Advertorial

Ekowisata Kaltim Jadi Alternatif Ekonomi Hijau, Dorong Transformasi dari Ketergantungan Tambang

Kaltim Today
19 Juli 2025 10:37
Ekowisata Kaltim Jadi Alternatif Ekonomi Hijau, Dorong Transformasi dari Ketergantungan Tambang
Focus Group Discussion bertema "Membangun Ekowisata Berkelanjutan untuk Menurunkan Emisi dan Jejak Karbon di Kalimantan Timur". (Istimewa)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Timur (Kaltim) masih tergolong rendah. Data dari Dinas Pariwisata Kaltim mencatat, sektor ini hanya menyumbang 1,74 persen pada tahun 2023, meningkat sedikit dari tahun sebelumnya yang berada di angka 1,61 persen. 

Padahal, ekowisata dipandang sebagai peluang strategis dalam mendukung transformasi ekonomi daerah yang selama ini bergantung pada industri pertambangan. Terlebih lagi, tren global saat ini tengah mendorong penurunan penggunaan energi fosil seperti batu bara dan minyak bumi sebagai bagian dari komitmen iklim dunia.

Kaltim yang selama ini sangat tergantung pada sektor batu bara menghadapi tantangan besar. Pada 2024, kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB tercatat sebesar 38,38 persen, menurun dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 43,19 persen. Hal ini menunjukkan perlunya percepatan diversifikasi ekonomi ke sektor yang lebih berkelanjutan.

Sebagai upaya konkret, Yayasan Mitra Hijau (YMH) menggelar Focus Group Discussion bertema "Membangun Ekowisata Berkelanjutan untuk Menurunkan Emisi dan Jejak Karbon di Kalimantan Timur", yang diselenggarakan di Hotel Aston Samarinda pada 17 Juli 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Transisi Energi Berkeadilan (IKI-JET) yang didukung oleh pemerintah Jerman dan Uni Eropa melalui GIZ.

Ketua Dewan Pembina YMH, Dicky Edwin Hiendarto, menyampaikan bahwa lembaganya bersama konsorsium terlibat aktif dalam Forum Konsultasi Daerah untuk percepatan transformasi ekonomi Kaltim. Menurutnya, banyak wilayah kaya sumber daya alam tidak mengembangkan sektor ekonomi alternatif, yang pada akhirnya menyebabkan eksploitasi berlebihan atau kondisi yang disebut Dutch Disease.

Dosen Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT), Fajar Alam, juga mengkritisi pendekatan ekonomi di Kaltim yang masih bersifat food gathering—mengandalkan sumber daya alam tanpa pengolahan. Menurutnya, model ini menghasilkan jejak karbon tinggi dan tidak mendukung keberlanjutan. Ia menilai ekowisata dapat menjadi solusi yang menyatukan aspek ekonomi, edukasi, dan konservasi.

Syafruddin Pernyata, pegiat wisata lokal, menyarankan penerapan prinsip ramah lingkungan sesuai karakteristik destinasi. Salah satu contoh adalah penggunaan panel surya di lokasi wisata yang belum terjangkau listrik PLN, serta pengelolaan sampah secara bertanggung jawab.

Contoh konkret ekowisata berkelanjutan terlihat di Desa Sangkuliman, Kutai Kartanegara, yang digerakkan oleh Pokdarwis Berani Menata Tertata (BMT). Mereka tidak hanya menawarkan wisata melihat Pesut Mahakam, tetapi juga mengedepankan prinsip pelestarian lingkungan seperti daur ulang botol plastik menjadi pagar keramba dan pendataan pohon desa.

Ketua Pokdarwis BMT, Rozali, menjelaskan bahwa masih ada tantangan pasokan energi di wilayah mereka. Sebagai solusi, ia mengusulkan pemanfaatan energi surya untuk 220 rumah di desa, agar tetap mendapatkan listrik meski jaringan PLN terganggu oleh banjir sungai.

Sementara itu, Imam Rusdi Hidayat dari Dinas Pariwisata Kaltim menekankan pentingnya peran masyarakat lokal dalam pengembangan ekowisata. Pemerintah mendukung keterlibatan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dalam menjaga kelestarian budaya, alam, dan peningkatan ekonomi desa.

Menurutnya, potensi ekowisata di Kaltim sangat besar, mulai dari wisata gunung seperti Gunung Boga di Paser, kawasan karst di Sangkulirang, wisata hutan di hulu Mahakam, hingga keindahan laut di pesisir timur Kalimantan. Namun demikian, aksesibilitas yang rendah masih menjadi tantangan utama.

Untuk itu, pengembangan ekowisata diarahkan pada peningkatan infrastruktur pendukung, termasuk akses jalan, transportasi, serta fasilitas dan atraksi wisata yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

[RWT | ADV DISKOMINFO KALTIM] 



Berita Lainnya