Kukar

Sebabkan Banjir, Kabid SDA PU Kukar Minta Perusahaan Tambang Ikut Tangani Sungai Mumus di Tanah Datar

Kaltim Today
25 Januari 2021 20:08
Sebabkan Banjir, Kabid SDA PU Kukar Minta Perusahaan Tambang Ikut Tangani Sungai Mumus di Tanah Datar
Kepala Bidang SDA, Dinas PU Kukar, Muhammad Syafi'i. (Supri/Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Tenggarong - Sungai Mumus yang menghubungkan dua Kabupaten/Kota, Kutai Kartanegara (Kukar) dan Samarinda yang terletak di Desa Tanah Datar, Kecamatan Muara Badak, Kukar. Mengalami pendangkalan di area sekitar sehingga tak jarang terjadi banjir saat intensitas curah hujan tinggi.

Mengenai pendangkalan sungai tersebut, Dinas Permukiman Umum (PU) Kukar melalui Kepala Bidang Sumber Daya Air (Kabid SDA), Muhammad Syafi'i menuturkan, karena sungai melintasi dua Kabupaten/Kota maka kewenangan pengelolaanya ada di Balai Wilayah Sungai (BWS) dan Dinas PU Provinsi Kaltim.

"Kami hanya sebatas koordinasi saja. Kita akan berkoordinasi dengan PU Provinsi atau BWS terkait penanganan itu, sebab mereka punya anggaran besar kalau Kukar terbatas," ungkap Syafi'i kepada Kaltimtoday.co di ruang kerjannya, Senin (25/01/2021).

Desa Tanah Datar yang merupakan Jalan poros Samarinda menuju Bontang acapkali banjir disebabkan adanya aktifitas pertambangan batu bara yang berdekatan dengan jalur jalan maupun sungai. Sementara terdapat timbunan galian tanah yang menutupi jalan dan drainase sehingga aliran air terhambat.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Kaltim Today (@kaltimtoday.co)

"Nah itu, pihak perusahaan pertambangan punya kewajiban untuk menangani dan normalisasi sungai itu," ujarnya.

Syafi'i berharap perusahaan mempunyai tanggungjawab untuk mengatasi persoalan tersebut. Lantaran tingginya sidementasi akibat galian tambang.

Pembukaan lahan turut mengurangi daerah resapan air sehingga air lebih banyak melimpas di permukaan dan masuk ke badan sungai dengan membawa partikel-partikel tanah yang erosi alhasil terjadinya sidementasi di sungai.

Apalagi sungai tersebut kapasitasnya terbatas lantaran dimensinya relatif kecil, ditambah dengan sidementasi disertai peningkatan air dipermukaan sehingga sungai tidak mampu menampung.

"Akhirnya sungai tidak mampu menampung dan mengalirkan air sehingga terjadilah banjir disitu," beber Syafi'i.

Dirinya menambahkan, akan berkoordinasi dengan pihak provinsi, seperti apa nanti terkait penanganannya.

[SUP | NON]


Related Posts


Berita Lainnya