Kaltim

Raih Penghargaan Pemuda Pelopor Tingkat Nasional, Azazi Ingatkan Pentingnya Jaga Aspek Tradisi dan Budaya

Kaltim Today
23 Oktober 2020 20:42
Raih Penghargaan Pemuda Pelopor Tingkat Nasional, Azazi Ingatkan Pentingnya Jaga Aspek Tradisi dan Budaya
Pemuda berprestasi asal Samarinda, Rahmad Azazi Rhomantoro.

Kaltimtoday.co, Samarinda - Pada pemilihan pemuda pelopor tingkat nasional oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang digelar di Jakarta pada Kamis (22/10/2020) lalu, Kaltim patut berbangga karena ada 2 perwakilannya yang meraih gelar juara. Salah satunya adalah Rahmad Azazi Rhomantoro yang berhasil mendapatkan juara 2 di bidang agama, sosial, dan budaya.

Kepada Kaltimtoday.co, pria yang akrab disapa Azazi itu bersedia untuk membagikan alasannya mengikuti pemilihan ini. Menurutnya, pemuda zaman sekarang mulai terpapar dan terpengaruh oleh degradasi moral. Sehingga, keinginan untuk maju cenderung sulit. Sebab tidak ada dukungan dari sejumlah mitra seperti pemerintah atau swasta untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki. Bagi Azazi, jika pemuda saat ini kerap bersikap apatis, maka itu mengartikan mereka tidak bisa mendukung birokrasi negara. Tak hanya soal pemerintahan tapi juga tentang sistem negara yang bisa berjalan dengan baik dengan program-programnya.

"Dari sana saya berasumsi bahwa saya harus ikut campur. Dalam artian, mengacak ide dan gagasan serta proses berpikir yang ada di kepeloporan itu. Saya mencoba untuk berangkat dan mengikuti seluruh administrasi maupun regulasi yang dibuat oleh Kemenpora," ungkap Azazi saat dihubungi pada Jumat (23/10/2020) sore.

Proses seleksi Azazi ikuti mulai tingkat kota, provinsi, hingga akhirnya sampai di nasional. Mulai proses administrasi, proses manajemen organisasi, serta proses praktis terkait bidang yang dipilih telah dia kantongi sebelum menyambangi Jakarta. Memang tak ada persiapan yang begitu matang, namun ide dan gagasan lah yang menjadi objek primer.

Memilih bidang agama, sosial, dan budaya diakui Azazi bahwa di situlah dia merasa telah menemukan ketertarikan terbesarnya. Sejak 2017 silam, Azazi juga membangun Tirtonegoro Foundation yang bergerak di bidang literasi dan peduli sosial.

Mengaku dekat dengan dunia seni sejak kecil, maka Azazi juga tengah mengurus sub-divisi kesenian Sanggar Seni Perintis (SASENTIS) di Tirtonegoro Foundation yang fokus pada 3 hal yakni tari, musik, dan teater. Sedangkan sub-divisi lainnya bergerak di pengembangan literasi serta inovasi dan teknologi.

Melalui yayasan yang dia bangun itulah, Azazi merasa ada tanggung jawab untuk mendidik anak-anak yang tidak mampu menempuh pendidikan formal dan kaum marjinal agar mendapatkan aspek psikomotorik. Diharapkan, mereka mempunyai dasar keterampilan dan sikap.

Melalui yayasan tersebut, Azazi dan kawan-kawan kerap menggelar pertunjukan edukasi dramatisasi setiap tahun. Dari drama tersebut bertujuan untuk mengedukasi penonton agar belajar berpikir.

Sebab, drama yang dibuat itu berdasar kepada aspek fenomena yang sedang terjadi sekarang. Di samping itu, dia juga melakukan pelatihan dai untuk para anak-anak. Bahkan sudah pernah sampai ke tingkat nasional, lalu ada pembacaan puisi, dan masih banyak yang lainnya.

"Kepada para juri, saya jelaskan sejarah dari SASENTIS dan Tirtonegoro. Mereka memahami betul dan tahu landasan filosofisnya seperti apa. Mengenai inti materi yang saya bawa ke sana adalah anak-anak sekarang sudah lepas kontrol. Maksudnya, siapa yang peduli dengan kaum marjinal dan anak-anak yang tidak sekolah? Lalu juga orangtua mana yang peduli dengan keterampilan anak?" lanjut Azazi.

Azazi menegaskan bahwa selama seni itu masih dipandang sebagai sesuatu yang kurang baik, maka pola pikir orangtua akan terus begitu. Oleh sebab itu, Azazi ingin mengubahnya dan melalui yayasannya bisa mengedukasi. Agar anak-anak mampu berkembang pesat sejak kecil.

Prestasi Azazi yang diterima kemarin malam tentu jadi sebuah capaian gemilang dan patut dibanggakan. Tahapan panjang mulai tingkat kota, provinsi, hingga nasional dan telah melewati 2 kali fact finding membuatnya layak meraih juara 2.

Namun Azazi bercerita bahwa pada proses penjurian, salah satu juri yakni Seto Mulyadi atau Kak Seto bertanya kepadanya mengapa dia harus menjadi pemuda pelopor. Dia menjawab bahwa tidak pernah mempunyai keinginan untuk jadi pemuda pelopor. Namun, keinginan itu adalah perjuangan teman-temannya. Dia hanya mempelopori dan sebatas fasilitator untuk membersamai teman-teman.

"Artinya ketika saya maju, saya bukan maju sendiri. Tapi maju bersama teman-teman. Bukan karena saya profesional atau berjiwa sosial. Tapi ukuran nilai itu kan bergantung pada objektivitas seseorang memandang sesuatu," lanjut pria kelahiran 1994 itu.

Rencana utama Azazi ke depannya, dia ingin mengkolaborasikan seluruh organisasi yang ada di Samarinda untuk mempunyai 1 tujuan dan orientasi yang sama. Walaupun secara idealisme berbeda, tapi dia optimistis bisa mencapai tujuan bersama.

Menurutnya, itu akan menjadi capaian yang maksimal mengingat Samarinda memiliki banyak komunitas dan mesti ditangani oleh orang-orang yang tak kalah hebat pula.

"Teknologi itu paling memengaruhi paradigma berpikir. Artinya, pemuda sekarang harus betul-betul berubah. Bukan sekadar melek teknologi dan mengedepankan aspek modernitas, tapi aspek tradisi dan budaya juga sangat penting. Jangan sampai kita kehilangan identitas atau karakter," pungkas alumnus IAIN Samarinda dan UIN Malang itu.

[YMD | TOS]


Related Posts


Berita Lainnya