Gaya Hidup

Banyak yang Percaya, 5 Mitos Tentang Kesehatan Ini Ternyata Salah

Kaltim Today
06 Juli 2020 13:54
Banyak yang Percaya, 5 Mitos Tentang Kesehatan Ini Ternyata Salah

Dalam hal-hal tertentu, masyarakat masih percaya akan mitos-mitos yang dibawa dari pendahulunya hingga saat ini. Tidak hanya seputar klenik, tapi juga kesehatan. Beragam opini tentang penyakit memang belum bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akibatnya, terjadi simpang siur dalam memahami penyebab penyakit atau kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan.

Oleh karena itu, segala asumsi yang masih belum benar tersebut harus segera dibenarkan lewat fakta-fakta seputar penyakit atau kebiasaan yang sering didengar di sekitar agar tidak menjadi mitos saja.

Berikut Kaltimtoday.co rangkum 5 mitos kesehatan yang sering beredar:

1. MSG Dapat Menyebabkan Kanker

Faktanya: Penambah cita rasa makanan yang populer ini memiliki reputasi yang buruk karena dianggap dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari migrain hingga kanker. Namun, Food and Drug Administration (FDA) di AS mengklarifikasi bahwa monosodium glutamat (MSG) adalah bahan makanan yang aman untuk dikonsumsi. 

Sementara itu, jika sebagian orang mengalami reaksi negatif akibat mengonsumsi MSG, seperti sakit kepala atau mual, gejala-gejala ini umumnya ringan dan tidak memerlukan perawatan. Daripada berfokus pada apakah makanan tersebut mengandung MSG atau tidak, lebih baik melihat nilai gizi dari makanan yang Anda konsumsi. Misalnya, makanan olahan seperti mie instan adalah bottom-line yang tidak sehat, dengan atau tanpa MSG.

2. Mengonsumsi Terlalu Banyak Gula Dapat Menyebabkan Diabetes

Faktanya: Tidak seperti yang banyak orang pahami, sebenarnya gula tidak menyebabkan diabetes. Namun, mengonsumsi terlalu banyak gula dapat membuat penambahan berat badan, dan kelebihan berat badan meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Sedangkan untuk diabetes tipe 1 terjadi saat tubuh tidak menghasilkan insulin dan disebabkan faktor genetik. 

Cara terbaik untuk mengurangi risiko diabetes adalah dengan menjaga berat badan. Itu berarti tidak hanya memoderasi jumlah makanan manis yang Anda konsumsi, tetapi juga memperhatikan asupan makanan berlemak Anda.

3. Ngemil Dapat Menambah Berat Badan

Faktanya: Ardy Brian Lizuardi, Master of Science in Nutrician and Health Wageningen University, Belanda mengungkapkan bahwa ngemil dapat menambah berat badan adalah mitos.

"Itu mitos, tapi sebenarnya tergantung apa yang Anda cemil. Pada dasarnya, cemilan sehat justru dapat bermanfaat untuk tambahan energi di sela waktu makan dan menekan rasa lapar agar tak makan berlebihan saat makan besar," ucapnya saat Nutriclasss Myths or Facts: Nutrition, Selasa (30/6/2020).

Dia menambahkan bahwa, sebenarnya ngemil itu jeda makan. Fakta lainnya, camilan yang dimakan di sela sarapan dan makan siang ini justru akan mengisi volume lambung dan membantu mengurangi asupan kalori dan porsi saat makan siang.

Namun ngemil dapat menambah berat badan apabila ngemil makanan yang tak sehat dan ngemil sembarangan. Sayangnya, camilan yang sering disantap adalah makanan tinggi kalori.

4. Susu Buat Gemuk

Faktanya: Minum susu faktanya tidak akan membuat tubuh gemuk, tapi kalau dikonsumsi dalam jumlah berlebih memang riskan membuat ukuran badan melebar karena susu mengandung lemak. Hal ini disampaikan oleh Spesialis Gizi Klinis dr. Diana F. Suganda, M.Kes, Sp.GK.

“Yang bikin gemuk itu total asupan harian yang melebihi kebutuhan,” ungkap dr. Diana.

Minum 3-4 gelas susu setiap harinya, dengan diet makan yang sehat, dapat menyebabkan penurunan berat badan dan lemak yang lebih besar dibanding hanya mengurangi kalori di makanan. Minum susu harus dengan takaran yang tepat, yang telah tertulis di kotak susu. Dengan takaran saji yang pas dan diet makanan yang benar dan sehat, susu tidak akan membuat badan gemuk.

Dr. Marudut, dosen Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II bahkan mengungkapkan, salah satu manfaat lemak dalam susu adalah membantu menghindari risiko diabetes dan penyakit jantung

5. Daging Kambing Sebabkan Darah Tinggi

Faktanya: Makan daging kambing bukanlah penyebab seseorang terkena darah tinggi

Daging merah pada umumnya memiliki kandungan lemak jenuh yang tinggi sehingga bisa meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Akan tetapi, daging kambing ternyata memiliki lemak jenuh yang lebih rendah dibandingkan daging sapi atau ayam.

Seporsi daging kambing (sekitar 85 gram atau sebesar potongan steak) hanya mengandung 0,79 gram lemak jenuh. Sementara, seporsi daging sapi mengandung 3,0 gram lemak jenuh, serta seporsi daging ayam mengandung 1,7 gram lemak jenuh.

Daging kambing juga bukan pemicu darah tinggi. Hanya saja, daging kambing bisa menimbulkan efek termogenik yang seringkali dianggap sebagai tanda tekanan darah tinggi hipertensi. Efek termogenik ini berupa panas yang dihasilkan dari metabolisme suatu bahan makanan dalam tubuh sehingga memberi sensasi hangat.

Sementara itu, jika Anda menganggap kemunculan gejala terkena hipertensi disebabkan oleh konsumsi daging kambing, maka Anda keliru. Sebab, yang menyebabkan darah tinggi bukanlah daging kambingnya, melainkan garam yang digunakan sebagai bumbu masakan.

Penggunaan garam secara berlebihan mampu menyebabkan darah tinggi. Garam mengandung unsur natrium yang berfungsi mengatur air dalam tubuh. Natrium dalam jumlah yang besar mengakibatkan semakin banyak air yang disimpan dalam pembuluh darah sehingga berisiko membuat tekanan darah meningkat.

[RWT]


Related Posts


Berita Lainnya