Kaltim

Belajar Tatap Muka di Tengah Pandemi Covid-19, Puji Setyowati: Siswa Wajib Bawa Bekal Sendiri

Kaltim Today
02 Desember 2020 19:58
Belajar Tatap Muka di Tengah Pandemi Covid-19, Puji Setyowati: Siswa Wajib Bawa Bekal Sendiri
Puji Setyowati, anggota Komisi IV DPRD Kaltim.

Kaltimtoday.co, Samarinda - Pembelajaran tatap muka langsung yang rencananya akan digelar pada Januari 2021 mendatang sudah mendapat lampu hijau dari Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Di Kaltim sendiri, Komisi IV DPRD Kaltim menilai masih perlu ada mengkaji secara nyata terkait kondisi di lapangan.

Disampaikan Puji Setyowati, anggota Komisi IV bahwa tidak mutlak pada Januari nanti ditetapkan tatap muka secara langsung. Seandainya tetap memberlakukan tatap muka, dia menegaskan harus ada kajian yang nyata. Terlebih lagi soal perkembangan tren Covid-19 hari ini mulai Desember nanti. Harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

"Persiapan itu tidak hanya di sekolah. Tapi juga orangtua siswa dan siswa sendiri. Jangan sampai tanpa pengkajian yang jelas dan nyata dengan kondisi saat ini, justru akan terjadi klaster baru," beber Puji ketika ditemui awak media.

Komisi IV juga prihatin terhadap kecenderungan anak-anak yang mulai jenuh karena terlalu lama belajar dengan cara jarak jauh. Berpengaruh besar terhadap psikis anak. Bahkan orangtua. Namun dalam rangka tatap muka yang direncanakan Januari nanti, tetap akan mengacu pada pendapat akhir dari Dinas Kesehatan (Dinkes) dan ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di masing-masing kabupaten dan kota terkait tepat atau tidaknya dimulai pembelajaran tatap muka.

"Trennya saat ini masih naik. Belum lagi nanti ada liburan tahun baru dan Natal. Sebab kemarin pada saat libur lebaran, itu naiknya luar biasa. Jangan sampai jadi tren lagi. Tapi untuk persiapan tatap muka sudah dimulai dari sekarang di seluruh Kaltim," beber Puji.

Seluruh komponen yang ada di sekolah harus mengacu pada protokol kesehatan. Termasuk pembekalan kepada orangtua agar bisa dengan tepat mempersiapkan anak-anaknya sebelum berangkat ke sekolah. Kemudian, siswa juga diberikan edukasi saat keluar rumah. Contohnya seperti penggunaan masker yang benar, cuci tangan, bermain, dan menyentuh barang. Menurut Puji, hal tersebut perlu waktu dan proses yang baik.

Tempo hari, Komisi IV juga ada bertemu dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kaltim. Kala itu, ada pembahasan mengenai pengkajian bahwa anak-anak mulai jenuh dan berpengaruh pada tumbuh kembangnya. Sebab tak sekadar edukasi namun ada stimulus-stimulus seperti tatapan muka, tatapan mata, dan sentuhan tangan jadi edukasi yang tepat. Sementara, saat ini siswa tak mendapatkan itu.

"Sehingga melalui IDAI Kaltim, para guru diimbau untuk bisa membuat cerita atau permainan yang tetap merangsang saraf-saraf motorik melalui media yang ada," lanjutnya.

Bicara soal sosialisasi di sekolah, Puji menyebut akan tetap dilakukan. Namun tetap tak bisa mengerahkan banyak orang dalam satu waktu yang bersamaan. Sehingga pemberitaan melalui media massa juga dianggap efektif agar bisa diakses seluruh masyarakat, khususnya para guru dan orangtua.

"Tatap muka itu boleh kalau memang kondisi tren Covid-19 sudah tidak naik lagi. Jika ada kabupaten kota yang akhirnya tidak jadi menggelar pembelajaran tatap muka, tidak ada sanksi. Kami tidak menghendaki itu sebagai sanksi. Sebab ini berhubungan dengan kesehatan anak didik," tegas Puji.

Skenario tata letak kelas ketika kembali ke sekolah juga perlu diperhatikan. Misalnya selama ini 1 kelas diisi 30 siswa, maka harus dikurangi menjadi 15 siswa saja dan dibagi ke dalam beberapa hari. Hal tersebut perlu dipersiapkan sekolah karena berkaitan erat dengan kapasitas ruang kelas. Nantinya mesti tak semua secara serentak melakukan hal yang sama. Pasti melihat sekolah-sekolah yang memenuhi kriteria. Misalnya seluruh rombongan kelas (rombel) masuk pada pagi hari.

Nantinya, Komisi IV akan terus ke lapangan demi memberikan edukasi dan mencontohkan simulasi mulai siswa tiba di sekolah hingga pulang. Termasuk soal bekal makanan yang wajib dibawa siswa. Mereka harus membawa sendiri, pun alat makannya.

"Sebab tidak boleh buka kantin. Khawatir kalau kantin buka, rentan akan ada penumpukan siswa yang mengantri untuk beli makanan," tandas Puji.

[YMD | TOS |ADV DPRD KALTIM]


Related Posts


Berita Lainnya