Nasional

Resmikan Pabrik Baterai di Kendal, Presiden Jokowi: Indonesia Akan Jadi Pemain Utama Industri Kendaraan Listrik

Kaltim Today
08 Agustus 2024 07:55
Resmikan Pabrik Baterai di Kendal, Presiden Jokowi: Indonesia Akan Jadi Pemain Utama Industri Kendaraan Listrik
Presiden Joko Widodo meresmikan Pabrik Bahan Anoda Baterai Litium PT Indonesia BTR New Energy Material yang berada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah. (Foto: Setneg)

KENDAL, Kaltimtoday.co - Mulai dibangunnya pabrik bahan material untuk baterai kendaraan listrik di berbagai provinsi, diklaim sebagai langkah awal terbentuknya ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Presiden Joko Widodo menyampaikan hal ini saat meresmikan pabrik anoda baterai lithium milik PT Indonesia BTR New Energi di Kendal, Jawa Tengah.

“Jadi yang kita impikan sebuah ekosistem besar kendaraan listrik yang kuat dan terintegrasi satu per satu mulai kelihatan,” ungkap Jokowi.

Ekosistem kendaraan listrik tersebut, menurut Jokowi, akan dilengkapi dengan pembangunan smelter nikel dan turunannya di beberapa wilayah seperti Morowali dan Weda Bay. Smelter PT Freeport Indonesia akan mulai berproduksi pada bulan September, disusul smelter bauksit di Mentawai, Kalimantan Barat.

“Sehingga kalau semuanya jadi, sekali lagi ekosistemnya akan terbangun, kita akan bisa masuk ke global supply chain yang itu akan memberikan nilai tambah yang besar, baik masalah rekrutmen tenaga kerja maupun terhadap pertumbuhan ekonomi kita,” tegasnya.

Dalam kesempatan ini, Jokowi mengakui tidak mudah membangun sebuah ekosistem dalam industri kendaraan listrik. Keputusan pemerintah untuk menyetop ekspor bahan mentah nikel yang merupakan salah satu bahan utama baterai listrik masih menuai pro dan kontra. Namun, konsistensi kebijakan pemerintah mulai membuahkan hasil dengan melonjaknya nilai ekspor nikel serta terbangunnya ekosistem industri kendaraan listrik di tanah air.

Pabrik anoda baterai lithium di Kendal akan memproduksi 80.000 ton material anoda per tahun. Dengan kapasitas produksi tersebut, setidaknya akan mampu memproduksi 1,5 juta mobil listrik.

“Pabrik anoda baterai ini, sebagian bahan bakunya memang kita impor. Untuk natural grafit diimpor dari Afrika, dan artificial grafit diambil dari kilang Pertamina di Riau, kemudian dijadikan bahan anoda baterai. Dan juga untuk industri baterai lithium, kita mengambil lithium dari Australia. Tetapi untuk kobalt, mangan, dan nikel ada di Indonesia. Jika semuanya terintegrasi dan menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi, kita akan menjadi pemasok dalam global supply chain,” tuturnya.

Luhut Paparkan Urgensi Hilirisasi Nikel 

Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan bahwa anoda merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan baterai lithium yang berperan sebagai sumbu negatif. Hilirisasi nikel saat ini sudah membentuk komponen katoda, yang berperan sebagai sumbu positif.

Investasi PT Indonesia BTR New Energy di tanah air dinilai penting untuk memenuhi ambisi Indonesia menjadi pemain utama dalam rantai pasok global industri kendaraan listrik. Luhut menambahkan bahwa perusahaan tersebut kini sedang membangun pabrik fase kedua yang akan rampung pada 1 Maret 2025, yang diproyeksikan memproduksi 160.000 ton anoda.

“Dengan kapasitas ini, Indonesia akan menjadi produsen anoda baterai nomor 2 terbesar di dunia. Sebagai pembanding, Jepang hanya memiliki kapasitas produksi anoda sebesar 10.000 ton, dan Korea Selatan hanya 40.000 ton, sementara pabrik terbesar di China saat ini kapasitasnya 100.000 ton. Jadi kita akan bisa melewati China dalam beberapa waktu ke depan,” ungkap Luhut.

Ditambahkannya, “dengan adanya pabrik anoda baterai ini, ekosistem industri lithium baterai di Indonesia akan semakin lengkap.”

Pengamat: Warga Mulai Punya Pilihan Kendaraan Listrik 

Pengamat Energi Fabby Tumiwa sependapat bahwa Indonesia kelak bisa menjadi pemain utama dalam industri kendaraan listrik di tingkat global. Di Asia Tenggara, hanya Indonesia dan Thailand yang mengembangkan ekosistem kendaraan listrik.

“Saya kira kalau produksi baterai untuk kendaraan listrik, sangat mungkin kita (Indonesia) bisa menjadi pemain utama, karena tidak ada lagi selain Indonesia di Asia Tenggara yang memproduksi baterai. Kita punya keunggulan yaitu nikel yang diolah, lalu sekarang ada anoda dan lain-lain. Jadi, nanti kalau berjalan, rantai pasok ini bisa mendukung pembuatan baterai yang kompetitif, maka tidak heran kalau Indonesia bisa menjadi pemain besar dalam produksi tersebut,” ungkap Fabby.

Meskipun demikian, pemerintah diminta menyasar pasar domestik terlebih dahulu, karena target populasi kendaraan listrik yang ditetapkan hingga tahun 2030 adalah 1-2 juta kendaraan listrik.

“Untuk produsen baterai pertama kali yang disasar adalah pasar domestik karena itu yang paling dekat. Kalau kita ingin punya pasar domestik baterai, industri kendaraan listriknya harus tumbuh. Produsen mobil dan motor listrik harus tumbuh di Indonesia supaya bisa menyerap produksi baterai,” katanya.

Ditambahkannya, “Kalau (target) 2 juta di 2030, maka setelah 2025 setiap tahun itu harus ada produksi 300-400 ribu mobil listrik. Saat ini, pasar belum sampai karena baru 2-3 tahun terakhir berkembang. Tahun ini kita mungkin bisa mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi, estimasi saya 35-40 ribu kendaraan listrik akan terjual.”

Lebih jauh Fabby menilai harga kendaraan listrik yang bersaing dengan harga kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) membuat tren kendaraan listrik membaik.

“Yang menarik di Indonesia sejak akhir tahun lalu dan awal tahun lalu, mobil listrik yang masuk di pasar sudah masuk ke segmen harga yang sama dengan kendaraan komersial. Mobil listrik rata-rata lower end-nya sudah ada yang Rp200 jutaan, tapi rata-rata ada di rentang Rp300 juta-Rp400 juta. Di segmen harga itulah sebagian besar konsumen Indonesia, orang membeli mobil dengan harga di segmen itu antara Rp300 juta-Rp400 juta. Itu 70 persen konsumen pembeli mobil di level harga itu dan sekarang sudah lebih banyak. Jadi sebenarnya harga mobil listrik sudah mulai kompetitif dengan mobil konvensional, tinggal preferensi konsumen, pilih apa?” pungkasnya.

[TOS]


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Berita Lainnya