Kukar

Lapas Perempuan Tenggarong Terus Lakukan Pembinaan, Narapidana Rajin Tahajud dan Puasa Senin-Kamis

Kaltim Today
03 Desember 2021 18:07
Lapas Perempuan Tenggarong Terus Lakukan Pembinaan, Narapidana Rajin Tahajud dan Puasa Senin-Kamis
Kepala Lapas Perempuan Kelas IIA Tenggarong Sri Astiana. (Supri/Kaltimtoday.co).

Kaltimtoday.co, Tenggarong – Narapidana atau Warga Binaan yang berada di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) bukan berarti manusia terbuang dan sebagainya. Melainkan adanya putusan pengadilan yang menyatakan mereka bersalah.

Hal ini disampaikan Kepala Lapas Perempuan Kelas IIA Tenggarong, Sri Astiana kepada Kaltimtoday.co di ruang kerjanya, Kamis (2/11/2021).

Ketika berada di LPP, tak hanya sekedar  menjalani masa tahanan. Namun, juga berhak mendapatkan pembinaan, baik itu kepribadian dan kemandirian bagi Warga Binaan Perempuan (WBP).

Pembinaan kepribadian warga binaan dilakukan melalui kegiatan keagamaan seperti belajar zikir, mengaji dan ceramah. Sedangkan bagi WBP non muslim juga belajar Alkitab. Dalam hal ini LPP Tenggarong bekerjasama dengan Kementerian Agama Kukar, Pesantren dan Pendeta.

Setiap Senin hingga Kamis mulai jam 9 hingga 11 siang, bagi narapidana muslim belajar mengaji, belajar fiqih, sedangkan siangnya belajar Alkitab untuk non muslim. Pembinaan ini bertujuan agar rutinitas ibadah bisa menjadi kebiasaan yang wajib dilaksanakan.

“Jika mereka sebelumnya suka hiburan malam bahkan jarang ibadah, maka kebiasaan yang buruk secara perlahan hilang dan mereka bilang, di Lapas ibadahnya bisa tepat waktu,” kata Astiana.

“Alhamdulillah disini narapidana-nya rajin tahajud, waktu petugas penjaga malam mengontrol itu ada yang bangun dan ditanyai, tahajud beneran apa tidak, ternyata benar mereka salat tengah malam. Bahkan ada yang Senin-Kamis puasa,” tambahnya.

Selain itu, ada juga konseling sebab perempuan mempunyai hobi curhat yang butuh banget di dengar. Jika curhat dengan orang tidak tepat maka bukan solusi yang didapatkan melainkan provokasi, sehingga LPP bekerjasama dengan Psikolog. Konseling dilakukan secara rutin setiap bulan dengan berkelompok.

Kemudian, ada pembelajaran dan pemahaman Pramuka sebagai bentuk kesadaran berbangsa dan bernegara. Dari sini ada kejadian lucu kata Kalapas Perempuan, saat pertama kali mengenakan pakaian pramuka. Mereka merasa sedikit aneh lantaran sudah lama sekali tidak pakai, karena terakhir kali menggunakan saat tamat sekolah sekitar 10 tahun lalu.

“Ih bu malu, kami udah lama banget gak pakai baju pramuka seperti waktu SMA dulu, sekarang kita sudah tamat sekolah sudah 10 tahun yang lalu,” ujar Astiana.

“Kenapa mesti malu, karena poin pramuka itu agar selalu gotong royong , kebersamaan dan kepedulian,” jawabnya.

Pembinaan tersebut, tak terlepas dari dukungan dari keluarga WBP sebab LPP tidak bisa bergerak sendiri. Tanpa adanya dukungan keluarga maka narapidana tidak bisa berubah atau tidak bisa menjalani kehidupan dengan nyaman selama di lapas.

Kenapa butuh mereka nyaman di lapas sambung Astiana, karena jauh dari keluarga dan apabila tidak nyaman maka kasihan dia menjalani kehidupan di lapas itu akan terasa lama sekali.

“Karena masa tahanan mereka ada yang 6 tahun keatas,” tutupnya.

[SUP | NON]

 



Berita Lainnya