Samarinda
Syaharie Jaang Hadiri Hudoq Cross Border di Mahulu
Kaltimtoday.co, Samarinda - Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang menghadiri Festival Budaya Adat Dayak Hudoq Cross Border 2019 di Ujoh Bilang, Long Bagun, Mahakam Ulu (Mahulu) Kaltim. Dari perjalanan tersebut, ada banyak cerita menarik selama berada di kampung kelahirannya, terlebih dia ditemani istrinya Puji Setyowati.
Memang bukan kali pertama Syaharie Jaang menginjakan kakinya di Mahulu. Tapi setiap kehadirannya selalu saja membawa cerita menarik, terlebih edisi kali ini adalah saat Festival Hudoq Cross Border 23-26 Oktober. Dia datang bersama isteri dan rombongan para pejabat terkait lainnya.
Kedatangan Syaharie dan rombongan disambut antusias warga Mahulu yang merasa bangga memiliki putra daerah dan sukses, yaitu 20 tahun memimpin ibu kota Kaltim selama 2 periode sebagai wakil wali kota dan 2 periode sebagai wali kota Samarinda.
Jaang merupakan putra kelahiran Long Pahangai, Mahulu (waktu dilahirkan masih Kutai, red). Jaang langsung disambut ritual adat di dermaga Ujoh Bilang dan diterima Bupati Mahulu Bonifasius Belawan Geh.
Setelah itu, malam harinya rombongan wali kota bersama tamu lainnya termasuk Kepala Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Kaltim Dadek Nandimar, dijamu makan malam.
Besok siangnya, pada pembukaan festival Syaharie bersama isterinya yang juga anggota DPRD Kaltim ini kompak berpakaian adat Dayak dan ikut berpanas-panas menari berkeliling di lapangan kampung Ujoh Bilang.
Ayie (panggilan kecil Jaang, red) yang juga Ketua Umum Persekutuan Dayak Kalimantan Timur (PDKT) didaulat mendampingi Bupati Mahulu meresmikan pembukaan Festival Hudoq yang sudah menjadi agenda tahunan Kementerian Pariwisata. Beliau memilih untuk memukul gong karena mengenang masa kecilnya, dan Bupati Boni memukul tuvung (tambun).
“Kehadiran Pak Jaang merupakan kehormatan bagi kami, apalagi beliau adalah putra daerah Mahulu sebagai putra dayak yang berhasil membangun kota besar di Kalimantan. Nanti malam kami akan menari hudoq bersama mengenang masa kecil saat menugal masa tanam padi,” ungkap Boni.
Ya, malam harinya Jaang yang mengenakan pakaian Hudoq bersama Bupati berkeliling lapangan tanpa memperdulikan hawa panas karena sekujur tubuhnya dibalut daun pisang sebagai pakaian khas Hudoq.
“Panasnya seperti sedang sauna. Tapi saya tetap semangat. Saya yang tua aja semangat menari Hudoq, apalagi yang muda harus lebih semangat. Apalagi malam ini saya juga ikut bagian mencetak rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) menari 24 jam nonstop di lapangan ini,” ucap Jaang.
Alhasil, rekor MURI menari Hudoq 24 jam nonstop berhasil diraih dalam rangkaian Festival Hudoq Cross Border 2019. Piagam penghargaan diberikan perwakilan MURI Luthfi Pradana kepada Bupati Mahulu.
“Saya datang sebagai tamu dan sekaligus tuan rumah. Sudah 29 tahun menikah, baru ini saya bawa pulang isteri. Luar biasa budaya dan juga pesona alam Mahulu. Selama perjalanan menggunakan speed boat dari Tering kesini, istri saya pun terpesona. Seperti batu dinding, belum lagi air terjun dan riam-riam yang bagus untuk wisata arum jeram. Selain sebagai wali kota, saya akan jadi Duta Promosi Wisata Mahulu,” tutur Jaang.
Menurutnya, merupakan hal yang wajar mempromosikan kampung kelahirannya ini.
“Saya juga menjadi Duta Promosi Wisata Kukar. Karena jika wisatawan ke Tenggarong, mereka menginap, makan dan belanja juga ke mall-nya di Samarinda. Artinya menyumbang PAD untuk Samarinda. Begitu pula yang mau wisata ke Mahulu, mereka ke bandara APT Pranoto dan bisa juga menginap, makan di Samarinda,” ungkap Jaang.
[KMF2 | RWT | ADV]