Internasional
Jokowi dan Xi Jinping Sepakati Kerjasama Ekonomi, Termasuk Pembangunan IKN
Kaltimtoday.co - Dalam kunjungannya ke Chengdu, China, Presiden Joko Widodo dan Presiden Xi Jinping sepakat untuk meningkatkan kerja sama antara kedua negara, terutama dalam bidang ekonomi dan investasi. Isu regional juga menjadi fokus pembicaraan kedua pemimpin.
Pertemuan bilateral antara Presiden Jokowi dan Presiden Xi Jinping di Chengdu, China pada Kamis (27/7) membahas beberapa bentuk kerja sama, termasuk perkuatan perdagangan, investasi, kerjasama di bidang kesehatan, pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), serta riset dan teknologi.
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menjelaskan perkembangan pertemuan tersebut dalam konferensi pers virtual pada Kamis malam. Dia menyatakan bahwa kedua negara bertujuan untuk menguatkan kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan, dengan memperhatikan dampak lingkungan dan mempertimbangkan penggunaan tenaga kerja lokal.
Presiden Jokowi sangat mengapresiasi penyelesaian protokol impor beberapa produk antara Indonesia dan China.
“Dalam pertemuan Bapak Presiden, beliau meminta akses pasar yang lebih luas di China untuk produk-produk Indonesia. Beliau menyambut baik penandatanganan protokol impor untuk produk tepung porang dan bubuk tabasheer dari Indonesia. Ini juga mendorong peningkatan kuota impor sarang burung walet, serta penyelesaian protokol impor untuk produk hasil laut dari Indonesia," jelas Retno.
Retno juga menyampaikan bahwa hal ini akan semakin memperkuat hubungan perdagangan antara kedua negara, mengingat China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia dengan nilai perdagangan mencapai lebih dari US$133 miliar tahun lalu. Neraca perdagangan Indonesia-China juga semakin seimbang, bahkan menghasilkan surplus untuk tahun ini.
Retno melaporkan bahwa Presiden Jokowi menyatakan minat tinggi para investor dari China untuk berinvestasi di Indonesia. Dengan nilai investasi mencapai US$ 8,2 miliar, China merupakan investor terbesar kedua di Indonesia.
“Meskipun angkanya sudah besar, namun potensi masih terbuka lebar dan sangat menjanjikan untuk ditingkatkan lebih lanjut. Beberapa sektor investasi yang menjanjikan antara lain energi hijau, fiber glass, kesehatan, dan petrokimia. Presiden juga mengundang investasi China dalam pembangunan IKN," tambahnya.
Dalam bidang kesehatan, kedua pemimpin juga mendorong kerja sama dalam pembuatan vaksin genomik dan bioteknologi untuk menghadapi kemungkinan pandemi baru di masa mendatang.
“Pada kesempatan ini, Menteri Kesehatan juga bertemu dengan lebih dari 30 pebisnis di sektor kesehatan. Dan memfasilitasi pertemuan bisnis antara Indonesia dan China dalam Forum Investasi Kesehatan dan Bioteknologi Indonesia-China. Pertemuan tersebut menghasilkan sembilan nota kesepahaman sektor swasta, termasuk transfer teknologi produksi vaksin dan produksi alat diagnostik serta manajemen sistem informasi kesehatan," jelasnya.
Isu Regional dan Global
Selain kerja sama ekonomi, pertemuan bilateral kali ini juga membahas isu-isu regional dan global.
“Presiden Jokowi menegaskan bahwa semua negara harus menjaga perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran kawasan. Beliau menyatakan bahwa rivalitas antara kekuatan besar harus dielola dengan baik agar tidak menimbulkan konflik yang merugikan kawasan," sambung Retno.
Jokowi juga mengapresiasi dimulainya kembali komunikasi antara RRT (Republik Rakyat Tiongkok) dan Amerika Serikat, serta menyambut baik penyelesaian panduan percepatan negosiasi kode etik di Laut China Selatan.
Terkait ASEAN, Presiden Jokowi meminta dukungan dari RRT untuk implementasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific, termasuk partisipasi BUMN dan sektor swasta RRT dalam ASEAN Indo-Pacific Forum yang akan diselenggarakan pada bulan September di Jakarta. Presiden juga meminta dukungan RRT untuk kesuksesan pelaksanaan East Asia Summit yang akan dilaksanakan pada bulan September.
Jokowi juga mengajak RRT untuk bekerja sama dalam memperjuangkan kepentingan negara berkembang dalam bidang kehutanan berkelanjutan dan aksi iklim.
Peningkatan Kerja Sama Ekonomi di Era Jokowi
Menurut Direktur Studi China-Indonesia CELIOS, Zulfikar Rakhmat, hubungan perekonomian antara kedua negara telah meningkat di era kepemimpinan Jokowi. Dalam hal investasi, meskipun China merupakan investor ketiga terbesar di Indonesia, namun negara tersebut berperan aktif dalam proyek strategis nasional, seperti proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Dia menyoroti beberapa faktor yang mendorong pemerintah untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan investasi dengan China. Salah satunya adalah karena investor China cenderung lebih mudah diajak untuk bekerja sama dibandingkan dengan investor dari negara lain.
“Jika dibandingkan dengan investor lain, China cenderung lebih mudah dalam hal tertentu. Jika dibandingkan dengan investor Jepang atau investor dari negara Barat, mereka lebih fokus pada masalah environment, social, dan governance (ESG), dan mempertimbangkan dampak lingkungan dan tenaga kerja. Sementara China tidak terlalu mempermasalahkannya, yang penting adalah uang dan proyek berjalan. Bagi pemerintah, yang diperlukan adalah keterlibatan yang cepat, dan ini diterima dengan tangan terbuka," ungkap Zulfikar.
Namun, Zulfikar juga mengingatkan bahwa pemerintah harus lebih berhati-hati dalam memperkuat kerja sama ekonomi dan investasi dengan RRT, mengingat beberapa masalah yang muncul dari investasi dengan negara tersebut. Pemerintah harus memastikan bahwa proyek-proyek yang ada dapat diselesaikan dengan baik dan tidak terbengkalai.
Related Posts
- Sudah Serap Anggaran Rp 836 Miliar, Bendungan Sepaku Semoi Belum BIsa Suplai Air ke IKN
- OIKN Jelaskan Penyebab dan Upaya Penanganan Banjir di Sepaku
- Desa Loh Sumber Dorong Regenerasi Petani Muda untuk Hadapi Persaingan Era IKN
- Wandi Sebut Dapil IV Siap Jadi Penyangga Pangan Utama untuk IKN
- AHY Dorong Pengusaha Kadin Berperan dalam Pembangunan IKN