Opini

Covid-19, Hand Sanitizer dan Disinfektan Akal dan Hati Kita

Kaltim Today
01 April 2020 17:04
Covid-19, Hand Sanitizer dan Disinfektan Akal dan Hati Kita

Oleh: Muthi' Masfu'ah 'Ma'ruf' AMd, CN NLP (Ketua Gagas Citra Media Kaltim Dan Owner Rumah Kreatif Salsabila)

Allah tidak menjanjikan langit itu selalu biru, bunga selalu mekar dan matahari selalu bersinar. Allah juga tidak menjanjikan embun itu kelabu, tumbuhan senantiasa berbuah dan angin selalu berhembus.

Tapi ketahuilah, bahwa Allah selalu memberi pelangi di setiap badai, tawa di setiap air mata, berkah di setiap cobaan dan ujian dan jawaban dari setiap doa yang kita panjatkan. Karena kita harus yakin, Allah sungguh Maha Pengasih lagi Penyayang.

Saat ini ada 141 negara yang sudah diserang Covid-19 dan Indonesia dengan 267 juta jiwa rakyat Indonesia termasuk negara yang didatangi tidak di awal-awal wabah ini. Saat ini pun jumlah yang terpapar virus Covid-19 kian beranjak naik. Sayangnya, hingga saat ini pemerintah pusat belum cukup tegas dalam menanggulangi perkembangan virus tersebut. Akhirnya beberapa wilayah pun mengambil cara sendiri-sendiri, lock down, karantina wilayah oleh sang wali kota atau bupati meski dianggap ilegal pun juga social atau physical distancing.

Terlepas dari itu semua, seyogyanya virus Covid-19 janganlah membuat kita panik, tetaplah ikhtiar menjaga kesehatan, tetap stay at home. Yakinlah segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini adalah dengan seizin Allah SWT.

Virus Covid-19 setidaknya tanpa kita sadari, dengan izinNya berhasil membuat alam semesta kita diam, senyap dan beristirahat.

Pergerakan manusia tiada henti di muka bumi. Dari beribu-ribu tahun Islam, manusia terus berkembang biak dan terus tiada pernah berhenti bergerak. Tapi dengan datangnya virus Covid-19, membuat semua manusia berhenti bergerak dan diam beraktifitas.

Saat ini tanpa kita sadari, datangnya virus Covid-19 dengan seizin Allah SWT mengajarkan kita makna berkasih sayang dalam keluarga. Dengan berdiamnya kita di rumah bersama anak dan keluarga. Mendidik anak-anak di rumah kita sendiri, dengan tangan-tangan cinta nan tulus dari ayah bundanya. Karena rumah sejatinya adalah ladang amal sholeh kita yang utama.

Allah mengajarkan kita makna kerinduan, akan teriakan anak-anak di masjid/TPA, pujian-pujian Ilahi lewat pengeras suara masjid juga suara bapak dan ibu-ibu membaca surat Yasin atau suara ceramah pengajian.

Datangnya virus Covid-19 dengan seizin Allah SWT, mengajarkan kita makna kecintaan yang dalam pada anak-anak didik kita di sekolah. Saat kelas-kelas bergemuruh suara teriakan dan hapalan-hapalan pelajaran juga ayatMu dikumandangkan. Saat suara celotehan mungil menjawab mengapa ia tak mengerjakan PR atau tak belajar saat ulangan.

Allah mengajarkan makna kerja keras dan nafkah yang halal. Saat mereka, buruh bangunan, pedagang sayuran, buruh cuci baju, nelayan, gojek, pegawai grab masih terus bekerja menembus waktu dan hari. Mengabaikan keselamatan dirinya dan mengumpulkan receh demi recehan untuk hidup keluarganya di rumah.

Allah mengajarkan kita tentang makna pengorbanan sejati. Saat dokter dan perawat juga tim medis mempertaruhkan jiwa raga juga keluarga untuk melawan virus yang tak terlihat. Tanpa peralatan kesehatan yang memadai, yang akhirnya gugur satu persatu. Saat masih banyak yang bersenda gurau dan berkumpul untuk sesuatu yang tak penting.

Allah mengajarkan kita tentang makna perjuangan sejati. Saat saudara-saudara kita di Palestina, Uighur, Myanmar, muslim di India sulit dan berjuang berdarah-darah untuk ibadah di masjid-masjidMu. Saat masjid-masjid kita terbuka hangat dan rindu akan doa sujudMu.

Saat Baitullah dan Nabawi menjadi masjid tersibuk 24 jam. Jutaan manusia berkumpul dan bergerak puluhan tahun, beratus bahkan ribuan tahun lamanya ini berlangsung. Tawaf mengelilingi ka'bah sebagai kekuatan poros bumi beribu-ribu tahun lamanya.

Tapi hari ini,   Baitullah dan Nabawwi beristirahat, para penjaganya beristirahat, para pedagang disekitarnya sepi dan beristirahat, hotel, bis-bis pun beristirahat, seluruh kota beristirahat. Sepi dalam senyap.

Mekah pun sepi, rumah Rasulullah Saw Madinah pun sepi. Air zam-zam pun merindui rebutan jama'ah sebagai obat dan penghilang dahaga. Sehingga membuat kerinduan kepada Baitullah dan Nabawi akan semakin memuncak dan dinantikan.

Betapa semua tanpa kita duga, kita abaikan kini berbalik arah. Masjid-masjid satu persatu ditutup. Jama'ah tak lagi ramai memenuhi rumah-rumahMu. Puji-pujian dan teriakan bocah ikut ke masjid kini tak ada lagi. Masjid-masjid megah, musala bertabur debu. Menunggu merindui sujud hamba-hamba-Nya...

Saat Ramadhan semakin mendekat, saat virus Covid-19 masih mewabah, ada kerinduan yang menggunung untuk segera mengisi masjid-masjid-Mu dan beri'tikaf dengan penuh suka cita. Duduk menyimak para da'i atau penceramah menyampaikan nasihat penyejuk hati. Saat sahur dan berbuka bersama keluarga, saudara-saudara dan para jama'ah

Sungguh apapun yang terjadi adalah atas izin Allah SWT, daun yang jatuh di belahan dunia manapun Allah tahu, pun wabah virus Covid-19 yang sedang mendunia, perang global dengan musuh yang tak terlihat.

Jangan Lelah Membersihkan Diri dan Berbuat Baik

Ketika kita terus berikhtiar menjaga kebersihan diri, stay at home, social atau physical distancing, mengakrabkan diri dengan hand sanitizer serta membersihkan rumah dengan disinfektan.

Dengan datangnya virus Covid-19, menyadarkan diri betapa kita sering lupa untuk membersihkan akal, hati dan perilaku kita dari virus-virus duniawi hingga kita absen mengevalusi diri. Bisa jadi kita mencintai pekerjaan hingga sering lupa hakikat tujuan murni dari bekerja itu sendiri. Bisa jadi kita lihai dalam bertausiah menjaga hati tapi kita lupa dan lalai tak berlaku adil dan menyakiti hati saudara kita seiman.

Kita lupa bahwa kita pun sangat butuh mendisinfektan diri sendiri. Kita lupa bahwa setiap saat butuh sanitizer atas dosa-dosa yang kita lakukan dari hari ke hari, lagi dan lagi. Kita selama ini sibuk mengkarantina fisik kita, dengan berdiam di rumah, tapi lupa mengkarantina akal dan hati kita dari virus-virus nafsu yang dibenci oleh Allah. Sehingga hati kita mudah sekali tak bersyukur, tak sabar, iri bahkan dengki dengan saudara kita pada hal-hal yang bersifat urusan dunia.

Selama ini, mungkin bisa jadi kita lupa tugas sebagai hamba Allah SWT untuk melakukan sebuah perjalanan cinta, perjalanan mencari bekal dalam beramal saleh dan terus berbuat baik dengan memaksimalkan kemampuan kita. Selagi Allah memberikan ruang dan waktu untuk kita.

Wabah virus Covid-19 mengingatkan kita bahwa betapa kecil, lemah dan rapuhnya kita di hadapan Dia Yang Maha Perkasa atas segala sesuatu. Hingga malulah kita, bila lebih takut virus Covid-19 daripada Yang Memberikan Kuasa virus itu ada.

Tak sadarkah kita bahwa Allah sedang memfilter ketauhidan hamba-Nya. Bahwa ada tidak adanya virus Covid-19 kita akan menemui takdir kematian kita, cepat atau lambat dan hanya Allah Yang Maha Tahu dan Pengatur hamba-hamba-Nya.

Akhirnya, teruslah bersama ikhtiar, berdoa dan berbuat baik dari pintu manapun, dengan kemampuan yang kita miliki. Yakinlah semua ini ada dalam genggaman Allah maka bersandarlah hanya pada-Nya.

Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah.(*)

*) Opini penulis ini adalah tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co



Berita Lainnya