Opini

Pengaruh New Normal dalam Perkembangan Sektor Ekonomi Palu Saat Pandemi Covid-19

Kaltim Today
08 Juli 2020 21:38
Pengaruh New Normal dalam Perkembangan Sektor Ekonomi Palu Saat Pandemi Covid-19

Oleh: Zelya Nadia Kirana (Mahasiswi Hubungan Internasional-Universitas Islam Indonesia)

Merosotnya pertumbuhan ekonomi di masa pandemi Covid-19 membuat semua warga merasa khawatir akan kebutuhannya hidupnya, sebab tidak sedikit dari mereka yang harus berhenti dalam melakukan pekerjaan, dimana sekitar 1.722.958 tenaga kerja dirumahkan. Jumlah tersebut sudah termasuk dengan pekerja yang di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Berdasarkan data dari Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja ( PHI dan Jamsos) Kementrian Ketenagakerjaan, (Kemnaker) Haiyani Rumondang mengatakan, sekitar 1.032.960 orang dari pekerja formal dan dari pekerja yang di PHK sekitar 375.165 orang. Dari data tersebut masih ada sekitar 316.000 pekerja informal yang terdampak, maka sekitar 1.770.913 jumlah pekerja formal dan informal yang terdampak akibat Covid-19. 

Semenjak pemerintah Indonesia memutuskan untuk menerapkan New Normal, masyarakat ada sedikit kelonggaran untuk melanjutkan pekerjaannya yang sempat terhenti, sama halnya yang dilakukan oleh masyarakat Palu. Sulitnya mencukupi kebutuhan pokok pada saat pandemi sangat dirasakan masyarakat, karena sebagian besar warga kota Palu masih menjadi pekerja informal. Ditambah lagi banyak yang kehilangan pekerjaannya akibat bencana gempa, tsunami, dan likuifaksi pada 28 September 2018 di wilayah Palu-Sigi-Donggala (PASIGALA).

[irp posts="16692" name="Hak untuk Berpendapat atau Hak untuk Menghina?"]

Dilansir dari Liputan6.com,  akibat bencana ini tercatat banyaknya kerusakan berkisar Rp 15,29 trilliun. Jumlah ini mencakup kerugian Rp 2,02 trilliun dan kerusakan mencapai Rp 13,27 trilliun. Meskipun setelah bencana tersebut kehidupan kembali normal, namun roda ekonomi belum berputar dengan sempurna. Bagi mereka yang kehilangan pekerjaan secara total seperti contohnya peternak hewan (ayam, sapi, kambing), petani/perkebunan, kehilangan sumber mata pencahariannya akibat bencana yang melanda Pasigala. Mereka sangat merasakan sulitnya untuk mencari nafkah dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka, karena harus memulai dari 0 (nol) kembali usaha-usaha yang sebelumnya sudah berjalan. 

Melalui survei yang tercantum dalam media berita CNN Indonesia, ada sekitar 4.468 KK (Kepala Keluarga), yang masih tinggal di huntara. Rata-rata pekerjaan harian mereka ialah mencuci pakaian dari rumah ke rumah. Berdasarkan hasil survei, ada seorang penyintas bencana alam tsunami teluk Palu berumur 55 tahun, namun pada saat telah ditemukannya kasus positif Corona di Palu maka seluruh aktivitas dibatasi begitupun dengan permintaan pakaian yang juga menjadi sepi. Sebab virus ini salah satu penyebarannya melalui pakaian, sehingga warga setempat tidak berani untuk mengambil risiko demi tercapainya kemaslahatan bersama maka mereka lebih memilih untuk mematuhi aturan pemerintah yaitu untuk tetap berada di rumah saja. Namun karena pekerjaan mereka ialah buruh kasar, mereka tidak akan mendapatkan pemasukan jika tidak keluar rumah, karena pemasukan yang mereka dapatkan hanya berpusat dari pekerjaan harian tersebut untuk menopang berlangsungnya kehidupan di pengungsian.

Kurang lebih 3 bulan Indonesia berusaha melakukan berbagai cara untuk mecegah Covid-19 agar tidak semakin menyebar luas, karena banyak sekali sektor yang dirugikan. Langkah yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia yaitu dengan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun dengan dilakukannya penerapan PSBB mengakibatkan perputaran roda ekonomi Indonesia menjadi kacau balau. Asean Development Bank melihat sektor ekonomi Indonesia melambat menjadi 2.97% pada bulan April. Akibat tidak kondusifnya perputaran roda ekonomi ini maka tingkat pengangguran meningkat menjadi 7,8% atau sekita 3,7 juta jiwa. Dengan melihat perkembangan sektor ekonomi selama PSBB berlangsung dan juga banyak keputusan yang telah dipertimbangkan dengan baik maka new normal perlahan-lahan diterapkan mulai dari tanggal 1 Juni, 8 Juni, 15 Juni, 6 Juli, sampai di titik terakhir pada tanggal 20 Juli. 

Melalui Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah, kondisi ekonomi masyarakat di Palu pada bulan Juni sempat mengalami inflasi sebesar 0.34 persen, sampai dengan saat ini kegiatan perekonomian di Palu perlahan-lahan telah dibuka kembali mulai dari aktivitas jual beli di pasar, perhotelan, warung makan dan warung kopi, tempat perbelanjaan seperti toko, mall, plaza, maupun Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Tindakan ini terjadi di barengi dengan hasil paparan evaluasi Dinas Kesehatan Kota Palu, Sulawesi Tengah. Kepala Dinas Kesehatan kota Palu mengatakan bahwa, daya tular covid-19 dapat di eradikasi.

Dengan berjalannya new normal life memberikan semangat baru kepada masyarakat untuk memulihkan kembali sektor ekonominya dengan catatan harus mematuhi protokol kesehatan Covid-19 agar tidak terjadinya hal-hal yang tidak di inginkan. Sebab, Covid-19 sangat memberikan dampak buruk karena pemerintah memberikan kebijakan untuk membatasi aktivitas masyarakat. Hal ini dirasakan terhadap penghasilan UMKM mengalami penurunan drastis sebesar 60%, maka dari itu para pengusaha ini berharap dengan adanya new normal life dapat mengembalikan sedikit demi sedikit kerugian yang mereka dapatkan meskipun tidak langsung kembali normal, namun ada peningkatan. Penurunan drastis yang dirasakan oleh UMKM ini disebabkan oleh social distancing karena pengembangan sektor UMKM dipengaruhi daya beli masyarakat.

Situasi ekonomi kota Palu saat ini mulai ada perkembangan lebih baik, bisa kita lihat melalui penghasilan UMKM setidaknya ada peningkatan 20% sampai 30% karena pada situasi new normal daya beli masyarakat cukup tinggi sehingga terjadinya peningkatan terhadap sektor ekonomi di kota Palu meskipun belum menyentuh kata sempurna setidaknya perlahan-lahan membantu untuk memulihkan sedikit demi sedikit.

Penerapan new normal semata-mata tidak boleh untuk disalahgunakan sebab hal ini dapat menyebabkan kejadian yang fatal malah makin memperburuk suasana oleh karena itu diharapkan adanya kerjasama yang baik bagi masyarakat harus siap untuk dipimpin dan bagi pemerintah harus siap untuk memimpin agar penyebaran Covid-19 tidak terus meningkat dan juga situasi serta kondisi kembali normal seperti semula.(*)

*) Opini penulis ini adalah tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co



Berita Lainnya