Nasional
IESR Dorong Indonesia dan Tiongkok Perkuat Kerja Sama Hijau untuk Percepatan Transisi Energi
BEIJING, Kaltimtoday.co - Institute for Essential Services Reform (IESR) memperkuat komitmen kerja sama internasional untuk percepatan transisi energi berkeadilan di Indonesia dengan menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) bersama Belt and Road Initiative Green Development Cooperation (BRIGC) di Beijing, Tiongkok, pada Kamis (12/12/2024). Kolaborasi ini merupakan bagian dari upaya bersama dalam mendukung proyek-proyek hijau dan rendah karbon di bawah inisiatif Belt and Road Initiative (BRI).
BRIGC, yang diinisiasi oleh Kementerian Ekologi dan Lingkungan Hidup Republik Rakyat Tiongkok (MEE), bertujuan mendorong pembangunan hijau dan transisi energi berkelanjutan di negara-negara mitra BRI. Melalui MoU ini, IESR akan memberikan penelitian, analisis kebijakan strategis, serta rekomendasi untuk memperkuat kolaborasi hijau antara Indonesia dan Tiongkok, khususnya dalam dekarbonisasi sistem energi.
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR, menegaskan pentingnya peran Tiongkok sebagai produsen teknologi energi bersih serta investor dalam proyek energi terbarukan global. Ia mengapresiasi peluang kolaborasi ini, namun mengingatkan bahwa proyek-proyek BRI di masa lalu telah berkontribusi pada peningkatan emisi karbon, termasuk pembiayaan proyek pembangkit listrik tenaga batu bara di Indonesia yang mencapai USD 29,55 miliar hingga 2021.
“Kita harus mengalihkan investasi BRI dari energi fosil ke energi terbarukan untuk mendukung target netralitas karbon Indonesia pada 2050 atau lebih cepat. Dibutuhkan pembangunan 15 hingga 25 GW energi terbarukan per tahun hingga 2050, dengan investasi kumulatif sekitar USD 1,2 triliun,” ujar Fabby.
Fabby juga menekankan perlunya investasi dalam teknologi penyimpanan energi, modernisasi jaringan listrik, dan infrastruktur transmisi. “Investasi dan teknologi dari Tiongkok merupakan sumber strategis bagi Indonesia untuk mencapai target ini,” tambahnya.
Dalam langkah lebih lanjut, Fabby Tumiwa ditunjuk sebagai anggota BRI Green and Low Carbon Expert Network (GLEN), yang diumumkan Presiden Xi Jinping pada Forum Belt and Road ketiga. GLEN beranggotakan 30 pakar, termasuk 13 ahli internasional, dan bertugas memberikan saran strategis untuk mendukung penghijauan BRI serta pembangunan rendah karbon di negara mitra.
“Saya merasa terhormat dapat bergabung dengan GLEN. Saya berharap kontribusi saya membantu membentuk visi hijau BRI yang tidak hanya berkelanjutan, tetapi juga menghormati hak asasi manusia dan menjawab kebutuhan spesifik setiap negara,” ujar Fabby.
IESR optimis bahwa keterlibatan mereka dalam BRIGC dan GLEN dapat mempererat hubungan Indonesia dan Tiongkok, mendukung investasi besar untuk energi terbarukan, dan mempercepat inovasi teknologi hijau. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, memperluas proyek rendah karbon, serta mempercepat transisi energi berkeadilan di Indonesia.
“Melalui kemitraan strategis ini, kita dapat mendorong pembangunan berkelanjutan dan memperkuat diplomasi ekonomi yang saling menguntungkan antara Indonesia dan Tiongkok,” tutup Fabby.
Related Posts
- Dewan SDA Nasional Susun Strategi Pengelolaan Air Berkelanjutan untuk Pulau Kecil dan Terluar
- Gelar Festival Ibu Bumi Menggugat, Kader Hijau Muhammadiyah Bersama NGO Serukan Penolakan Ormas Keagamaan Terima Izin Usaha Pertambangan
- Sofyan Hasdam Pastikan Tapal Batas Kampung Sidrap Kembali Dibahas Usai Pelantikan Kepala Daerah
- Kepemimpinan Perempuan: Membangun Peradaban yang Berkeadilan
- Pengaruh Gawai Terhadap Perilaku Berbahasa Anak Usia 10 Tahun: Kajian Psikolinguistik