VIDEO
Masalah Jalan Rusak di Samarinda? Bukan Cuma Soal Lubang, Tapi Sistem!
Persoalan distribusi air bersih yang selama ini menjadi keluhan warga Samarinda kembali menjadi sorotan utama. Dalam upaya mencari solusi bersama, Podcast Suara Zetizen episode ke-7 menghadirkan diskusi mendalam yang melibatkan pemangku kepentingan lintas sektor. Rekaman berlangsung di Studio Kaltim Today, Kamis (3/7/2025).
Wakil Wali Kota Samarinda, Saefuddin Zuhri, hadir sebagai narasumber utama bersama Direktur Teknik Perumdam Tirta Kencana, Kaharudin, akademisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unmul, Prof. Esti Handayani Hardi, serta perwakilan masyarakat terdampak dari RT 34 Gg. Pandan Mekar Dalam, Kelurahan Air Hitam, yakni Asep selaku Ketua RT dan warga bernama Nasir.
Dalam paparannya, Saefuddin Zuhri mengakui bahwa persoalan air bersih merupakan salah satu pekerjaan rumah utama Pemkot Samarinda. Ia menyebutkan bahwa permasalahan ini telah menjadi bagian dari janji kampanye yang kini tengah mereka wujudkan melalui langkah-langkah konkret.
“Ini memang masuk dalam janji kampanye kami, dan sekarang kami sedang mendorong langkah-langkah konkrit untuk membenahi sistem distribusinya,” ujarnya.
Menurutnya, distribusi air yang belum merata menjadi refleksi dari lemahnya infrastruktur dan tata kelola yang belum maksimal. Pemkot bersama PDAM tengah melakukan percepatan pembenahan infrastruktur dan sistem layanan. Ia menegaskan bahwa akses air bersih bukanlah komoditas, melainkan hak dasar masyarakat.
“Air bersih adalah hak dasar, bukan komoditas yang diperjualbelikan,” tegasnya.
Sementara itu, Direktur Teknik PDAM Samarinda, Kaharudin, menjelaskan bahwa distribusi air bersih terganggu oleh berbagai kendala teknis, seperti kontur wilayah yang berbukit serta jaringan pipa tua yang rawan bocor. PDAM kini sedang fokus memperbaiki jaringan lama, menambah kapasitas, dan mengurangi kebocoran untuk meningkatkan pasokan.
“Samarinda itu kota yang naik turun, ini sangat menyulitkan tekanan air. Oleh sebab itu topografi wilayah menjadi salah satu faktor permasalahan air ini,” jelas Kaharudin.
Prof. Esti dari Unmul juga menyoroti aspek kesehatan dari air yang tidak layak konsumsi. Ia memperingatkan dampak jangka panjang dari penggunaan air yang tercemar, terutama bagi kelompok rentan seperti perempuan dan anak-anak. Menurutnya, risiko kesehatan bisa meliputi gangguan hormon, kemandulan, hingga stunting.
“Paparan air yang tidak layak konsumsi dalam jangka panjang bisa memicu gangguan hormon, seperti kepada perempuan dapat berujung pada risiko kemandulan hingga meningkatkan risiko stunting pada anak-anak,” tuturnya.
Kondisi di lapangan turut disampaikan langsung oleh Ketua RT 34, Asep, yang menyampaikan bahwa sebagian besar warganya selama ini mengandalkan air dari danau alami untuk kebutuhan mencuci dan memasak.
“Kami memanfaatkan air dari danau alami untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci dan memasak,” keluhnya.
Warga lainnya, Nasir, juga berharap agar keluhan mereka segera direspon nyata oleh pihak terkait, bukan hanya dijadikan wacana.
[TOS]