Internasional

Pengungsi Dunia Tembus 100 Juta, UNHCR: tapi Negara Penerima Suaka Tak Sampai 1 Persen

Kaltim Today
21 Juni 2022 10:34
Pengungsi Dunia Tembus 100 Juta, UNHCR: tapi Negara Penerima Suaka Tak Sampai 1 Persen
Pengungsi. (Foto: unhcr.org)

Kaltimtoday.co - UNHCR mengungkapkan bahwa, terdapat sekitar 100 juta pengungsi pencari suaka di dunia, mereka kebanyakan berasal dari negara yang berkonflik. Namun, jumlah itu berbanding terbalik dengan kouta penerimaan suaka oleh negara ketiga.

Senior Protection Officer UNHCR (Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi) Indonesia, Julia Zajkowski menyebut, kouta penerimaan pencari suaka dari negara-negara ketiga jumlahnya tak kurang dari satu persen dari angka 100 juta pengungsi.

"Kouta yang diberikan negara-negara ketiga itu cukup terbatas dan kita lihat tadi ada 100 juta pengungsi saat ini. (Sementara) kesempatan untuk resettlement (pemukiman kembali) itu hanya bisa dinikmati kurang dari satu persen dari seluruh pengungsi di dunia," kata Julia di Kuninga, Jakarta Selatan, Senin (20/6/2022).

Keterbatasan kouta mengakibatkan sejumlah pengungsi bertahan lebih lama di negara transit (pengungsian sementara sebelum dikirim ke negara ketiga) dalam ketidakpastian.

Indonesia sebagai negara transit, berdasarkan data UNHCR pada November 2021, jumlah imigran pencari suaka sebanyak 13.175 pengungsi. Mereka berada di Indonesia rata-rata di atas lima tahun, bahkan ada yang mencapai 12 tahun.

Karena keterbatasan kouta, membuat UNHCR Indonesia lebih selektif untuk mengirimkan para pengungsi. Julia menyebut, sejumlah kriteria di antaranya, lama mereka di negara transit, kebutuhan perlindungan, kerentanan hidup selama di negara transit.

Namun, Julia mengungkapkan ada alternatif agar para pengungsi berkesempatan dikirim ke negara ketiga.

"Salah satunya dengan jalur tenaga kerja dari keahlian-keahlian yang teman-teman pengungsi yang dapatkan atau miliki," ujarnya.

Julia lantas mendorong para imigran untuk mengasah keterampilannya, dengan memanfaatkan program-program pelatihan yang dibuat UNHCR Indonesia.

Di samping untuk meningkatkan keterampilannya, hal tersebut juga untuk kesehatan mental mereka. Menjalani hidup sebagai pengungsi dalam ketidakpastian, membuat mereka rentan stres dan frustasi.

Dilansir dari Suara.com, dalam beberapa tahun terakhir, terdapat 17 orang pengungsi yang mengakhiri hidup. Bahkan kasus terbaru di Medan pada 30 November 2021 lalu, seorang imigran mengakhiri hidupnya dengan acara membakar diri.

"Jadi kita sudah tahu ada keterbatasan dari sisi kouta dari negara ketiga, karena itu kami melihat solusi-solusi alternatif lainnya, solusi mereka pencari suaka seperti di Indonesia, contoh-contoh positif seperti kolaborasi ini (kolaborasi UNHCR dengan lembaga yang bergerak dalam kemanusiaan) dalam pemberdayaan," imbuh Julia.

[RWT | SR]

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Related Posts


Berita Lainnya