Headline

UI dan UGM, Kampus Paling Produktif Hasilkan Publikasi Ilmiah

Kaltim Today
06 Juni 2020 08:09
UI dan UGM, Kampus Paling Produktif Hasilkan Publikasi Ilmiah
Universitas Indonesia masih menjadi perguruan tinggi terbaik dan paling produktif di bidang riset dan ilmu pengetahuan dia Indonesia, bahkan ASEAN.

Kaltimtoday.co, Jakarta - Jumlah publikasi ilmiah Indonesia bergerak secara eksponensial. Bahkan berhasil merajai ASEAN sejak 2018 sampai dengan saat ini. Hasil ini cukup membanggakan, karena menjadi bukti iklim riset di Indonesia semakin baik.

Berdasarkan data Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) ada 4 perguruan tinggi paling produktif secara institusi, yakni Universitas Indonesia (UI) 12.579 publikasi, kemudian Universitas Gajah Mada (UGM) 9.292 publikasi, Institut Teknologi Bandung (ITB) 8.778 publikasi, kemudian Institut Pertanian Bogor (IPB) 6.300 publikasi.

Pemeringkatan publikasi ilmiah itu disampai Menristek/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro berdasarkan Science Technology Index (SINTA) 2020 bersamaan dengan pengumuman 500 peneliti terbaik di Indonesia, Mei lalu.

Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, saat ini Indonesia sudah punya SINTA yang memiliki cakupan lebih luas dan  tidak hanya menggunakan Scopus sebagai basis datanya. Pada tahun 2016, ada pemeringkatan ilmuwan Indonesia berbasis Google Scholar dalam program ACUMEN (Academic Career Understood Through Measurement and Norms). Namun, itu hanya berbasis sitasi dan jumlah dokumen dalam basis data google selama tiga tahun. Perangkingan itu juga hanya berbasis sitasi dam jumlah publikasi dalam database terindeks Scopus selama tiga tahun dengan kategori Q1, Q4 sampai yang Q Undefined.

Sementara SINTA, sebut Bambang, mencoba mencakup semuanya. Menggabungkan basis data publikasi dalam Google Scholar dan Scopus. Ditambah dengan basis data jurnal nasional terakreditasi SINTA yang dikategori S1 sampai S6 yang juga bisa diatur selama tiga tahun terakhir.

"Pemeringkatan berdasarkan SINTA sudah mencakup semuanya," terang Bambang.

Dijelaskannya, ranking SINTA 2020, merupakan ranking kinerja publikasi penelitian dari peneliti atau dosen yang mencakup kuantitas publikasi internasional dan nasional serta kualitas yang diukur dari jumlah sitasi artikel serta kategori jurnal. Diharapkan ranking itu benar-benar menggambarkan kondisi yang paling komprehensif dari produktivitas dan kualitas peneliti dan dosen di Indonesia.

Selain dapat menunjukkan ranking peneliti berdasarkan berbagai data dari Scopus, Google Scholar, dan jurnal nasional, menurutnya, SINTA juga memiliki fitur yang dapat digunakan untuk menganalisa produktivitas dan kualitas publikasi dari afiliasi institusi, atau perguruan tinggi tempat peneliti bekerja.

Selain itu, SINTA memiliki kelebihan dibanding pemeringkatan lain, salah satunya bisa mengukur analisis kinerja dan output riset nasional. Jadi tidak hanya fokus pada individu, peneliti atau dosen tapi juga bisa berdasarkan institusi.

"Ini adalah contoh kita juga bisa melihat berdasarkan institusinya. Mudah-mudahan ini bisa menjadikan motivasi untuk para pimpinan universitas untuk terus mendorong para peneliti dan dosennya untuk lebih produktif menggasilkan produk ilmiah,” lanjutnya.

Dalam rangka mengapresiasi peneliti Indonesia yang memberikan sumbangsih dalam penerbitan jurnal bereputasi internasional, Kemenristek/BRIN mengumumkan 500 besar peneliti berkinerja terbaik berdasarkan jumlah artikel yang dipublikasikan di SINTA dan jurnal-jurnal terindeks di Scopus dan serta atau pengutipan di Scopus dan Google Scholar selama tiga tahun terakhir sejak 2017 hingga 2019 dari 194 ribu lebih peneliti dan dosen yang telah terdaftar dalam database SINTA.

Peringkat satu, Suharyo Sumowidagdo dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan skor 9.178. Nomor dua, Agus Sudaryanto dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dengan skor 8.934. Nomor tiga, Indah Suci Widyahening dari Universitas Indonesia (UI) dengan skor 7.786. Nomor empat  Riyanarto Sarno dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan skor 6.893.

Yang kelima, Moesijanti Yudiarti Endang Soekatri dari Poltekkes Kemenkes Jakarta III dengan skor 4.906. Yang keenam  Mauridhi Hery Purnomo dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan skor 4.853,5. Nomor tujuh, I Gede Wenten dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan skor 4.670,5. Kemudian nomor delapan, Achmad Nizar Hidayanto dari Universitas Indonesia (UI) dengan skor 4.659. Kesembilan, Evy Yunihastuti dari Universitas Indonesia (UI) juga dengan skor 4.181.

Kesepuluh,  Abdul Rohman dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan skor 4.180,5. Nomor sebelas, Tole Sutikno dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan skor 4.121. Nomor dua belas  Achmad Munir dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan skor 4.049. Nomor tiga belas  Asep Bayu Dani Nandiyanto dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan skor 4.036. Nomor empat belas  Mohamad Basyuni dari Universitas Sumatera Utara (USU) dengan skor 3.972. Nomor lima besar,  Muhammad Hilmy Alfaruqi dari Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) dengan skor 3.932.

Selengkapnya dapat dilihat di website http://sinta.ristekbrin.go.id/author.

Dalam kesempatan ini Bambang mendorong peneliti serta institusi penelitian dan perguruan tinggi untuk terus meningkatkan publikasi ilmiahnya di jurnal internasional dan nasional.

“Saya harapkan institusinya bisa lebih memperbanyak staf pengajarnya atau staf penelitinya untuk bisa menghiasi ranking yang tertinggi dari SINTA. Bagi yang namanya atau institusinya belum masuk saya harapkan ini akan menjadi motivasi untuk kita semakin menguatkan fondasi dari universitas riset yang dikembangkan di masing-masing perguruan tinggi dan yang lebih penting juga untuk memperbanyak jumlah peneliti dan inovator yang berkualitas,” tutupnya.

[TOS]


Related Posts


Berita Lainnya