Kutim
Yan Minta Sekolah Daring di Kutim Dievaluasi
Kaltimtoday.co, Sangatta - Pandemi Covid-19 belum berakhir, sekolah-sekolah menerapkan kebijakan belajar tanpa tatap muka atau belajar di rumah. Tapi keadaan itu mulai dikeluhkan oleh para orang tua murid utamannya sekolah dasar (SD) banyak di antara orang tua yang tidak mampu dalam menjelaskan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Salah seorang wali murid Nur Aslina (34) menyampaikan, ia tidak mampu membantu anaknya yang kelas I. Hal ini disebabkan kemampuan memberikan bahan ajar sangat terbatas, apalagi kesulitan membagi waktu bekerja dengan memberikan pelajaran di rumah, Sabtu (26/6/2021).
“Saya sangat berharap sekolah kembali dibuka, pasalnya anak akan lebih pas jika belajar didampingi gurunya, daripada orangtua,” jelas karyawati swasta ini.
Tiga puluh wali murid SD lainnya juga meminta sekolah kembali di buka. Hal ini disebabkan dia tidak bisa mengajarkan membaca kepada anaknya yang pada saat ini kelas 1 SD.
“Saya berharap sekolah dibuka, dengan penerapan protokol kesehatan Covid-19 yang ketat. Jika perlu lakukan swab berkala kepada guru-guru di sekolah. Jujur, kami kewalahan dalam penerapan belajar daring ini di rumah,” pintanya.
Sementara itu, Anggota DPRD Kutim Komisi D, Yan saat dihubungi menjelaskan, dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19 pembelajaran secara daring merupakan cara terbaik dan aman dalam melakukan proses pendidikan.
“Daring merupakan cara yang sangat efektif karena siswa dapat terus belajar tanpa harus datang ke sekolah sehingga dapat terhindar dari paparan virus Covid-19,” jelasnya.
Yan mengakui, pembelajaran daring di dunia pendidikan Indonesia merupakan hal yang sangat baru. Alhasil, guru yang biasanya mengajar dengan tatap muka harus lebih mengeksplore kemampuan dan keterampilannya guru dalam merancang pembelajaran secara daring. Sementara siswa harus dapat beradaptasi dengan belajar tanpa bertemu dengan guru.
“Dari hasil pengamatan saat ini pembelajaran daring masih terfokus pada pengembangan pembelajaran pada ranah pengetahuan (kognitif) sementara ranah pengembangan sikap (afektif) dan keterampilan belum bisa dikembangkan secara efektif. Sebagai contoh pada pembelajaran IPA, siswa perlu dilatih untuk terampil dalam menggunakan alat misalnya mikroskop atau alat lainnya, dalam hal ini pembelajaran secara daring belum mampu menfasilitasi keterampilan tersebut,” jelasnya.
Lebih lanjut Yan menambahkan, pembelajaran secara daring memiliki keterbatasan dalam hal pengguna.
“Pembelajaran secara daring belum efektif dilakukan pada jenjang pendidikan dasar, seperti pada pendidikan anak usia dini, TK, dan SD kelas rendah (kelas 1-3). Selain itu jika dilihat dari aspek ekonomi tidak semua orang tua memiliki kemampuan untuk membeli dan menyediakan perangkat ini untuk anaknya dalam belajar, apalagi dalam kondisi pandemi yang sebagian besar orang tua mengalami penurunan pendapatan atau penghasilan bahkan ada yang dirumahkan,” tambahnya.
Selain itu Yan memaparkan bahwa pembelajaran secara daring memang baik, namun harus dilakukan pengkajian ulang jika dilaksanakan secara lama.
“Seberapapun canggihnya teknologi namun dalam proses pendidikan kehadiran dan sentuhan guru masih sangat diperlukan terutama dalam mengembangkan ranah sikap dan keterampilan siswa, agar proses pendidikan dapat berjalan secara utuh. Pendidikan itu tidak hanya membekali siswa dengan pengetahuan semata namun juga penting dalam mendidik sikap, perilaku dan mental siswa dan hal ini diperoleh dalam pembelajaran tatap muka,” pungkasnya.
[El | NON | ADV DPRD KUTIM]
Related Posts
- Isran Noor Raih Dukungan Penuh di Kutai Timur
- PT Indexim Coalindo Dampingi Petani di Kutim Terapkan Biogas
- Dukung Percepatan Penurunan Stunting, PT Indexim Coalindo Raih 2 Penghargaan Sekaligus dari Pemerintah
- SMPN 1 Kaubun dan SDN 006 Karangan Raih Adiwiyata Nasional
- PT Indexim Coalindo Latih Budidaya Maggot bagi Kelompok Tani Hutan di Kutim