Kutim

Pasca Banjir, Masyarakat Diminta Waspadai Penyakit KLB

Kaltim Today
26 Maret 2022 18:17
Pasca Banjir, Masyarakat Diminta Waspadai Penyakit KLB
Usai banjir seluruh stakeholder bekerja sama membersihkan sisa sampah bekas banjir agar tak menimbulkan penyakit baru ke masyarakat. (Ella/Kaltimtoday)

Kaltimtoday.co, Sangatta - Sepekan berlalu usai banjir melanda dua kecamatan di Kutai Timur (Kutim). Kondisi tersebut berimbas pula terhadap kesehatan masyarakat yang sebagian di antaranya mengungsi. Kendati demikian, lamanya banjir berpotensi adanya penyakit kejadian luar biasa.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kutim, dr Bahrani Hasanal. Pihaknya menyebut, untuk penanganan banjir di Sangatta Utara dan Kecamatan Sangatta Selatan, pemerintah berfokus pada penanganan kesehatan anak dan ibu hamil di pengungsian. Sedangkan jika banjir itu berlangsung cukup lama, dikhawatirkan terjadi penyakit KLB.

“Jika banjir berlangsung lama maka akan dilakukan vaksinasi campak,” ungkapnya.

Bahrani menjelaskan, mengenai penyakit umum yang dialami warga akibat banjir telah tertangani. Itu seperti penyakit kulit gatal-gatal dan flu telah teratasi sejak awal. Hingga kini, Pemkab akan memantau penyakit penyakit yang sifatnya kejadian luar biasa (KLB) pada masyarakat yang tedampak banjir.

“Sebenarnya banjir bisa diantisipasi, tetapi ya memang perlu anggaran yang cukup besar. Mudah-mudahan nanti bersama masyarakat, kita bisa melakukan pengurangan risiko bencana,” harapnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, banjir besar merendam Bumi Untung Banua (Sebutan Kutim) setelah hujan deras mengguyur sejak Jumat (18/3/2022) sore hingga malam.

Banjir dengan ketinggian air di beberapa titik setinggi 50 cm hingga 2 m tersebut mengharuskan ribuan warga Kutim mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Berdasarkan data BPBD Kutim, tercatat ada 366 rumah yang terendam banjir di wilayah Sangatta Utara dan Sangatta Selatan. Total ada 3.973 kepala keluarga atau 16.896 jiwa yang terdampak banjir. Bahkan, banjir yang disebut-sebut sebagai yang terparah selama 20 tahun terakhir ini menyebabkan 1 orang meninggal dunia. 

Jaringan Aktivis Tambang (Jatam) Kaltim menyebut, banjir di Kutim tersebut merupakan dampak dari pembukaan kawasan hutan yang begitu masif untuk area pertambangan skala besar di wilayah hulu Sungai Sangatta.

Sempat beredar rumor yang mengungkapkan bahwa bencana banjir tersebut akibat jebolnya tanggul milik PT Kaltim Prima Coal (KPC) di Fit J. Namun, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kutim memastikan bahwa, bencana banjir tersebut bukan karena tanggul PT KPC jebol, melainkan akibat curah hujan yang tinggi yang bertepatan dengan pasang surut air laut.

[EI | RWT]

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Related Posts


Berita Lainnya