Kutim
Kisah Pasangan “Subur” di Kutim, 28 Tahun Menikah Lahirkan 18 Anak
Kaltimtoday.co - Siang itu, Ahad (14/7), Sarinah sedang santai memberikan ASI untuk bayinya yang baru genap berusia satu bulan. Muhammad Ikhwan Noor namanya. Menggunakan baju tidur setelan yang cukup usang, ia duduk bersila dengan Ikhwan yang berada di pangkuannya. Sesekali ikhwan menangis, dan ia langsung menyodorkan payudaranya agar dihisap bayi mungil tersebut.
Di kediamannya yang sangat sederhana, berada tepat di RT 18, Kecamatan Teluk Pandan, Desa Suka Rahmat, Kutim. Halaman rumahnya, nampak berupa jembatan parit yang disulap menjadi teras tempat ia dan anak-anaknya bersantai. Satu set kursi ukir berjejer menghadap ke jalanan yang masuk wilayah Kilometer 7 Jalan Poros Bontang-Samarinda. Di depannya, terdapat satu set kursi daur ulang dari ban mobil. Jika dari Bontang hanya butuh waktu 14 menit sampai di rumahnya.
Beberapa anaknya, asyik bermain di bawah pohon ceri, atau pohon kersen (sebutan orang Jawa). Ada yang tampak berusia 5 tahun, 6 tahun, 8 tahun, hingga 9 tahun, bahkan ada yang terlihat sudah remaja dan dewasa.
Sarinah yang saat ini berusia 41 tahun, baru saja melahirkan anak ke-18. Sungguh jumlah yang fantastis dari jumlah keluarga lainnya. Meski yang hidup hanya 16 anak, tetap masih di atas batas normal yang ditetap pemerintah yakni dua anak cukup.
Beberapa anak yang bermain tampak bolak-balik ke arahnya, hanya sekedar memainkan adiknya yang bakal menjadi bungsu, atau sekedar memberi obat, usai diminta ibunya membelikan. Dengan ramah ia menjawab setiap pertanyaan yang diajukan awak Kaltimtoday.co yang hari itu mengunjungi kediamannya.
Awalnya, wanita paruh baya itu bercerita soal proses lahiran anak ke-18 yang harus melalui operasi caesar. Kata dia, dokter takut jika dirinya melahirkan normal lantaran riwayat tensi darah yang cukup tinggi selama hamil. Pun, dirinya tak ada rasa khawatir sedikit pun.
“12 Juni lalu, Ikhwan lahir dengan berat 2,6 kilogram,” ujarnya sambil berusaha menenangkan bayinya agar tertidur.
Sarinah bercerita, awal mula hamil anak pertama. Saat itu, ia menikah dengan suaminya Alimin (56) kala berusia 13 tahun, menuju 14 tahun. Tak lama berselang ia hamil, namun di usia kandungan ke-7 bulan, Sarinah mengalami keguguran. Usai keguguran, ia dipercaya lagi hamil anak kedua, dan ia terlahir sehat. Tak beberapa lama, ia hamil lagi anak ketiga, namun Allah berkehendak lain, karena ia kembali mengalami keguguran di usia kandungan 4 bulan.
“Saya sakit keras saat itu. Divonis malaria, makanya minum obat terus. Saya dirawat, dan di rumah sakit justru keguguran,” kenangnya.
Setelah sembuh dari sakitnya, Sarinah kembali positif hamil, dan anak-anaknya lahir dengan selamat dan sehat. Sejak saat itu, dalam waktu tiga tahun, Sarinah selalu melahirkan dua orang anak, hingga jumlah anaknya saat ini sebanyak 16 anak, dan jumlah kehamilan sebanyak 18 kali.
Menikah dengan suaminya di Sangkulirang, Sarinah mendapat anak empat, kemudian ia pindah ke Tanjung Limau Bontang selama kurang lebih 6 bulan, dan pindah lagi di RT 13, Berebas Tengah selama 6 bulan. Kemudian ia pindah tempat tinggal ke Jalan Poros Bontang-Samarinda pada 2000 hingga sekarang.
“Dulu di Bontang sewa, di sini Alhamdulillah sudah rumah sendiri, sebelumnya pindah-pindah juga,” ujarnya.
Mengenai rahimnya yang dianggap subur, Sarinah tak pernah membayangkannya. Sering hamil dan punya anak banyak juga tak pernah ia biarkan. Terkadang, ia berupaya menunda kehamilan dengan cara ber-KB. Tetapi, tak ada jenis KB yang cocok padanya, baik KB Pil, suntik, bahkan IUD.
“Saya sebelum hamil anak ke-18 ini sempat dipasang IUD, tapi kaki saya sakit sekali sampai tak bisa jalan. Makanya dilepas, apalagi kalau yang mempengaruhi hormon, tidak cocok,” terangnya.
Bahkan, ia sempat mencoba jamu asal Madura yang bisa mengeringkan kandungan. “Baru seminggu saya minum, sudah hamil,” ungkapnya sambil tertawa.
Ia pun merasa heran, namun tetap dinikmati. Padahal, setiap hamil, ia selalu mengalami mabuk alias ngidam. Tetapi tak pernah ia rasa, dan justru ia lawan.
“Saya tahu kalau lagi hamil, karena pasti saya mabuk. Kalau enggak hamil, meski enggan haid 3 bulan, ya enggak hamil,” katanya menjelaskan.
Umur 16 tahun, Sarinah mengaku sudah memiliki dua anak. Disinggung mengenai seringnya berhubungan suami istri, Sarinah justru menyangkalnya. Ia dan suami jarang “kumpul”, kadang sebulan hanya dua kali.
“Tapi tidak tahu juga, ada orang bilang, mungkin disentuh saja bisa langsung hamil,” selorohnya.
Dengan banyaknya jumlah anak yang dimiliki, Sarinah tak pernah merasa kesulitan dalam mendidiknya. Ia mengurus sendiri anak-anaknya. Bahkan, orang tuanya sampai menangis ingin membantunya mengurus anak, namun ia tolak.
“Saya ingin merasakan bagaimana susahnya orang tua saya mendidik anak, tetapi saya tidak pernah rasakan susahnya, karena saya nikmati dan jalani saja,” bebernya.
Anak-anaknya, tak pernah ada yang membuatnya pusing, mereka tak pernah bertengkar, jarang menangis, bahkan mandiri dengan sendirinya. Jika ia hamil lagi, anak terkecil yang masih ASI secara otomatis lepas sendiri, tanpa ia beri tahu.
“Dikasih susu formula juga tidak mau, jadi minum air putih saja, dan ikut makanan orang dewasa,” ungkapnya.
Ia selalu memberikan petuah pada anaknya karena memiliki banyak saudara, maka jangan bikin malu orang tua.
“Saya bilang kalu kamu nakal, nanti orang tua dikira tak bisa mendidik, apalagi punya banyak anak, dijadikan alasan. Makanya sejak dari anak pertama saya didik begitu dan turun sampai anak terakhir,” terang dia.
Kuncinya di anak pertama, kata Sarinah kalau anak pertama baik, maka adik-adiknya tentu menirunya.
“Sekarang saya udah disteril, semoga Ikhwan ini jadi yang terakhir, kalau saya hamil lagi, itu sungguh keajaiban, karena bidan bilang masih ada bibit di rahim saya tiga lagi,” terang dia.
Untuk makan sehari-hari, ia biasa memasak nasi sebanyak 1,5 kilogram. Ketika ada asutri yang berencana mengambil anaknya, ia langsung menolaknya. Ia tak bisa membandingkan anaknya dengan harta.
“Mau saya dibangunkan rumah tingkat sepuluh, atau dikasih mobil banyak, saya tetap tidak mau, karena bagi saya, biarpun makan dengan garam yang penting kumpul sama anak,” akunya.
Rumah sederhananya, hanya memiliki 3 kamar, ia membebaskan anak-anaknya mau tidur dimana pun. Sejatinya ia tak pernah menyesal memiliki banyak anak, ia justru bersyukur dan menjalani saja. “Tinggal merawat dan membesarkannya saja, dikasih sehat saya sudah sangat bersyukur, karena itu yang utama,” tutupnya.
[RIR | TOS]