Samarinda

Komunitas Saesama Ajak Pemuda Pikirkan Solusi Banjir Samarinda

Kaltim Today
24 Agustus 2019 19:22
Komunitas Saesama Ajak Pemuda Pikirkan Solusi Banjir Samarinda
Komunitas Saesama Samarinda mengajak pemuda dari berbagai kalangan untuk memikirkan solusi terbaik menyelesaikan banjir Samarinda. (Saesama For Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Tepat sehari sesudah perayaan kemerdekaan, komunitas Saesama yang digawangi oleh beberapa anak muda mengadakan diskusi terbuka dengan mengundang beberapa pemateri dari kalangan akademisi dan aktivis.

Acara diskusi ini bertajuk "Pikir Sama-sama: Banjir Samarinda dalam Perspektif Lingkungan dan Tata Kota."

“Acara ini diselenggarakan untuk memetakan duduk permasalahan banjir di Samarinda dalam perspektif lingkungan dan tata kota. Rencananya ini adalah langkah awal untuk perumusan aksi oleh komunitas dan warga lokal untuk menanggulangi banjir,” ucap Iffa, ketua panitia dalam rilis resminya.

Akademisi Teknik Lingkungan Unmul Yohanes Budi menekankan pentingnya penanggulangan banjir dari hulu. Menarget akar permasalahannya dengan cara mencari tahu sumber debit air terbesar berasal.

"Samarinda memiliki banyak sungai, yang terbesar adalah DAS Karang Mumus. Dengan luas lahan resapan dan tampungan air yang terus beralih fungsi, tentu risiko banjir akan meningkat. Yang terbaik jangan lakukan penanggulangan sampai diketahui asal debit paling banyak," ucapnya.

Diskusi Komunitas Saesama diikuti puluhan mahasiswa dengan menghadirkan pembicara dari kalangan akademisi dan aktivis Walhi Kaltim.
Diskusi Komunitas Saesama diikuti puluhan mahasiswa dengan menghadirkan pembicara dari kalangan akademisi dan aktivis Walhi Kaltim.

Ditambahkannya, dalam penyusunan RPJMD Kaltim, mestinya berkaca pada kajian dari DLHKS.

Senada, WALHI Kaltim Hafidz Prasetiyo menyebutkan, yang lebih penting dari pengerukan maupun normalisasi sungai adalah selektif terhadap pemberian izin tambang serta alih guna lahan kritis.

Akademisi Intitut Teknologi Kalimantan Farid Nurrahman mengungkapkan pernah melakukan komparasi dengan kasus DAS Ciliwung. Dia menyatakan bahwa perlu dilakukan pendekatan humanis untuk memanusiakan warga yang tinggal di bantaran sungai.

"Kajian dampak relokasi warga bantaran sungai juga harus bersifat human centered," katanya.

Pendekatan partisipatif kepada masyarakat dalam penataan kawasan pinggir sungai lebih efektif untuk merancang solusi yang tepat.

Dalam sesi diskusi, para peserta millenial ini mendiskusikan bagaimana anak muda dapat berperan dalam menanggulangi banjir. Hal yang dapat dilakukan ialah mereka harus bersikap lebih kritis dan mengawal kinerja pemerintah khususnya dalam penanggulangan masalah banjir. Anak muda dapat hadir dan terlibat dalam undangan terbuka penyusunan kebijakan publik. Mereka memiliki hak dan kesempatan untuk memberi masukan dan aspirasi agar dapat diakomodir dalam kebijakan yang tengah disusun pemerintah tersebut.

Dalam diskusi ini, WALHI Kaltim menekankan kekuatan dan peran masyarakat memiliki pengaruh yang besar dalam mendesak dan mengawal pemerintah dalam penanggulangan banjir, salah satunya dengan rutin menyalurkan aspirasi kepada perwakilan di parlemen khususnya perwakilan di daerah pemilihan.

Dalam diskusi ini disimpulkan beberapa faktor yang berkontribusi dalam permasalahan banjir ini. Yakni, faktor geografis berupa bentang alam Samarinda yang dikelilingi sungai serta kurang tepatnya usaha penanganan dan perencanaan tata ruang dan kota oleh pemerintah. Karenanya diperlukan kebijakan dan penegakan peraturan yang tegas dari pemerintah yang turut dibantu dengan peran partisipatif dari seluruh warga kota untuk mematuhi peraturan yang ada. Sedangkan untuk saat ini sebagai bentuk aksi nyata, warga Samarinda sangat diharapkan ikut berperan aktif mengawal isu sebagai satu kesatuan dan tidak pasrah dengan keadaan.

[TOS | SAESAMA]


Related Posts


Berita Lainnya