Internasional

Warga Lebanon Unjuk Rasa Akibat Ledakan di Beirut

Kaltim Today
10 Agustus 2020 11:18
Warga Lebanon Unjuk Rasa Akibat Ledakan di Beirut
Para pengunjuk rasa di Lebanon menuduh ledakan di Beirut terjadi karena kelalaian para pejabat. (Foto: AFP)

Kaltimtoday.co - Elit politik Lebanon saat ini tengah menghadapi tekanan dari segala sisi setelah ledakan yang terjadi di Beirut, ibu kota Lebanon pada Selasa (4/8/2020). Peristiwa mematikan ini dianggap terjadi akibat kelalaian dan korupsi yang dilakukan oleh pemerintah Lebanon sehingga menyulut warga untuk mengadakan aksi unjuk rasa.

Sebuah foto  yang viral di media sosial melihatkan pelabuhan kota Beirut yang hancur, dengan latar belakang dinding bertuliskan pesan yang dicat: "Pemerintah saya melakukan ini."

Meskipun belum diketahui apa yang menjadi pemicu terjadinya kebakaran di gudang yang menyimpan amonium nitrat tersebut, para pengunjuk rasa mengatakan bencana itu tidak akan terjadi tanpa korupsi dan ketidakmampuan elit penguasa mengahadapi situasi.

Akibatnya, publik berunjuk rasa hingga ke area dekat gedung parlemen di Beirut dan kantor kementrian perumahan dan transportasi pada Minggu (/8/2020).

Untuk membubarkan para pengunjuk rasa, kepolisian harus melepaskan tembakan gas air mata dan peluru karet. Seorang polisi dilaporkan tewas dan puluhan orang terluka dalam bentrokan yang terjadi pada Sabtu malam. 

Menyusul peristiwa ledakan di Beirut, Menteri lingkungan, Damianos Kattar dan Menteri Penerangan Manal Abdel Samad mengundurkan diri dari jabatannya pada Minggu, (9/8/2020).

"Setelah bencana besar di Beirut, saya mengumumkan pengunduran diri saya dari pemerintah," kata Manal Abdel Samad dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di media lokal.

Manal Abdel Samad juga meminta maaf kepada publik Lebanon karena telah mengecewakan mereka.

Meredam aksi protes warga, Perdana Menteri Libanon, Hassan Diab berjanji untuk mempercepat pemilu. Dia beranggapan pemilu menjadi satu-satunya cara untuk keluar dari krisis struktural negara.

Presiden Michael Aoun sebelumnya membuka kemungkinan adanya serangan rudal yang menjadi penyebab terjadinya ledakan dahsyat. Pernyataan ini disampaikan setelah dia menduga ada faktor kelalaian pejabat yang mengakibatkan ribuan ton amonium nitrat tersimpan selama enam tahun.

"Ada dua kemungkinan skenario atas apa yang terjadi: kelalaian atau intervensi asing melalui rudal atau bom," ujar Aoun seperti dilansir AFP.

Kendati demikian, ia menolak untuk dilakukan penyelidikan internasional demi memastikan penyebab kejadian nahas itu. Menurutnya, campur tangan pihak asing dapat mengaburkan kebenaran.

[RWT]



Berita Lainnya