Nasional

Apa Penyebab Tingkat Kematian Corona Tinggi?

Kaltim Today
09 April 2020 21:12
Apa Penyebab Tingkat Kematian Corona Tinggi?
Foto: CNN Indonesia

Saat ini pandemi global masih menjadi perhatian dunia. Kasus dan tingkat kematian yang signifikan bertambah menimbulkan pertanyaan di benak masyarakat, apa penyebab tingkat kematian dan kasus Corona semakin tinggi?

Perlu kita ketahui, pada Sabtu, 4 April 2020 lalu, berdasar data Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 negara kita sempat mencapai tingkat kematian sekitar 9,11 persen. Selanjutnya, pada Selasa, 7 April 2020 angkat tersebut turun menjadi 8 persen

Hingga kamis (9/4/2020) data yang dikumpulkan Worldometers hingga pukul 16.00 tercatat 2.956 kasus virus Corona di Indonesia. 222 orang di antaranya sembuh, dan 240 lainnya meninggal dunia. Per 8 April 2020, Kaltim sendiri telah menyumbangkan 32 kasus positif Corona.

Hal ini perlu di ketahui, agar masyarakat dapat meningkatkan kepedulian bersama untuk menyikapi wabah virus Corona dengan postif.

Melihat data-data tersebut, setidaknya ada 3 fakta lapangan yang mempengaruhi meningkatnya kasus kematian Corona menurut para ahli:

1. Penyakit Kronis

Badan Organisasi Dunia (WHO) Indonesia menyampaikan ada enam kondisi medis yang rentan terjangkit Corona. Seperti, tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, infeksi saluran pernapasan kronis, dan kanker.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencata bahwa sebanyak 34,1 persen penduduk Indonesia berusia lebih dari 18 tahun sudah memiliki hipertensi, dan 10,9 persen diabetes melitus pada usia lebih dari 15 tahun.

Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) juga mencatat ada 1,5 persen rakyat menderita penyakit penyerta kardiovaskular, 3,7 persen dengan gangguan paru-paru kronis, kanker dengan jumlah kasus 1,8 per 1 juta penduduk, dan autoimun sebanyak 3 persen.

Tingginya angkat kesaktian penyakit kronis di Indonesia tersebut dapat meningkatkan resiko kematian pada kasus virus Corona. Oleh karena itu, WHO menyarankan bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu dan rentan terjangkit Corona untuk terus mengikuti anjuran kesehatan dan tidak lupa melengkapi persediaan obat.

2. Kelompok Renta Usia

Tingkat kematian pada kasus virus Corona juga dikaitkan dengan umur seseorang. Seperti yang disampaikan oleh Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) usia tua dan penyakit bawaan adalah kombinasi faktor mematikan yang bisa membawa risiko terburuk infeksi COVID-19 bagi Indonesia.

Berdasarkan probabilitas pada laman Worldometer, kelompok usia 60-69 tahun mengalami peningkatan risiko sebanya 3,6 persen; 70-79 tahun 8 persen; lebih dari 80 tahun 14,8 persen. Sementara rentang umur 50-59 tahun risikonya hanya 1,3 persen dan kisaran umur 40-49 tahun bertambah kecil menjadi 0,4 persen.

Secara khusus di Amerika, statistik resiko kematian di ketahui secara rinci. Lembaga kesehatan masyarakat nasional Amerika Serikat (CDC) mencatat, risiko kematian bagi mereka yang berumur 65-84 tahun mencapai 4-11 persen dan menjadi 10-27 persen ketika usianya di atas 85 tahun. Senada dengan Worldometer artinya Amerika telah berhasil mengetahui risiko kematian Corona hingga rentan usia lebih dari 70 tahun. Hal ini tentu akan berpengaruh pada tindakan penanganan.

Di Indonesia, di kutip dari Kawal Covid-19 menunjukkan sebanyak 40 persen korban meninggal berumur lebih dari 60 tahun. Dan 56 persen lainnya ada di rentang umur 50-59 tahun, yang artinya tak cuma lansia, tapi juga pralansia (45-59 tahun) di Indonesia termasuk dalam kelompok rentan terpapar infeksi berat COVID-19.

Jika dipetakan, kelompok rentan berdasarkan usia dari Data Susenas Maret 2019 di Indonesia. Pada 2019 persentase lansia di atas 60 tahun mencapai 9,6 persen atau sekitar 25,64 juta orang dan pra-lansia sebanyak 17,16 persen. Separuh lansia Indonesia mengalami keluhan kesehatan dan persentasenya semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur lansia.

“Satu dari empat lansia sakit dalam sebulan terakhir,” demikian catat Sesenas 2019.

3. Kontak Sosial

Seperti yang kita ketahui, penyebaran virus Corona dapat meningkat jika setiap individu intens melakukan kontak fisik.

Merujuk kasus di Italia yang menjadi negara dengan kasus tertinggi saat ini, para ahli menunjuk "matriks kontak sosial" Italia sebagai alasan lain yang mungkin, meski tidak langsung di balik penyebaran virus Corona di kalangan orang tua.

Italia dinilai terlena dan tidak siap dalam menghadapi serangan wabah ini. Para dokter Italia yang kini sedang berjuang melawan pandemi itu memperingatkan bahwa jika kita tidak bertindak cepat dan tegas, konsekuensinya amat bahaya.

Ahli Epidemologi dan Profesor Kebersihan di Universitas Pisa, Perluigi Lopalco, memperingatkan negara lain harus memperhatikan bagaimana Italia mengambil kebijakan dalam situasi ini.

Ditegaskannya, ketika kejutan eksternal seperti wabah virus Corona terjadi, penting bahwa interaksi ini menurun, karenanya mengisolasi orang lansia seharusnya segera menjadi prioritas.

Oleh karena itu, mengikuti imbauan pemerintah untuk melakukan physical distancing sangat dianjurkan, agar bersama-sama menekan tingakat penyebaran dan kasus kematian virus Corona.

[NON | RWT]



Berita Lainnya