Kukar

Dilarang Total Mulai 2022, Rendi Solihin Siapkan Skema Peralihan Profesi untuk 12 Ribu Petani Kratom

Kaltim Today
16 September 2021 19:54
Dilarang Total Mulai 2022, Rendi Solihin Siapkan Skema Peralihan Profesi untuk 12 Ribu Petani Kratom
Wakil Bupati Kukar sekaligus Ketua BNK, Rendi Solihin.(Supri/Kaltimtoday.co).

Kaltimtoday.co, Tenggarong - Badan Narkotika Nasional menetapkan daun kratom (Mitragyna speciosa) dilarang total digunakan dalam suplemen makanan dan obat tradisional mulai 2022 mendatang.

Pelarangan tersebut mulai berlaku secara menyeluruh pada 2022 atau lima tahun masa transisi pasca ditetapkannya tanaman kratom sebagai narkotika golongan I oleh Komite Nasional Perubahan Narkotika dan Psikotropika tahun 2017 silam.

Di Kutai Kartanegara (Kukar) sendiri, tanaman kratom tersebar dan banyak dijumpai dihamparan pinggir sungai mahakam khususnya wilayah hulu seperti Kecamatan Muara Wis, Muara Muntai dan Kota Bangun. Bahkan diperkirakan ada sekitar 12 ribu petani yang mengandalkan mata pencaharian dari tanaman itu.

Menanggapi hal ini, Wakil Bupati Kukar, Rendi Solihin mengatakan, sejak dilantik sebagai Ketua BNK Kukar. Pihaknya dengan gencar melakukan sosialisasi kepada para petani, Rendi melihat jumlah petani yang menggeluti kratom lumayan banyak kurang lebih ada 12 ribu orang.

"Memang kratom tanaman liar dan memiliki potensi yang menghasilkan sehingga menjadikan itu sebagai mata pencaharian. Kedepan sosialisasi dilakukan bertujuan supaya mereka cepat beralih profesi sebelum itu menjadi ilegal," kata Rendi sapaan akrabnya.

Tak hanya sekadar sosialisasi, kini pihaknya sedang mempersiapkan skema bidang apa untuk mereka yang beralih profesi, salah satunya perikanan. Rata-rata kratom tumbuh di kawasan pinggiran sungai, besar kemungkinan untuk beralih budidaya ikan.

Sejauh ini tanaman tersebut merupakan penghasilan utama masyarakat, misalnya di Kalimantan Barat yang paling besar dan banyak di Indonesia yang menanam kratom. Mungkin ada sekitar 300 ribu petani, apabila itu sudah ilegal di Indonesia maka akan dialihkan kemana pekerjaannya.

"Hal ini juga tentunya akan dialami para petani di Kukar apalagi jumlahnya lumayan banyak," ungkapnya.

Rendi menjelaskan total lahan yang digunakan saat ini kurang lebih ada 1.200 hektar, jika diasumsikan perhektarnya ada 10 orang yang bertani disitu. Setidaknya masyarakat yang budidaya hampir setengah dari total lahan, sedangkan yang lain memang tumbuh liar.

"Solusinya, lagi kami skemakan sekarang peralihan dari petani entah itu yang liar atau budidaya. Nah yang budidaya ini kami data," pungkasnya.

[SUP | NON | ADV DISKOMINFO KUKAR]



Berita Lainnya