Samarinda

UN Bakal Dihapus, Begini Tanggapan Siswa di Samarinda

Kaltim Today
20 Desember 2019 19:09
UN Bakal Dihapus, Begini Tanggapan Siswa di Samarinda
Ilustrasi Ujian Nasional.

Kaltimtoday.co, Samarinda - Urusan ujian nasional memang menjadi momok siswa tingkat akhir mulai dari SD, SMP dan SMA/SMK. Demi menghindari stres berlebih, dengan banyak contoh kasus seperti psikologis para siswa yang kemudian membuatnya stres, depresi hingga sakit.

Bahkan gara-gara ujian nasional ada siswa yang bunuh diri. Informasi yang dihimpun sejak 2007 hingga sekarang tercatat ada 11 pelajar yang meninggal karena Ujian Nasional (UN). Delapan di antaranya bunuh diri, sementara tiga lainnya stres berat kemudian sakit keras kemudian meninggal dunia.

Oleh karena itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim merencanakan sebuah terobosoan yang fenomenal, yakni melakukan penghapusan pada sistem UN.

Pelaksanaan UN sendiri diatur negara dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 13/2015 tentang Perubahan Kedua atas PP Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Itu artinya bila UN ditidiakan ada regulasi baru yang mengaturnya.

Mantan founder Gojek itu akan menghapus Ujian Nasional (UN) bagi para siswa SD, SMP dan SMA/SMK. Wacana tersebut sedang disusun matang dan bakal berlaku pada 2021.

"Saya setuju kalau UN dihapus," ucap Muhammad Jodi, pelajar kelas 11 SMKN 1 Samarinda.

Ditemui usai menerima rapor pada Jumat (20/12/2019) di lingkungan SMKN 1 Jalan Pahlawan, Jodi menuturkan, ujian nasional hanya akan membebankan siswa dengan tiga mata pelajaran utama.

"Masak tahun belajar cuman ditentukan dalam tiga hari dengan tiga mata pelajaran," keluh Jodi.

Jodi tak menampik sebelum UN ada bimbingan belajar. Dari situ semua disiapkan untuk menghadapi ujian nasional. Sama halnya dengan tryout yang merupakan simulasi dari UN.

Namun semua kegiatan tersebut yang terkadang bikin siswa stres, belum lagi tekanan harus lulus dengan standar tertentu. Dia pun sepakat negara mesti punya standar pendidikan yang nantinya menentukan wajah pendidikan Indonesia, tapi tak harus dengan UN.

"Minat atau bakat dan mata pelajaran lain juga bisa dipakai," sebutnya.

Walau demikian, remaja berperawakan tambun ini kelak akan menghadapi UN pada 2020 mendatang. Oleh sebab itu dia tengah mempersiapkan diri karena tak ingin gagal selama tiga tahun masa perjuangan menuntut ilmu di sekolah.

"Kami tidak bisa menyontek," tuturnya terkekeh.

Terpisah, pelajar lainnya Akmal Ramadhan siswa SMA Al- Khairiyah mengaku, lebih kepada posisi netral. Dia sepakat jika UN dihapuskan, tetapi juga tak menjadi masalah kalau ujian nasional tetap diadakan.

Lantaran sebelum UN, siswa akan dibekali dengan sejumlah mata pelajaran dan tiga tahun belajar itu lebih dari cukup sehingga tak memberatkan siswa. Jika dihapus, pemerintah tentu punya regulasi terbaik sebagai pengganti UN.

"Jadi sah-sah saja," singkatnya.

[JRO | RWT]


Related Posts


Berita Lainnya