Samarinda

Gandeng Perusahaan Korsel dan Singapura, Bandara APT Pranoto Samarinda Bakal Punya Laboratorium PCR

Kaltim Today
23 Juni 2020 16:45
Gandeng Perusahaan Korsel dan Singapura, Bandara APT Pranoto Samarinda Bakal Punya Laboratorium PCR
Pertemuan pihak bandara APT Pranoto dengan Pemkot Samarinda di Rumah Jabatan Wali Kota, Jalan S Parman, Selasa (23/6/2020).

Kaltimtoday.co, Samarinda - Pemkot Samarinda melalui Dinas Perhubungan dan Bandara APT Pranoto bekerjasama dengan Laboratorium Bio Sewoom asal Korea Selatan dan perusahaan LG Internasional di bawah Emera Group dalam menyediakan fasilitas Polymerase Chain Reaction (PCR) atau tes swab untuk mendeteksi penumpang yang tertular virus Corona Disease (Covid-19) di Bandara APT Pranoto. Rencananya, fasilitas ini bakal beroperasi mulai bulan Agustus mendatang.

“Fasilitas ini kerjasama antara Laboratorium Bio Sewoom asal Korea dan perusahaan LG Internasional di bawah Emera Group, tujuannya untuk mempercepat penanggulangan penyebaran Covid-19 melalui penumpang yang keluar masuk melalui bandara,” ungkap Kepala Bandara APT Pranoto, Dody Dharma Chayadi saat melakukan presentasi bersama Wali Kota Samarinda di rumah Jabatan Wali Kota, Jalan S Parman, Selasa (23/6/2020).

Lebih lanjut, Dody mengungkapkan untuk mewujudkan fasilitas tersebut sebagai nilai investasi yang digelontorkan Emera Group untuk membangun laboratorium di Bandara APT Pranoto tidak sedikit, yakni mencapai Rp 75 Milyar dengan luas ruangan yang dibutuhkan sebesar 460 meter. Jika terwujud, maka dalam sehari, pihak laboratorium bandara bisa melakukan test uji sampel kepada 4.000 penumpang maskapai.

Dodi pun mengungkapkan keuntungan apabila fasilitas ini sudah tersedia, pertama harga terjangkau bagi penumpang. Dimana penumpang hanya membayar di bawah Rp 1 juta, maka sudah mendapat hasil sampel test swab dengan tingkat keakuratan diagnosa mencapai 99%. Kemudian kecepatan akurasi hasil tes laboratorium hanya membutuhkan waktu 30 menit sampai 1 jam.

"Sebetulnya ini sangat luar biasa, secepat mungkin pendeteksian Covid-19 bagi penumpang dengan waktu yang sangat efisien dan dipastikan jam penerbangan tidak terjadi kendala atau keterlambatan akibat tes swab tersebut, sebab alat ini memiliki teknologi yang cukup efisien," ujar Dody.

Sementara itu, Wali Kota Samarinda, Syaharie Jaang sangat mengapresiasikan langkah Bandara APT Pranoto yang telah bekerjasama dengan Emera Group untuk mewujudkan fasilitas laboratorium tersebut. Pasalnya, menurut Jaang, saat ini alat pendeteksi virus dengat tingkat akurasi yang mendekati sempurna dengan harga yang murah sangat dibutuhkan warga yang ingin berpergian keluar daerah, baik melalui jalur udara maupun air.

Kata Jaang, alat tes swab memang telah ada di Samarinda namun untuk harganya sangat mahal, sehingga jika penumpang ingin berpergian diharuskan menggelontorkan dana yang cukup besar daripada membeli harga tiket maskapai.

"Untuk melakukan test swab yang berbayar tadi warga harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 1.800.000. Belum lagi ditambah biaya tiket pesawat, Bisa jadi harga tesnya lebih besar dari pada ongkos tiket pesawatnya,” sebut Jaang.

Dalam pertemuan tersebut, Jaang didampingi Sekda Sugeng Chairuddin, Kepala Dinas Perhubungan, Plt Kadis Kesehata dan Kepala BPBD.

Jika fasilitas laboratorium PCR di Bandara APT Pranoto sudah tersedia, setidaknya bisa membantu penumpang pesawat untuk melakukan tes Covid-19 dengan harga terjangkau dan langkah tadi juga dianggap Jaang sesuai dengan misi dan visi tim gugus tugas Samarinda dalam menangani penangulangan penyebaran virus Covid-19 di Kota Tepian.

Dengan demikian, Jaang merasa lega atas kondisi yang terjadi di Samarinda, terutama pintu keluar masuk setiap orang adalah bandara, jika dilengkapi dengan berbagai fasilitas kesehatan tes swab, maka hal ini sangat meringankan beban setiap penumpang ketika melakukan tes swab Covid 19.

"Jujur saya pribadi juga tidak mau lengah dengan kondisi sekarang, karena hingga hari ini melalui Dinas Kesehatan Samarinda kami terus melakukan swab massal dengan target kelompok masyarakat tertentu, termasuk di antaranya aktivitas keluar masuk di pelabuhan. Karena apabila semua warga yang masuk ke Samarinda terindikasi negatif, efeknya kita enak untuk menjual pariwasata di kota ini,” tutup Jaang.

[SDH | RWT | ADV]


Related Posts


Berita Lainnya