Kutim

Covid-19 di Kutim Melonjak, Yan Ipui Prihatin Dampak PJJ bagi Siswa

Kaltim Today
08 Juli 2021 11:41
Covid-19 di Kutim Melonjak, Yan Ipui Prihatin Dampak PJJ bagi Siswa
Anggota DPRD Kutim, Yan Ipui. (Ramlah/Kaltimtoday.co).

Kaltimtoday.co, Sangatta - Sebagai orang yang pernah berkecimpung secara langsung di dunia pendidikan, Yan Ipui memahami kesulitan yang dirasakan orang tua dan siswa, saat ini.

Proses Pendidikan jarak jauh (PJJ) tidak hanya menghilangkan kesempatan anak untuk belajar bersosialasi, juga kehilangan kesempatan berinteraksi dengan teman sebaya.

Ancaman lost generation akibat wabah sudah di depan mata. Memang sudah menjadi tugas Yan Ipui mendengar keluhan orang tua siswa. Apalagi saat ini dia dipercaya mewakili masyarakat duduk di DPRD Kutai Timur (Kutim).

Politisi Partai Gerindra ini mendorong pemerintah membuka belajar tatap muka dengan memerhatikan situasi pandemi.

“Daerah-daerah hijau bisa dibuka dengan penerapan protokol kesehatan,” kata anggota Komisi D DPRD Kutim yang ditemui usai mengikuti rapat paripurna, Rabu (7/7/2021).

Komisi yang membidangi masalah pendidikan ini, seringkali menjadi pos pengaduan warga, yang ingin pembelajaran tatap muka dimulai.

“Apalagi, masih banyak blank spot yang menyebabkan murid tak bisa mengakses internet,” ujar mantan guru Sekolah Dasar (SD) di Telen, Kutim ini.

Yan merupakan salah satu anggota dewan yang vokal, menyuarakan dukungan PTM segera bergulir. Setelah beberapa kali Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, seolah memberikan lampu hijau pelaksanaannya di zona-zona hijau.

Tentu dengan berbagai pertimbangan penting. Salah satunya lonjakan kasus Covid-19 di Kutim jauh menurun signifikan. Meskipun jika dibandingkan dengan daerah tetangga.

Terlebih kelompok yang dianggap rentan penularan Covid-19, yaitu tenaga guru di Kutim yang sudah 80 persen divaksinasi. Ia menyebut itu menjadi faktor penting bisa dilaksanakannya kegiatan PTM. Maka penuntasan vaksinasi hingga 100 persen, wajib hukumnya. Tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Berharap peserta didik lebih banyak berkegiatan di rumah ketika pemerintah menerapkan pembelajaran secara daring. Tidak sepenuhnya terjadi seperti yang diharapkan, cenderung malah tidak bisa dikendalikan, berdasarkan pengakuan orang tua. Dan dirinya yang senantiasa memantau di lapangan.

“Kalau di sekolah bisa dikendalikan, terpenting protokol kesehatannya dipertegas, ada simulasinya, dinas pendidikan juga mengakui sudah menyiapkan,” ujarnya.

Berbicara siap tidaknya sistem pendidikan di Indonesia yang beralih ke sistem daring. Dianggap Yan belum siap sama sekali. Kualitas mutu pendidikan yang masih rendah, sehingga PTM segera digulirkan menjadi salah satu jalan keluarnya. Karena tidak ada namanya tawar-menawar dalam pendidikan. Terlalu berani mempertaruhkan masa depan bangsa, meskipun masalah kesehatan tetap dikedepankan.

“Tapi ya ini pandangan saya, karena otoritas milik pemerintah. Semoga menjadi pertimbangan Pemerintah untuk melaksanakan PTM untuk daerah yang zona hijau,” lanjut Yan lagi.

Pembelajaran secara daring, kata Yan, banyak kekurangannya.

“Motivasi belajar si anak tidak bisa dipantau langsung oleh pengajar. Ditambah pendalaman materi pelajaran yang tentunya sangat terbatas,” imbuhnya.

Akibat paling parah, yakni penanaman karakteristik kepada anak yang seharusnya diterima di bangku sekolahan, seperti nilai kejujuran yang ditumbuhkan pada peserta didik.

“Akibatnya orang tua mengeluh kalang kabut, mayoritas menghendaki segera dilakukan PTM,” tandasnya.

[El | NON | ADV DPRD KUTIM]



Berita Lainnya