Advertorial

Hadapi Tantangan Budaya IKN, DKD Kaltim Apresiasi Respons Pemda PPU

Muhammad Razil Fauzan — Kaltim Today 26 April 2025 18:38
Hadapi Tantangan Budaya IKN, DKD Kaltim Apresiasi Respons Pemda PPU
Ketua Umum DKD Kalimantan Timur, Syafril Teha Noer. (Fauzan/Kaltimtoday)

Kaltimtoday.co, Penajam - Dukungan Pemerintah Daerah (Pemda) Penajam Paser Utara (PPU) terhadap Dewan Kesenian Daerah (DKD) PPU dinilai lebih progresif dibandingkan daerah lain. 

Ketua Umum DKD Kalimantan Timur, Syafril Teha Noer, menyampaikan pengakuan itu usai pelantikan pengurus DKD PPU periode 2025–2030, Jumat, (25/4/2025).

"Memang harus kami akui, (DKD) PPU selangkah lebih maju dalam membangun hubungan kemitraan yang mesra dengan unsur Pemda," ujar Syafril. Ia membandingkan dinamika hubungan serupa di daerah lain yang menurutnya tidak selalu produktif.

"Di beberapa daerah, hubungan itu sangat dinamis. Dalam beberapa hal malah menjurus kurang produktif. Respons yang kita terima dari Pemda PPU, bagi kami istimewa," tambahnya.

Menurut Syafril, kesadaran akan tantangan budaya akibat kehadiran Ibu Kota Nusantara (IKN) turut mendorong kuatnya perhatian kepala daerah di PPU terhadap sektor budaya. 

"Kami percaya itu bertolak dari kesadaran pemimpin daerah terhadap tantangan yang akan dihadapi PPU berkenaan dengan kehadiran IKN. Pasti akan memberikan implikasi kultural, kan," tuturnya.

Kekhawatiran terhadap degradasi budaya, kata Syafril, juga menjadi suara yang mengemuka di kalangan budayawan. Hal itu, diyakini, menjadi salah satu alasan mengapa Pemda PPU memberikan dukungan penuh terhadap DKD. 

"Kekhawatiran itu memang muncul dari beberapa budayawan. Mudah-mudahan saja itu menjadi salah satu pertimbangan Bupati PPU mengapa merasa perlu mendorong DKD ini, agar PPU punya ketahanan budaya," ucapnya.

Syafril menilai tantangan budaya saat ini memang tidak terhindarkan di tengah keterbukaan global. Ia menyebut degradasi budaya sudah menjadi keniscayaan di banyak daerah, bukan hanya di PPU. 

"Saya kira itu sebuah keniscayaan. Semua daerah menghadapi degradasi budaya. Kita tahu sekarang hubungan atau interaksi manusia dari berbagai belahan dunia itu kan boleh dibilang tanpa batas, tidak ada lagi sekat," ujarnya.

Dalam konteks menjaga ketahanan budaya, Syafril menyinggung pentingnya implementasi regulasi yang telah disiapkan daerah, salah satunya Perda tentang Pemajuan Kebudayaan. Ia menjelaskan bahwa kesenian di PPU dan Kaltim diklasifikasikan ke dalam empat kluster besar. 

"Kita punya Perda pemajuan kebudayaan. Itu membagi kesenian itu setidaknya dalam empat kluster: kesenian pedalaman, kesenian berbasis kraton, kesenian pesisir, dan kesenian urban. Kesenian urban ini yang masuk dari luar, bisa karena interaksi lintas etnik, bisa juga lintas bangsa," tutup Syafril.

[RWT | ADV DISKOMINFO PPU] 



Berita Lainnya