Daerah
Kenalkan Tradisi Dayak Borneo, Kegiatan Long Ears Through the Lens Hadir di Belanda
Kaltimtoday,co, Belanda - "Telinga Panjang" merupakan tradisi atau praktik leluhur di kalangan masyarakat adat Dayak di Borneo, di mana masyarakat adat Dayak (umumnya perempuan) memperpanjang daun telinga mereka sebagai tanda kecantikan serta status sosial. Namun, tradisi ini terancam punah, dengan semakin sedikitnya generasi muda yang ingin memanjangkan telinga akibat pengaruh modernisasi.
Selain memiliki ciri fisik yang khas, perempuan Dayak pun memiliki peran mendalam dalam komunitas. Mereka tidak hanya berperan sebagai penjaga warisan budaya, tetapi juga pemimpin dan pemandu spiritual. Perempuan Dayak sangat penting dalam melestarikan lingkungan dan mengajarkan generasi muda akan pentingnya hidup selaras dengan alam. Pelestarian pengetahuan dan praktik antar-generasi ini menggarisbawahi peran perempuan dalam melindungi budaya mereka dan keanekaragaman hayati Borneo.
Long Ears Through the Lens merupakan kegiatan yang digagas untuk mengeksplorasi tradisi Kuping Panjang Dayak Kalimantan melalui Pameran Etno-fotografi karya Ati Bachtiar, pertunjukan budaya, pemutaran film singkat, dan dialog budaya dan identitas. Kegiatan ini digelar 31 Mei-10 Juni 2024. Rinciannya, 31 Mei - 1Juni di Museum Sophiahof Den Haag; 1-2 Juni di Pasar Indonesia De BroodFabriek Rijswijk; 5 Juni di Rotterdam. Kemudian 6 Juni di KBRI Den Haag, dan terakhir 8-9 Juni di Taman Indonesia Dierenpark.
Kegiatan ini mengundang masyarakat Belanda dan diaspora Indonesia di Belanda untuk merayakan budaya dan warisan. Acara ini dikemas agar masyarakat umum mendapatkan pemahaman mengenai tradisi Kuping Panjang yang saat ini terancam punah, dan pentingnya peran generasi muda untuk terlibat dalam upaya pelestarian budaya.
“Meskipun secara fisik Kuping Panjang akan punah, namun semangat kearifan lokal adat Dayak yang berkaitan erat dengan menjaga hutan dan alam sangat penting untuk dijaga,” ujar Yani Saloh, penggagas dan ketua panitia dari Long Ears Through the Lens.
Acara ini menghadirkan pameran foto yang menampilkan karya-karya Ati Bachtiar, menceritakan perjalanannya menelusuri dan mendokumentasikan Perempuan Bertelinga Panjang selama 7 tahun, di Kalimantan Timur, Barat, dan Utara, ke dalam tiga buku.
Kegiatan ini dibuka dengan Lemalu (nyanyian Kidung) adat Dayak Bahau oleh Yeq Lawing, salah satu generasi terakhir Kuping Panjang, pertunjukan Sape oleh Uyau Moris, dan tari Enggang oleh Belai Djandam dan Jenna Kairupan, Tari Mandau dan tarian Hudoq oleh Ding Hibau.
Perjalanan merekam Kuping Panjang dipresentasikan melalui storytelling, dan screening Dokumenter mengedai Hudoq berjudul ‘Hudoq: Descent of the Deities’ yang dibuat oleh Ding Hibau. Acara juga diramaikan dengan diskusi Budaya bertemakan lintas generasi dan pentingnya menumbuhkan identitas adat bagi anak muda.
Pemeran dari acara ini terdiri dari 3 generasi, mulai dari Nenek Yeq Lawing, perempuan tangguh penjaga budaya Kuping Panjang yang bangga dengan praktik budayanya yang hampir punah; Ati Bachtiar dan Yani Saloh; dan generasi muda penerus Dayak yang diwakili oleh Uyau Moris, Ding Hibau, Belai Djandam dan Jenna.
Acara dibuka oleh Yvonne van Genugten, Director of the Indies Commemoration Centre, Freddy M Panggabean, wakil Dubes Indonesia untuk Belanda dan Yani Saloh, penggagas dan Ketua Panitia. Acara ini merupakan kolaborasi antara Indisch Herinneringscentrum yang memiliki kerja sama pameran Ons Land di Museum Sophiahof, dengan KBRI Den Haag, yang didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Pertamina Hulu Mahakam, PT Antam, dan Canon Data Scrip.
“Saya bangga dengan tim Kuping Panjang yang telah mendukung dan berkontribusi untuk kekayaan budaya Kalimantan Timur. Kuping Panjang tidak saja Budaya tapi juga identitas yang memperkaya keragaman Budaya Indonesia,” ujar Pj Gubernur Kaltim, Akmal Malik,melalui pesan video untuk kegiatan ini.
Pada kesempatan ini tim Kuping Panjang diundang oleh Duta Besar Mayerfas untuk memeriahkan acara Pasar Indonesia di Rijswijk, yang berlangsung dari 1-2 Juni 2024. Tim Kuping Panjang mengisi panggung selama 2 hari berturut-turut. Ada sekitar dua ribu penonton terpukau akan penampilan Sape Uyau Moris, yang mengiringi tarian Hudoq dan Mandau oleh Ding Hibau, serta tarian Enggang oleh Belai, Jenna dan Novarita.
Selama 2 hari kegiatan, KBRI Den Haag memecahkan rekor dihadiri oleh total 19 ribu pengunjung, yang berasal dari diaspora Indonesia dan komunitas Belanda pencinta Indonesia, yang memang berencana menghadiri Tong Tong Fair yang batal dilaksanakan.
“Ada banyak antusias dari peserta yang hadir, baik warga Belanda maupun Indonesia yang tinggal di Belanda. Harapannya agar upaya ini memperkuat semangat pelestarian budaya, identitas diri Dayak bagi anak muda dan promosi keragaman budaya Indonesia,” ujar Yani Saloh.
[RWT]
Simak berita dan artikel Kaltim Today lainnya di Google News, dan ikuti terus berita terhangat kami via Whatsapp
Related Posts
- Optimalkan Reklamasi Lahan Tambang, Kaltim Target Swasembada Pangan Tahun 2026
- Stabilitas Harga dan Ketersediaan Pasokan Jelang Nataru, Disperindagkop UKM Upayakan Tekan Inflasi
- Mantan Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak Dimakamkan dengan Upacara Kehormatan di Kantor Gubernur
- Mantan Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak Disemayamkan di Samping Makam Anaknya
- Awang Faroek Ishak Meninggal Dunia karena Diare Akut, Datang ke RSUD Balikpapan dalam Kondisi Sadar