Advertorial

Perikanan Air Tawar Desa Embalut: Andalan Ekonomi Warga yang Terbukti Tangguh di Tengah Dominasi Tambang

M Jaini Rasyid — Kaltim Today 06 Maret 2025 15:08
Perikanan Air Tawar Desa Embalut: Andalan Ekonomi Warga yang Terbukti Tangguh di Tengah Dominasi Tambang
Menghasilkan hingga 2 ton ikan segar per malam, perikanan di Desa Embalut sudah lama menjadi sektor ekonomi andalan warga. (Jen/Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Tenggarong - Desa Embalut di Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, selama ini diketahui sebagai desa dengan aktivitas tambang yang cukup intensif. Namun di balik citra itu, ada sektor lain yang tumbuh subur dan menjadi tulang punggung ekonomi sebagian besar warga, yakni perikanan air tawar.

Setiap malam, sekitar 2 ton ikan segar dihasilkan dari kolam-kolam yang dikelola warga Embalut. Produksi yang stabil ini menjadikan Embalut sebagai salah satu desa penghasil ikan.

"Warga kami sudah biasa kirim ikan ke pasar-pasar di sekitar sini. Produksi kami stabil, bahkan saat desa-desa lain terkena serangan penyakit ikan, di sini aman," ungkap Kepala Desa Embalut, Yahya, Selasa (4//3/2025).

Perikanan bukanlah sektor baru di Embalut. Aktivitas ini sudah berjalan jauh sebelum isu penutupan tambang mencuat pada tahun 2027 mendatang. Warga yang mengelola kolam mampu meraup penghasilan rata-rata Rp15 juta hingga Rp20 juta per bulan, tergantung skala usaha dan kondisi harga di pasar.

"Kalau serius dan punya banyak keramba, satu orang bisa untung bersih sampai Rp30 juta per bulan. Saya sendiri dulu ingin punya 60 kotak keramba, karena saya yakin potensi ini besar," jelasnya.

Meski potensial, budidaya ikan air tawar di Embalut bukan tanpa tantangan. Serangan penyakit seperti Bangar dan KHP (penyakit misterius yang menyerang ikan) menjadi kendala bagi perikanan.

"Penyakit ikan itu musuh utama. Di Loa Kulu, misalnya, banyak petani ikan kolaps karena itu. Tapi di sini kami punya cara sendiri," terangnya.

Cara yang dimaksud adalah teknik khusus hasil uji coba bertahun-tahun dengan modal besar. Yahya menyebutnya sebagai ilmu mahal yang bahkan belum tentu dikuasai akademisi atau profesor sekalipun.

"Profesor dan doktor perikanan dari kampus ternama pun tidak tahu caranya. Ini hasil penelitian dengan modal puluhan juta, bukan sekadar teori," tambahnya.

Menariknya, pengembangan perikanan di Embalut tidak berhubungan langsung dengan aktivitas tambang atau dampak lahan pasca tambang. Kolam-kolam ikan yang ada dikelola secara mandiri oleh warga dengan sumber air alami.

"Perikanan di sini berkembang bukan karena tambang tutup atau karena dampak lahan bekas tambang. Memang sejak dulu kami melihat potensi besar dari air dan sumber daya yang kami punya," tegasnya.

Kemandirian inilah yang membuat sektor perikanan Embalut tangguh menghadapi dinamika ekonomi desa, termasuk ketika tambang mulai surut. Meski tambang memberi peluang kerja bagi sebagian warga, banyak yang tetap memilih menjadi pembudidaya ikan karena hasilnya yang lebih stabil.

"Saya dari awal sudah bilang ke warga, jangan cuma mengandalkan tambang. Belajar usaha sendiri, salah satunya lewat perikanan ini. Dan terbukti sekarang hasilnya luar biasa," tuturnya.

Peran Yahya sebagai kepala desa juga tidak bisa dilepaskan dari keberhasilan sektor ini. Sejak awal kepemimpinan, ia aktif mendatangkan penyuluh, memperjuangkan bantuan sarana budidaya, hingga mendampingi langsung proses budidaya di lapangan.

Ke depan, Yahya berharap sektor perikanan di Embalut bisa lebih berkembang ke arah hilirisasi produk.

"Kami punya potensi besar di sini. Kalau kita kelola dengan ilmu dan kompak, perikanan ini bisa menopang ekonomi desa jauh ke depan," tutupnya.

[RWT | ADV DISKOMINFO KUKAR]



Berita Lainnya