Samarinda

Sakit Tidak Perlu Panik Kalau Punya JKN-KIS

Kaltim Today
31 Maret 2020 10:23
Sakit Tidak Perlu Panik Kalau Punya JKN-KIS
Meita (35) bersama kedua buah hatinya Muhammad Ihza Royyan (9) dan Adni Dhia Syarafani (6).

Kaltimtoday.co, Samarinda - Di tengah wabah pandemi Covid-19 yang terus mengancam hingga saat ini, Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi salah satu penyakit yang patut diwaspadai oleh masyarakat, hingga triwulan ke tiga ini tercatat lebih dari 97 kasus di Samarinda.

Meita (35) seorang peserta program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini menceritakan bagaimana kedua buah hatinya Muhammad Ihza Royyan (9) dan Adni Dhia Syarafani (6) terkena serangan DBD di saat yang hampir bersamaan.

“Di akhir Februari kemarin keluarga saya benar-benar mendapat cobaan dari Allah SWT, kedua anak saya masuk rumah sakit hampir bersamaan, dua-duanya didiagnosa terkena demam berdarah,” ucap Meita mengawali percakapan, Selasa (31/03/2020).

Dia menceritakan awal anak pertamanya terkena demam berdarah.

“Awalnya si abang yang demam, lalu saya bawa ke klinik dan dapat obat dari dokter, tapi kok demamnya nggak turun-turun juga. Turunnya kalau habis minum obat saja, beberapa jam berikutnya demam lagi. Puncaknya di hari ketiga abang mimisan, nggak pakai pikir panjang lagi langsung kami bawa ke UGD RS Tentara,” tutur Meita.

Sesampai di UGD RS Tentara Samarinda, dokter dan perawat segera memeriksa dengan mengukur suhu tubuh dan mengambil darah untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium.

“Di UGD diperiksa sama dokter dan diambil darah, setelah menunggu beberapa lama akhirnya dapat info dari petugas bahwa trombositnya ngedrop dan harus rawat inap, sama dokternya nggak boleh dibawa pulang,” terangnya.

Belum lengkap cobaan anak pertamanya masuk rumah sakit, kini anak keduanya juga sakit demam tinggi dan harus dirawat inap juga.

“Di saat abang masih diopname, adek lagi nyusul badannya panas nggak turun-turun dan mulai nggak mau makan, bingung sedih, campur aduk. Ya sudahlah sekalian dibawa ke rumah sakit, setelah di UGD periksa darah sama juga trombositnya ngedrop dan langusung dirawat inap, lengkap sudah penderitaan,” kenangnya sambil tersenyum.

Di hari ketiga kondisi anak kedunya semakin turun, karena tidak mau makan sehingga trombositnya semakin turun dan dokter memerintahkan untuk segera dilakukan transfusi trombosit.

“Alhamdulillah setelah transfusi tiga kantong trombosit adek mulai naik, tapi kondisi adek masih lemas karena nggak mau makan. Setelah dicek lagi, trombositnya drop lagi jadi tambah turun. Dokter bilang harus transfusi lagi, kali ini empat kantong lagi ditransfusi trombosit, jadi totalnya tujuh kantong,” uncap Meita.

Setelah tujuh hari menjalani perawatan kedua anaknya telah dinyatakan sehat oleh dokter dan menjalani rawat jalan saja, semua pengobatannya dijamin sepenuhnya oleh program JKN-KIS.

“Alhamdulillah setelah dirawat seminggu, anak-anak boleh pulang dan semua biaya dijamin oleh BPJS Kesehatan, nggak ada sedikit pun kami bayar. Kalau harus bayar, sepertinya nggak sanggup apalagi langsung dua orang yang sakit. Program ini (JKN-KIS-red) benar-benar sangat membantu keluarga kami, saat sakit kami hanya bermodal kartu ini saja dan membuat kami tenang, nggak kepikiran lagi cara bayar, bagaimana cari uangnya. Pokoknya tenang deh kalau sakit punya KIS ini,” tutupnya sambil menunjukkan kartu elektronik di smartphonenya.

[KA | RWT | ADV]



Berita Lainnya