Kaltim

Diambang Kepunahan, Lutung Kutai 'Drakula' Kalimantan Jadi Simbol Konservasi Adat Wehea yang Terabaikan Negara

Kaltim Today
01 Desember 2025 14:10
Diambang Kepunahan, Lutung Kutai 'Drakula' Kalimantan Jadi Simbol Konservasi Adat Wehea yang Terabaikan Negara
Lutung Kutai (Presbytis canicrus) yang dijuluki 'Lutung Drakula' terekam kamera jebak di Hutan Lindung Wehea, Kutai Timur. (Foto: YKAN)

KUTAI TIMUR, Kaltimtoday.co - Lutung Kutai (Presbytis canicrus), salah satu primata paling misterius dari Pulau Kalimantan, sempat dinyatakan hilang dan nyaris punah akibat kebakaran hutan di masa lalu. Namun, penemuan kembali spesies ini, yang kini dijuluki "Lutung Drakula", menjadi simbol keberhasilan konservasi berbasis adat.

Julukan Lutung Drakula diberikan karena ciri khas fisiknya, yaitu warna putih atau abu-abu yang sangat dominan di leher hingga dada, membuatnya terlihat seperti mengenakan jubah. Saat ini, keberadaan Lutung Kutai dilaporkan hanya di dua wilayah: Hutan Lindung Wehea dan Taman Nasional Kutai.

M Arif Rifqi, Spesialis Spesies Terancam Punah Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), mengungkapkan bahwa meskipun sebarannya sangat sempit, Lutung Kutai belum termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi secara hukum di Indonesia.

"Sampai sekarang jenis ini juga masih belum termasuk jenis dilindungi, walaupun sebarannya sempit dan kondisinya terancam," ujar Arif Rifqi. Ia menduga hal ini terjadi karena pada saat penyusunan Peraturan tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi (P20 tahun 2018), tidak ada data sains yang memadai.

Secara global, status spesies ini masuk dalam kategori Endangered (Terancam). Keberlangsungan hidup Lutung Kutai kini bergantung pada pendekatan adat yang diterapkan oleh Suku Dayak Wehea di Hutan Lindung Wehea.

Edy Sudiono, Manajer Kemitraan Program Terestrial YKAN, mengatakan bahwa hutan lindung Wehea menjadi model bagi Indonesia karena dikelola dengan melibatkan masyarakat adat. Sejak tahun 2004, masyarakat adat secara aktif menjaga hutan, yang terbukti efektif menghentikan aktivitas ilegal seperti penebangan dan penambangan.

"Masyarakat suku dayak Wehea yang cukup kecil penduduknya, dia membuat 'model' lokal untuk nasional dan untuk dunia sebetulnya dengan mengelola hutan lindung Wehea," kata Edy Sudiono.

Arif Rifqi menambahkan, penemuan kembali Lutung Kutai—yang sempat disalahpahami sebagai Presbytis frontata(lutung dahi putih)—di Hutan Lindung Wehea menjadi pengingat bahwa kearifan lokal adalah benteng terakhir yang sangat penting untuk melindungi keanekaragaman hayati Indonesia.

Penelitian YKAN menggunakan kamera jebak (trap) menjumpai deteksi primata ini cukup banyak di kawasan Sepan(tempat satwa mencari sumber air kaya mineral). Meskipun demikian, Arif Rifqi mengakui masih sedikit pengetahuan tentang ekologi dan perilaku primata ini, karena satwanya sensitif dan sulit diikuti oleh peneliti.

[TOS]



Berita Lainnya