Kukar

Diskominfo Kukar Kunjungan Lapangan ke Desa Muara Enggelam

Kaltim Today
30 Oktober 2020 06:33
Diskominfo Kukar Kunjungan Lapangan ke Desa Muara Enggelam
Kabid PKP, Rianto (bertopi) saat membantu masyarakat saat menanam Padi Apung di Muara Enggelam, Selasa (27/10/2020). (Hubungan Media Diskominfo)

Kaltimtoday.co, Tenggarong - Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kutai Kartanegara (Kukar) bersama beberapa awak media berkunjungan ke Desa Muara Enggelam di Kecamatan Muara Wis belum lama ini. Muara Enggelam merupakan desa yang sebagian besar masyarakatnya hidup diatas permukaan air, sehingga mayoritas masyarakat berprofesi nelayan.

Diketahui, saat ini masyarakat Muara Enggelam sedang mengembangkan bertanam padi di atas permukaan air (Padi Apung). Hal senada juga disampaikan Kepala Bidang Pengelolaan Komunikasi Publik (Kabid PKP) Diskominfo Kukar, Ahmad Rianto saat melihat langsung padi apung.

“Keberadaan metode padi apung merupakan inovasi pertama kali di Desa Enggelam, Salah satu Inisiatif dari Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Bersinar Desaku,” kata Rianto belum lama ini.

Selain itu, pihak Desa juga telah bekerja sama dengan gabungan kelompok tani (Gapoktan) Panji Sejahtera di Tenggarong untuk mengembangkan dan budidaya padi apung tersebut. Kemudian, inisiatif ini timbul, mengingat hampir seluruh area desa adalah air yang membuat warga setempat bertekad agar bisa menanam padi meski di atas perairan.

Jika cara yang dikembangkan berhasil, maka kedepannya memiliki prospek yang bagus untuk terus dikembangkan bertanam padi di atas permukaan air. Sehingga masyarakat disini bukan hanya menghasilkan ikan tetapi bisa menghasilkan beras.

“Semoga Inisiatif dan inovasi yang dikembangkan seperti bertanam diatas permukaan air, bisa ditanami tanaman produktif demi menjaga ketahan pangan,” tegas Rianto saat didampingi petani saat lakukan tanam padi apung.

Berkaitan perbedaan padi tersebut dengan padi lain, Rianto menuturkan, perbedaannya bisa terlihat pada tempat menanamnya dan cara memanen. Jika padi lain biasanya ditanam disawah, tetapi padi disini ditanam di atas rakit mengunakan tanam System of Rice Intencification (Sri), kemudian tanam benih langsung (Tabela), dan tanam pindah.

“Rakit sebagai wadah letak tanaman agar menjadi terapung dan tidak terpengaruh dengan ketinggian air saat banjir,” pungkas Rianto.

Selain itu, nampak perbedaan saat memanen padi, yakni tanaman padi yang baru disabit tidak bisa langsung dirontokkan ditempat, akan tetapi harus dibawa ke darat. Kemudian, padi apung dalam jangka waktu 100 hingga 120 hari baru bisa di panen.

[SUP | TOS | ADV DISKOMINFO]



Berita Lainnya