan yang ada sudah tidak mencukupi. Dan untuk diketahui, sekolah yang terletak di Kampung Merapun ini, mengakomodir siswa dari 3 kampung dan 3 perusahaan swasta.

[RWT | ADV DPRD BERAU]

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Related Posts


Berita Lainnya